Rabu, 09 Januari 2013

Apa yang membuat ALLAH Murka?


Apa Yang Membuat ALLAH Murka?
(Yeremia 7:16-28)

Situasi bangsa kita dewasa ini sungguh benar-benar memprihatinkan. Bencana demi bencana yang merenggut paksa nyawa terjadi silih berganti. Seolah-olah tidak mau berhenti, kita melihat tanh longsor, gempa bumi, banjir, Flu burung, DBG, cikungunya, diare, dan yang terakhir adalah gempa yang mengharu biru Sumatera Barat tidak lama berselang setelah pesawat Garuda mendarat dengan keras dan akhirnya terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta. Seluruhnya menelan korban nyawa dan materi yang tak terperikan.



Sebagai orang yang melek, tentunya pastas kita bertanya. Ada apa dengan bangsa ini? Apakah ini hanya peristiwa kebetulan atau fenomena alam semata? Sebagai orang Kristen, kita tentu tahu betul bahwa Allah turus bekerja dalam segala hal (Roma 8:28). Bangsa ini harus berkaca dari apa yang pernah di alami Israel ketika nyawa mereka sedang berada diujung tanduk. Musuh sedang mengintai dan siap menawan mereka menjadi budak belian.

Firman Allah datang kepada Nabi Yeremia: “7:16 Tetapi engkau, janganlah berdoa untuk bangsa ini, janganlah sampaikan seruan permohonan dan doa untuk mereka, dan janganlah desak Aku, sebab Aku tidak akan mendengarkan engkau.”

Ada tiga hal yang dikatan Alkitab dapat dan seringkali menyentuh hati Allah sehingga undur dari murkaNya. Ke-3 hal itu adalah doa (praying), air mata (crying), dan syafaat (intercession). Doa yang sungguh dan tulus lahir dari hati seringkali bersama dengan cucuran air mata karena menaikkan syafaat bagi bangsa seringkali kita lihat membuat Allah kembali “trenyuh” dan mengampuni Israel. Namun kali ini ternyata Allah benar-benar tidak lagi tersentuh bahkan oleh Nabi Yeremia sekalipun. Mengapa semikian?


1.        Penyembahan yang Sesat.

“Tiadakah engkau melihat apa yang dilakukan mereka di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem? Anak-anak memungut kayu bakar, bapa-bapa menyalakan api dan perempuan-perempuan meremas adonan untuk membuat penganan persembahan bagi ratu sorga, dan orang mempersembahkan korban curahan kepada allah lain dengan maksud menyakiti hati-Ku.” (ayat 17-18)
 Kalau kita mempelajari ayat ini, maka jelas sekali mengapa Allah berpaling dari doa, air mata, dan syafaat Nabi Yeremia. Hati Allah tersakiti dengan perjinahan rohani yang dipraktekkan di tengah-tengah komunitas Israel. Mulai dari anak-anak, para bapak, sampai kaum ibu semua aktip dalam kegiatan penyembahan terhadap the queen of heaven (ratu sorga) yang tidak lain adalah berhala kekejian.

Jika sebuah komunitas menyembah sesuatu yang bukan Allah, maka itu adalah alamat sebuah kemalangan yang akan beruntun tiba. Atau bila sebuah komunitas menduakan sang pencipta dengan menempatkan allah lain sebagai sesembahan, maka alamat bencana sedang mengintip di depan pintu. Karena kenazisan tidak dapat menyatu dengan kekudusan, maka orang yang menduakan Allah tentulah tidak jauh dari bencana. Bukankah belakangan ini gereja sebagai komunitas penyembah seringkali memiliki “sesembahan” yang lain? Gereja seringkali memiliki kekasih yang lain seperti perburuan materi (dogtrin kemakmuran), perselingkuhan dengan dunia (memasukkan hal-hal duniawi kedalam gereja), perburuan jabatan dan demikian banyak lagi sesembahan yang di puja oleh gereja.

Inilah yang mengakibatkan Allah menjauhkan wajahNya dan membiarkan Israel dilanda malapetaka. Bukankah kejadian ini lebih kurang sama dengan keadaan di bangsa kita? Komunitas Kristiani di negara ini berlaku mirip seperti orang dunia. Kasar, degil, dan arogan. Para pelayan yang munapik dengan bertopeng wajah pelayanan mengelabui mata orang-orang polos. Para jemaat yang memberontak dan mengabaikan panggilan firman. Komunitas ini lebih menyembahan egonya dengan berulah melawan kodratnya. Lihatlah penyipangan susila dan moral yang semakin tidak asing bahkan biasa. Komunitas ini semua sibuk meramu adonan untuk persembahan terhadap sesuatu yang bukan TUHAN. Itulah sebabnya Allah murka dan memalingkan wajah bahkan bagi doa, airmata, dan syafaat yang terus menerus dinaikkan dari bangsa ini.


2. Ibadah Tanpa Hati

pengertian dari ibadah tanpa hati dapat kita rangkum seperti berikut:

-    Ibadadah yang Semu dan Sebatas Seremonial Liturgis. “Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: "Tambah sajalah korban bakaranmu kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya!” (ayat 21). Ketika sebuah konunitas melakoni ritual agamawi hanya untuk sekedar memenuhi kewajiban liturgis, maka Allah tidak pernah ada disana.
-       Hati yang tidak Bersunat. “Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.” (ayat 24). Pengertian yang paling sederhana dari hati yang tidak bersunat adalah keraguan. Salah satu akibatnya adalah keraguan. Hati menjadi bimbang dan tidak fokus. Ibadah dengan hati yang mendua pun tidak bermakna apa-apa. Mereka menyembah Tuhan tetapi pada saat yang sama meragukan Tuhan.
-       Tanpa Kesetiaan.Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.” (ayat 28). Oleh karena hati tidak tulus, maka hati menjadi tidak setia. Dunia ini dipenuhi orang yang tidak setia. kesetiaan menjadi barang langka dan susah ditemukan.

Intisari khotbah Pdt. Joshua MS. pada Ibadah Raya  HN Ministries Chapter Warakas, Selasa 6 Maret 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar