Apa
Yang Membuat ALLAH Murka?
(Yeremia
7:16-28)
Situasi bangsa
kita dewasa ini sungguh benar-benar memprihatinkan. Bencana demi bencana yang
merenggut paksa nyawa terjadi silih berganti. Seolah-olah tidak mau berhenti,
kita melihat tanh longsor, gempa bumi, banjir, Flu burung, DBG, cikungunya,
diare, dan yang terakhir adalah gempa yang mengharu biru Sumatera Barat tidak
lama berselang setelah pesawat Garuda mendarat dengan keras dan akhirnya
terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta. Seluruhnya menelan korban nyawa dan
materi yang tak terperikan.
Sebagai orang
yang melek, tentunya pastas kita bertanya. Ada apa dengan bangsa ini? Apakah
ini hanya peristiwa kebetulan atau fenomena alam semata? Sebagai orang Kristen,
kita tentu tahu betul bahwa Allah turus bekerja dalam segala hal (Roma 8:28).
Bangsa ini harus berkaca dari apa yang pernah di alami Israel ketika nyawa
mereka sedang berada diujung tanduk. Musuh sedang mengintai dan siap menawan
mereka menjadi budak belian.
Firman Allah
datang kepada Nabi Yeremia: “7:16 Tetapi
engkau, janganlah berdoa untuk bangsa ini, janganlah sampaikan seruan
permohonan dan doa untuk mereka, dan janganlah desak Aku, sebab Aku tidak akan
mendengarkan engkau.”
Ada tiga hal
yang dikatan Alkitab dapat dan seringkali menyentuh hati Allah sehingga undur
dari murkaNya. Ke-3 hal itu adalah doa (praying), air mata (crying), dan
syafaat (intercession). Doa yang sungguh dan tulus lahir dari hati seringkali
bersama dengan cucuran air mata karena menaikkan syafaat bagi bangsa seringkali
kita lihat membuat Allah kembali “trenyuh” dan mengampuni Israel. Namun kali
ini ternyata Allah benar-benar tidak lagi tersentuh bahkan oleh Nabi Yeremia
sekalipun. Mengapa semikian?
1.
Penyembahan yang Sesat.
“Tiadakah engkau melihat apa yang dilakukan mereka di
kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem? Anak-anak memungut kayu bakar,
bapa-bapa menyalakan api dan perempuan-perempuan meremas adonan untuk membuat
penganan persembahan bagi ratu sorga, dan orang mempersembahkan korban curahan
kepada allah lain dengan maksud menyakiti hati-Ku.” (ayat 17-18)
Kalau kita mempelajari ayat ini, maka jelas
sekali mengapa Allah berpaling dari doa, air mata, dan syafaat Nabi Yeremia.
Hati Allah tersakiti dengan perjinahan rohani yang dipraktekkan di
tengah-tengah komunitas Israel. Mulai dari anak-anak, para bapak, sampai kaum
ibu semua aktip dalam kegiatan penyembahan terhadap the queen of heaven
(ratu sorga) yang tidak lain adalah berhala kekejian.
Jika
sebuah komunitas menyembah sesuatu yang bukan Allah, maka itu adalah alamat
sebuah kemalangan yang akan beruntun tiba. Atau bila sebuah komunitas menduakan
sang pencipta dengan menempatkan allah lain sebagai sesembahan, maka alamat
bencana sedang mengintip di depan pintu. Karena kenazisan tidak dapat menyatu
dengan kekudusan, maka orang yang menduakan Allah tentulah tidak jauh dari
bencana. Bukankah belakangan ini gereja sebagai komunitas penyembah seringkali
memiliki “sesembahan” yang lain? Gereja seringkali memiliki kekasih yang lain
seperti perburuan materi (dogtrin kemakmuran), perselingkuhan dengan dunia
(memasukkan hal-hal duniawi kedalam gereja), perburuan jabatan dan demikian
banyak lagi sesembahan yang di puja oleh gereja.
Inilah yang
mengakibatkan Allah menjauhkan wajahNya dan membiarkan Israel dilanda malapetaka.
Bukankah kejadian ini lebih kurang sama dengan keadaan di bangsa kita?
Komunitas Kristiani di negara ini berlaku mirip seperti orang dunia. Kasar,
degil, dan arogan. Para pelayan yang munapik dengan bertopeng wajah pelayanan
mengelabui mata orang-orang polos. Para jemaat yang memberontak dan mengabaikan
panggilan firman. Komunitas ini lebih menyembahan egonya dengan berulah melawan
kodratnya. Lihatlah penyipangan susila dan moral yang semakin tidak asing
bahkan biasa. Komunitas ini semua sibuk meramu adonan untuk persembahan
terhadap sesuatu yang bukan TUHAN. Itulah sebabnya Allah murka dan memalingkan
wajah bahkan bagi doa, airmata, dan syafaat yang terus menerus dinaikkan dari
bangsa ini.
2. Ibadah
Tanpa Hati
pengertian
dari ibadah tanpa hati dapat kita rangkum seperti berikut:
- Ibadadah
yang Semu dan Sebatas Seremonial Liturgis. “Beginilah
firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: "Tambah sajalah korban bakaranmu
kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya!” (ayat 21). Ketika sebuah konunitas melakoni
ritual agamawi hanya untuk sekedar memenuhi kewajiban liturgis, maka Allah
tidak pernah ada disana.
-
Hati
yang tidak Bersunat. “Tetapi mereka
tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka
mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat,
dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.” (ayat 24). Pengertian yang paling sederhana
dari hati yang tidak bersunat adalah keraguan. Salah satu akibatnya adalah
keraguan. Hati menjadi bimbang dan tidak fokus. Ibadah dengan hati yang mendua
pun tidak bermakna apa-apa. Mereka menyembah Tuhan tetapi pada saat yang sama
meragukan Tuhan.
-
Tanpa
Kesetiaan. “Sebab itu,
katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara
TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka
sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.” (ayat 28). Oleh karena hati tidak tulus, maka hati menjadi tidak
setia. Dunia ini dipenuhi orang yang tidak setia. kesetiaan menjadi barang
langka dan susah ditemukan.
Intisari khotbah Pdt. Joshua MS. pada Ibadah
Raya HN Ministries Chapter Warakas,
Selasa 6 Maret 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar