ANGGUR YANG MANIS
(Nast:Yesaya 5:1-7;
Yohanes 15:1-8)
Kalau
kita mendengar kata anggur, kita tentu akan langsung mengerti buah yang manis.
Kalau kita belum pernah melihat pohonnya, kita tentu sangat akrab dengan tandan
buahnya yang kemerahan dipajang di toko buah-buahan. Demikian halnya dengan
Alkitab yang sangat akrab dengan kata anggur (334 ayat dalam PL dan 67 Ayat
dalam PB yang menulis kata anggur).
Untuk pertama kalinya kita menemukan dalam Alkitab seorang
nabi yang menjadi petani anggur. “Nuh menjadi
petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur.” (Kejadian 9:20) Satu hal yang patut menjadi perhatian
kita adalah mengapa justru Nuh menjadi petani anggur, bukan petani gandum?
Adakah satu makna yang dalam dari kenabiannya sehingga dia memilih lebih dulu
mengusakahan kebun anggur? Saudara mungkin dapat mengartikannya.
Dalam
tradisi semitik, (Israel
– red) kita tentu mengerti betapa anggur memegang peranan yang sangat penting. Baik itu dalam
budaya atau pun dalam agama. Anggur sungguhlah satu bagian yang hampir tak
terpisahkan dari kehidupan budaya dan spiritual mereka.
Anggur adalah
sejenis buah yang kalau mengalami permentasi akan menjadi sejenis minuman yang
mengandung zat yang memabukkan. Banyak sudah perusahaan yang telah mengemas
anggur dalam berbagai bentuk di pasaran sebagai minuman siap saji yang sungguh
lezat. Anggur sunguh dapat memabukkan dan membuat orang terhuyung-huyung lupa
diri. “Setelah
ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.” (Kejadian 9:21)
Anggur
adalah lambang sukacita, kegembiraan, kesukaaan, kebahagiaan, dan kesenangan
yang tiada tara. Dalam kehidupan spiritual pun, anggur yang memabukkan ini
menjadi satu hal yang wajib untuk dibelanjakan dalam perayaan-perayaan. “dan haruslah engkau membelanjakan uang
itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba,
untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apa pun yang diingini hatimu,
dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria,
engkau dan seisi rumahmu.” (Ulangan 14:26)
Makna Rohani
Tentu
kita tidak akan mengambil makna secara hurufiah sebagai aplikasi firman Tuhan
ini. Karena Alkitab tidak menganjurkan kita untuk mengkonsumsi hal yang
memabukkan. “Oleh
sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan
dan jangan makan sesuatu yang haram.” (Hakim-Hakim
13:4). Namun ada makna rohani yang akan kita pelajari hari ini:
Mari kita mempelajari Yesaya
5:1-7. Nabi Yesaya mempersonifikasi ajarannya. Yesaya menyebut adalah Pengusaha
yang memiliki sebuah kebun anggur yang terletak
di lereng bukit yang subur. Dia telah mengolah tanah yang hendak
ditanami anggur dengan sangat baik. Ia bahkan telah membuat pagar sekeliling
kebun agar kelak pohon-pohon anggur itu tidak terganggu oleh binatang. Ia juga
membuat sebuah pondok bermenara tinggi sehingga ia dapat mengawasi seluruh
perkebunan. Hal yang paling penting adalah bahwa pengusaha ini tidak menanam
dari benih yang sembarangan, ia telah memilih benih pilihan yang terbaik. Semua
ini dia lakukan dengan harapan kelak dia akan memanem buah anggur manis yang
berlimpah-limpah. Namun sayang, pengusaha yang telah berlelah-lelah sedemikian
itu mendapati bahwa kebun anggurnya hanya menghasilkan buah anggur yang asam.
Buah yang tidak layak untuk dinikmati. “Ia
mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur
pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali
lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah
anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.”
(Yesaya 5:2)
Nabi Yesaya menulis bahwa
pengusaha itu akhirnya menebang pagar duri kebun anggur itu sehingga
binatang-binatang masuk dam merusak. Bahkan Ia membongkar temboknya sehingga
kebun anggur itu diinjak-injak. Dia juga membiarkan tumbuhan semak duri
bertumbuh sehingga menghimpit kebun anggur itu. Dia tidak lagi merawat dengan
merantingi dan menyiangi pohon anggur. Yang lebih parah adalah, dia tidak lagi
menyiram kebun itu sehingga kering kerontang dan kemarau. Murka pengusaha itu
sungguh sedemikian berat sehingga satu-satunya yang dipikirkannya adalah
menyingkirkan kebun anggur itu. “Maka
sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada
kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu
dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku
akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi,
sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan,
supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.” (Yesaya 5:5-6)
Yesaya mengumpamakan pengusaha
itu adalah TUHAN dan kebun anggur itu adalah UMATNYA ISRAEL yaitu orang
percaya. Dalam konteks hari ini, Israel adalah umat Kristiani. Mari kita
mempelajari apakah yang telah dilakukan Allah kepada kita sebagai kebun
anggurnya?
1.
… kebun anggur di lereng bukit yang subur.
Allah yang mengasihi umatNya
tidak memberi separuh-separuh. Dia memberi sepenuhnya secara berlimpah. Subur
selalu bermakna kelimpahan. Penuh berkat dan tak pernah kekurangan. Kalau kita
melihat Mazmur, Daud mengggambarkan kelimpahan ini dengan sangat indah sekali: “Ia membaringkan aku di padang yang
berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;.” (Mazmur 23:2). Dapatkah kita bayangkan
seseorang yang tidur diatas tumbukan berkat? Demikianlah umat kesayanganNya
hidup berlimpah tanpa kekurang apapun. Dia menyadiakan segala hal yang perlu
untuk bertumbuh. Dia sungguh pemberi yang tidak terbatas. Dia adalah JHWH Zireh
yang menyediakan apa yang kita perlukan dengan limpahnya. Dia yang memiliki
perbendaharaan yang tak terbatas dan siap dicurahkan bagi umatNya.
2.
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya
Para
petani mengerti bahwa untuk mendapatkan sebuah lahan yang siap untuk ditanami
harus melalui proses penggemburan tanah. Salah satu cara agar tanah subuh
adalah dengan memisahkan partikel-partikel yang tidak berguna seperti
batu-batu. Saya pernah mengunjungi Nusa
Tenggara Timur. Tepatnya Kecamatan Amarasi kurang lebih 2 jam perjalanan dari
Kupang. Masyarakat petani disana sangat sulit untuk mendapatkan air dan tanah
mereka penuh dengan batu-batu. Mereka harus bekerja ekstra untuk memisahkan
batu dari tanah agar mereka dapat bercocok tanam.
Demikian juga Allah, untuk
membuat kita bertumbuh, Dia menyediakan tanah yang subur. Dia bekerja ekstra
agar bagi kita senantiasa tersedia apa yang perlu untuk pertumbuhan. Dia
menyediakan segala yang perlu agar kita dapat bertumbuh secara fisik dan
rohani. Dia memisahkan dan membuang segala hal dari tengah-tengah kita yang
membuat kita lambat dan atau bahkan tidak bertumbuh.
3.
…dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan
berbagai upaya telah dilakukan
oleh para petani modern untuk mendapatkan benih unggul. Kita telah menikmati beberapa
hal yang menggembirakan saat padi yang biasanya hanya bisa panen sekali dalam
setahun, sekarang ini sudah dapat dipanen tiga kali. Jadi ada peningkatan hampir
300% bila dibandingkan dengan petani tradisional.
Allah juga mengerti bahwa benih yang unggul akan
mendatangkan generasi yang unggul juga. Kita membaca Yesaya 46:3 “Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua
orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung
sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.” Betapa
serius Allah dalam mempersiapkan penciptaan kita. Kita tidak lahir kedunia ini
dengan serampangan dan asal saja. Kita lahir dengan persiapan dan proses yang
sangat rapi dan luar biasa. Mulai dari proses pembuahan, dimana hanya satu sel dari jutaan yang ada dipilih Tuhan untuk
membuahi sel telur. Dari proses zigote (cikal bakal bayi) hingga kita
lahir adalah sebuah proses yang menakjubkan. Daud menggambarkannya dengan
sangat indah: “Tulang-tulangku
tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan
aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.” (Mazmur 139:15)
4. …ia
mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya
Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan kebun anggur adalah proses maintenance (pemeliharaan).
Pemeliharaan menyangkut keamanan kebun dari serangan hama perusak. di daerah
Lampung sering kita mendengarkan bahwa gajah-gajah keluar hutan dan merusak
kebun warga. Bagaimanapun para petani menjaga, tetap saja binatang yang berbobot
ton itu merengsek dan merusak isi kebun.
Allah kita adalah TUHAN yang dahsyat luar biasa. Dia
adalah Pengusaha Kebun yang akan mengerahkan segalanya untuk melindungi
kebunNya. Kita dapat merasakan bagaimana Allah Bahkan merelakan PutraNya yang
Tunggal tergantung di kayu salip agar kita lepas dri cengkereman maut.
Pengorbanan yang tertinggi ketika Dia telah membayar dengan lunas semua akibat
dari dosa-dosa kita. tak berhenti di situ, Allah juga tetap memelihara kita
dari rencana bulus Iblis dan antek-anteknya. Dia sangat memelihara kita seperti
biji mataNya. “Didapati-Nya
dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman
padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji
mata-Nya.” (Ulangan 32:10) Kita
dapat membayangkan bagaimana Allah menjaga kita sampai diumpamakan seperti biji
mataNya. Tidakkah kita merasa sangat istimewa?
5.
…dan menggali lobang tempat memeras anggur
Allah
tidak berpuas diri dengan empat proses tadi. Dia menyediakan sarana untuk menampung
hasil dari kebun anggurNya. Ini menjadi penting karena Allah pada posisi
sebagai pemilik kebun adalah Allah yang ingin menikmati kita bertumbuh dan
berbuah. Bukan supaya Dia mendapatkan nilai tambah. Ini semata-mata untuk
kepentingan umatnya. Bila kita berbuah, itu bukan menguntung atau menambahkan
sesuatu pada Allah. Karena Allah adalah
pribadi yang sempurna sehingga tidak membutuhkan apapun lagi untuk memenuhkan
kesempurnaanNya. Kita berbuah adalah untuk kepentingan kita dipemandanganNya.
Jadi kalau kita berbuah, Allah akan sungguh bersukacita karena kita. Sekali
lagi bukan supaya Dia bertambah mulia, tetapi supaya kita menjadi
sejahtera. Buah yang kita hasilkan
adalah semata-mata untuk kepentingan kita selama hidup di bumi ini dan hidup
yang akan datang.
BUAH
ASAM
“…lalu dinantinya supaya kebun itu
menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur
yang asam.”
(Ayat 2)
sebuah tragedi yang memilukan hati Allah adalah ketika
buah yang kita hasilkan adalah buah yang asam. Saya menyebutkan bahawa berbuah
asam sama saja dengan tidak berbuah. Mengapa? Karena jikalau buah hidup kita
asam itu sama sekali tidak berarti selain dibuang seperti kotoran yang jorok
dan menjijikkan. Jadi apa kesimpulannya? Buah asam sama dengan tidak berbuah.
Sejenak kita melihat sikap Yesus Kristus tentang pohon
yang tidak berbuah: “Dekat jalan Ia
melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada
pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan
berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara
itu.” (Matius 21:19) Betapa
murka Yesus Kristus ini digambarkan dengan sangat hebat oleh Nabi Yesaya: “Maka sekarang,
Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun
anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan
habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan
membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga
tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan
diturunkannya hujan ke atasnya.”
(Ayat 5 dan 6)
Apa
yang kita pelajari?
1. Pengusaha
Kebun Anggur adalah Allah yang begitu mengasihi kita. Dia melakukan segala
sesuatu yang perlu bagi pertumbuhan kita. dia mengaharpkan kita berbuah bukan
supaya Dia menjadi semakin bertambah mulia, tetapi semata-mata untuk
kepentingan kita sendirilah kita berbuah
2. Tuhan
Yesus Kristus adalah Juruselamat yang telah berkorban agar kita berbuah di
dalam Dia untuk mempermuliakan Bapa. Namun kita sebagai kebun anggurnya tidak
cukup hanya berbuah lebat, tetapi buah yang kita hasilkan haruslah buah yang
manis sehingga mendatangkan kesukaan bagi Allah ketika melihat kita berbuah
manis.
3. Satu-satunya
jalan agar kita hidup, berbuah lebat, dan berbuah manis adalah dengan cara
melekat kepada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus Kristus: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti
ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada
pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di
dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar