Rabu, 02 Januari 2013

KASIH ALLAH ATAS INDONESIA


ALLAH MASIH DI SINI
(Yeremia 12)

Dunia yang kita tempati bekangan ini semakin tidak nyaman. Bencana demi bencana silih berganti. Seolah-olah sudah terprogram dengan baik, musibah demi musibah merobek-robek tatanan kehidupan manusia. Indonesia yang dijuluki negeri nan permai sepertinya hanya di lirik lagu saja. Belakangan ini, Indonesia  tidak lebih dari negeri pesakitan yang gemar bersenda gurau dengan malapetaka. Indonesia adalah negara yang begitu akrab dengan bencana. Sebuah pertanyaan yang mengemuka adalah, apakah ini semua hanyalah sebagai kejadian fenomenal semata? Ataukah memang benar Allah sudah pergi dari bangsa ini?


Ribuan tahun yang lalu, Bangsa Israel pun mengalami perihal yang kurang lebih sama. Negeri perjanjian itu mengalami kejadian-kejadian buruk yang sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. Nabi Yeremia melukiskan kejadian-kejadian buruk Tanah Perjanjian (covenant land) itu sebagai berikut:

  1. Ketidakadilan yang merajalela di negeri

“Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka tumbuh, dan mereka pun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.” (ayat 1-2)

Pertanyaan mengapa orang fasik seolah lebih mujur dari pada orang tulus sudah ada sejak zaman dulu? Sejak dulu sepertinya orang munafik lebih mudah beradaptasi dan survive di tengah segala kondisi. Bahkan dalam dinamika spiritual, orang munafik sepertinya lebih mendapat tempat di hati jemaat dari pada orang yang secara jujur dan terang menyatakan kebenaran. Nabi mengeluhkan mengapa orang munafik bertumbuh, berakar, dan bahkan menghasilkan buah. Negeri Israel dipenuhi dengan orang-orang yang hidupnya menyimpang dari nilai-nilai moral dan spiritual yang telah ditetapkanNya.

Mungkin pertanyaan ini adalah hal yang paling mengganjal dalam hati kita hari ini bukan? Mengapa orang jahat bertambah kaya? Mengapa orang yang tidak peduli agama semakin makmur? Mengapa tetangga kita yang  menyembah berhala makin makmur saja? Ada demikian banyak pertanyaan yang timbul saat kita melihat hal yang tidak sesuai dengan apa yang sepatutnya, namun kelihatannya hidupnya baik-baik saja. Bahkan lebih “beruntung” dari pada kita yang memelihara hukum-hukum dan firman Tuhan dengan setia. Yang kita lihat di sekitar kita adalah keadaan yang bertolak belakang dari nilai-nilai kebenaran yang hakiki.

  1. Negeri yang tidak memperdulikan ALLAH.

“Berapa lama lagi negeri ini menjadi kering, dan rumput di segenap padang menjadi layu? Karena kejahatan penduduknya binatang-binatang dan burung-burung habis lenyap, sebab mereka telah mengira: "Ia tidak akan melihat tingkah langkah kita!” (Ayat 4)

Penduduk  negeri telah berubah. Mereka sudah tidak lagi takut kepada Tuhan. Negeri Perjanjian itu bahkan membelakangi Tuhan dan memuja ego. Orang-orang berjalan menurut keinginan hati masing-masing sehingga negeri itu menjadi penyembah berhala bernama AKU (ego)!Kejahatan mereka membuat negeri gersang. Poin ini menjadi sangat penting karena keadaan sebuah negeri akan selalu berkaitan erat dengan keadaan hati penghuni sebuah negeri.

Mengapa keadaan di bumi nusantara menjadi demikian berat? Dulu waktu saya masih anak-anak, kami diajarkan lagu tentang negeri yang permai dan melimpah. Bahkan orang tak perlu susah untuk bertani.   Cukup melemparkan sepotong kayu, besok kita akan memanen hasil yang menakjubkan. Kini semua itu tinggal kenangan dalam lirik lagu saja. Bumi ini telah enggan untuk memberi hasilnya. Yang kita temui adalah betapa sulitnya memanen hasil bumi. Bahkan wabah kelaparan sedang mengintip di setiap sudut negeri. Berkali-kali saya mendengarkan keluhan dari para petani dikampung halaman, bagaimana sulitnya mereka memanen hasil yang lumayan. Ya, untuk hasil panen lumayan saja sudah sangat sulit, apalagi hasil yang memuaskan. Sungguh seperti api jauh dari panggang.


  1. Komunitas tanpa kesetiaan.

 “Sebab saudara-saudaramu dan kaum keluargamu, mereka sendiri juga berbuat khianat terhadap engkau; mereka juga bersama-sama di belakangmu. Janganlah percaya kepada mereka, sekalipun mereka berkata manis kepadamu!” (Ayat 12:6)

Satu kejahatan yang paling memilukan hati Tuhan adalah pengkhianatan terhadap keluarga. Allah memulai karya paling mengesankan ketika mendesain pernikahan di taman eden. Tuhan Yesus pun mengawali debutNya di pesta pernikahan Kana. Dan dalam ilmu eskatologi, kita akan bertemu dengan pesta rohani pernikahan Anak Domba Allah dengan gereja.

Jadi jelaslah bahwa keluarga sejati merupakan sebuah rencana yang suci. Namun kita melihat dewasa ini orang telah mengkhiati keluarga. Orang tua menelantarkan anak-anak. Anak-anak mengabaikan orang tua. Suami mengkhianati istri. Istri berselingkuh. Dan demikian banyak lagi kejahatan yang telah mengoyak-ngoyak lembaga perkawinan.

Di negeri Israel, Yeremia menggambarkan bagaimana kaum kelauarga mengkhianati kaumnya. Sehingga tidak ada lagi rasa saling percaya. Yang tumbuh adalah sikap curiga dan saling menjatuhkan. Sungguh sangat ironis. Allah yang mendesain keluarga dengan tujuan menjadi tempat yang nyaman, namun di negeri ditemukan pengkhianatan terhadap keluarga.


  1. Bumi yang tak lagi ramah. 

“Mereka telah menabur gandum, tetapi yang dituai adalah semak duri; mereka telah bersusah payah, tetapi usaha mereka tidak berguna; mereka malu karena hasil yang diperoleh mereka, akibat dari murka TUHAN yang menyala-nyala.” (Ayat 13)

Di negeri itu, pergumulan kehidupan menjadi sangat berat. Roda perputaran bisnis menjadi macet. Perekenomian menjadi momok menakutkan. Kelaparan mengancam setiap saat. Dalam konteks kekinian, kita menemukan jurang pemisah akibat kesenjangan ekonomi kian menganga? Orang-orang menjadi kaya, sementara orang-orang lain menjadi sangat miskin. Begitu sulitnya menemukan jalan mencari kehidupan di bumi ini.

Bumi ini telah keberatan menanggung beban kenajisan yang diperbuat penghuninya. Segala kejahatan yang terjadi di bumi ini puluhan kali lebih jahat dari dosa Sodom dan Gomorah. Itulah sebabnya, bumi ini pun tak lagi ramah seperti dulu. Bencana demi bencana menimpa oleh karena perbuatan penghuninya. Banjir, penyakit, kelaparan, virus, bencana alam, dan demikian banyak lagi yang terjadi di alam ini sebab kejahatan penghuninya.


Empat (4) pelajaran di atas memberikan gambaran yang menyedihkan. Kalau saja tulisan ini dapat secara lebih detail melukiskannya, tentu masih sangat jauh dari realita sesungguhnya. Lantas apakah jawaban Allah atas semua kejadian ini kepada Nabi Yeremia? Ada dua hal yang dirangkum nabi ini dengan begitu baiknya.


  1. Karena Allah Rindu Membawa umatNya Kembali KepadaNya.

 “Tetapi setelah Aku mencabut mereka, maka Aku akan menyayangi mereka kembali. Aku akan mengembalikan mereka masing-masing ke milik pusakanya dan masing-masing ke negerinya.” (Ayat 15).

Allah mengasihi umatNya. Itu kekal dan tidak akan berubah sampai selamanya. Allah tidak akan berubah sekalipun umatNya berubah. Karena Allah tetap setia dan tidak berubah dan tidak diubah oleh apapun dan oleh siapapun.

Allah mengijinkan semua kesulitan ini agar umatnya sadar dan meninggalkan dari jalan-jalan yang jahat. Tuhan merindukan kita dan tidak pernah berniat untuk membuang kita sama sekali dan binasa dalam dosa serta kejahatan kita.

Tujuan dari kekeringan yang melanda negeri adalah agar kita semua kembali kepadaNya. Tidak perduli bagaimana pun keadaannya, Tuhan tetap mengasihi kita. Asal kita buka hati kita sehingga sadar bahwa murka Allah melalui negeri yang gersang ini adalah teguran kasihNya.


2.      Allah hendak Meneguhkan Janji-Janji FirmanNya.


“Dan jika mereka sungguh-sungguh belajar cara hidup umat-Ku sehingga bersumpah demi nama-Ku: Demi TUHAN yang hidup, seperti tadinya mereka mengajar umat-Ku untuk bersumpah demi Baal, maka mereka akan dibangun di tengah-tengah umat-Ku” (Ayat 16).

Dengan berbalik kepadaNya, dapat membuktikan kesetiaan Allah dan kebenaran janjiNya. Allah merindukan umatNya kembali berbalikk kepadaNya. Dan suatu pembuktian akan kesetiaan Tuhan akan terjadi apabila umat Allah kembali menjadi penyembah yang benar.

Jadi marilah kita merendahkan hati, bertobat, dan kembali kepadaNya. Allah masih ada di sini. Dinegeri ini. Apapun yang terjadi atas negeri kita, Allah masih mengasihi dan akan terus mengasihi Indonesia.

(Intisari khotbah Pdt. Joshua MS Ibadah Raya  HN Ministries Chapter Induk Semper, Minggu, 11 Maret 2007)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar