Rabu, 30 September 2015

PERJAMUAN KUDUS



PERJAMUAN KUDUS
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, MTh

Perjamuan Kudus atau sering juga disebutkan Perjamuan Suci, adalah satu dari dua sakramen Kristen. Perjamuan Kudus adalah perintah sehingga kita yang menjadi pengikut Kristus harus melakukannya dengan taat. Sebelumnya marilah kita membaca 1 Korintus 11: 23-34 berikut ini dengan saksama:

23  Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
24  dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
25  Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
26  Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
27  Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
28  Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.
29  Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
30  Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.
31  Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
32  Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
33  Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain.
34  Kalau ada orang yang lapar, baiklah4)   Siapa yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?
 
Melakukan Perjamuan Kudus adalah perintah Tuhan Yesus (Lukas 22:19). Ini bukan acara yang dikemas dalam ritus liturgi semata. Ini adalah pesan dan perintah langsung dari Yesus Kristus. Tujuan dari Perjamuan Kudus sangat jelas yaitu untuk  memperingati pengorbanan Yesus yang tujuannya adalah bagi keselamatan umat manusia yang telah terjual dalam dosa dan maut.

Ada dua hal yang wajib dilakukan orang percaya untuk “mengesahkan” komitmen mereka dalam mengikuti Yesus, yaitu memberi diri dibaptis (cukup dilakukan sekali saja) dan menerima Perjamuan Kudus (dilakukan secara teratur pada waktu-waktu yang ditentukan gereja). Ini merupakan perwujudan jasmani dari pengakuan iman kita secara rohani. Ini bentuk kesaksian secara nyata dalam perbuatan untuk menjelaskan iman kristiani kepada dunia. Dunia mengetahui bahwa orang-orang Kristen secara teratur mengadakan Perjamuan Kudus. Dan ketika mereka bertanya apa maksud dari sakramen ini, bisa menjelaskan tentang kematian Yesus dan kemenanganNya atas dosa.

Melakukan Perjamuan Kudus berarti memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (I Korintus 11:26). Ini berarti Perjamuan Kudus adalah suatu perintah bagi gereja selama masih ada di bumi ini. Apabila kelak Kristus datang, atau disebut dengan peristiwa Rapture, maka Perjamuan Kudus tak perlu lagi. Karena kalau Kristus datang, maka segala pengenangan terhadap penderitaan Kristus tidak perlu lagi. Kristus sudah dalam segala kemuliaan dan itu menandakan bahwa tidak ada lagi kesedihan dan penderitaan bersama dengan Dia. Namun demikian, sampai rapture tiba, orang-orang kristiani harus mengabarkan kematianNya. Ini adalah tugas yang mengandung pelayanan misi bagi semua bangsa. Sejatinya, dengan mengadakan atau mengikuti Perjamua Suci, kita sedang mengobarkan berita Injil. Berita baik bahwa Juruselamat dunia sudah melakukan pelayanan penebusan dengan menderita dan hingga mati di kayu salip. Berita baik bahwa semua manusia yang berdosa, akan diselamatkan apabila ia bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Perjamuan Kudus adalah tanda persekutuan semua orang percaya. Paulus menegaskan bahwa kita adalah satu tubuh karena kita mengambil bagian dalam perjamuan yang sama (I Korintus 10:17). Karena itulah semua orang percaya yang telah menyatakan komitmen iman mereka pada Kristus lewat baptisan juga bersama-sama mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, karena kita semua adalah satu di dalam Kristus.

Namun demikian, ada suatu pertanyaan penting. Siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus? Secara tradisional gereja menganut konsep-konsep berikut mengenai siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus.

1.    Hanya mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Hal ini penting sekali untuk dipahami. Ini memang menjadi sedikit rumit karena batasan orang percaya adalah suatu hal yang bias. Percaya seperti apa? Dalam hal ini harus ditegaskan sebagai orang percaya yang telah lahir baru. Ada hal yang perlu penjelasan bahwa kata orang percaya ini mengacu pada gereja, yaitu mereka yang telah menjadi anggota kerajaan Allah sebab iman mereka kepada Yesus Kristus. Namun demikian, menjadi anggota salah satu denominasi gereja bukanlah sebuah jaminan bahwa seorang telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus. Jadi yang disebutkan sebagai orang yang telah percaya kepda Yesus Kristus disini tentulah mereka yang telah lahir baru, hidup bertumbuh dan berbuah dalam Kristus, serta akhirnya mereka pun tentu harus tertanam dalam salah satu gereja lokal.

Perjamuan Kudus bukan untuk orang-orang yang tidak percaya kepda Yesus Kristus. Bukan untuk orang-orang duniawi yang sakit dan yang ingin sembuh atau untuk orang-orang yang tidak mengenal Yesussecara umum. Paulus memperingatkan jemaat Korintus tentang bahayanya memperlakukan Perjamuan Kudus sekehendak mereka (I Korintus 11:29-30). Perhatikan bahwa peringatan itu sangat keras dan ditujukan kepada Jemaat. Dapatkah kita bayangkan bagaimana kerasnya lagi apabila Perjamuan Suci diperlakukan secara tidak hormat oleh mereka yang bukan termasuk jemaat?

2.      Hanya mereka yang telah dibaptis yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat tidak boleh mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48). Karena itu dalam Perjanjian Baru, orang yang belum dibaptis juga tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Ini sebetulnya logis, karena orang yang belum mengikuti sakramen pertama yaitu Baptisan, tentu tidak boleh mengikuti sakramen yang kedua.

Masing-masing gereja menentukan peraturan yang berbeda dalam hal ini: ada yang mensyaratkan baptisan untuk menerima Perjamuan Kudus, ada juga yang tidak. Sesungguhnya, secara hirarki, Baptisan merupakan syarat yang layak untuk menerima Perjamuan Kudus. Baptisan sebagai tanda seseorang berkomitmen untuk mengikut Yesus dan terlibat dalam gereja, adalah syarat yang penting agar kita secara sah (terutama di mata manusia) menjadi anggota yang diizinkan menerima Perjamuan Kudus.

Apabila ada orang percaya yang belum dibaptis namun ingin mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, maka tentu memberi diri untuk dibaptis tidaklah berat (mengingat ia telah berani mengambil keputusan untuk mengikut Kristus). Dan apabila ada orang percaya yang mengalami halangan untuk dibaptis, atau tidak bisa menerima Perjamuan Kudus karena satu dan lain hal, sebagai institusi yang diberi otoritas oleh Allah, bisa mengambil kebijakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Baptisan merupakan perintah Tuhan Yesus dan memang baptisan mendahului Perjamuan Kudus, jadi hal itu tidak tentatif melainkan wajib. Gereja membuat batasan-batasan, termasuk yang sedang kita bicarakan ini, karena para pemimpin gereja diberi otoritas oleh Allah untuk mengatur kehidupan dan ibadah korporat jemaat. Ini adalah tanggung jawab yang besar, karena itu batasan-batasan yang jelas sangat dibutuhkan. Lagipula baptisan adalah perintah Tuhan Yesus, jadi sudah selayaknyalah kita mengikuti perintahNya.

Ada suatu pertanyaan yang mungkin perlu dibahas disini. Apakah anak-anak boleh mengikut perjamuan suci. Dalam beberapa gereja tertentu, baptisan dilakukan terhadap bayi sehingga secara hirarki mereka telah menjadi bagian dari orang percaya. Apakah anak-anak yang sudah dibatis diperkenankan mengikuti perjamuan suci? Dalam pandangan saya sebagai pendeta dalam gereja Bethany, ini pun menjelaskan pandangan Gereja Bethany Indonesia sebagai organisasi, bahwa anak-anak tidak dibaptis. Mereka hanya diserahkan kepada Yesus oleh orang tuanya kemudian menerima doa berkat penyerahan anak dari pendeta.

Gereja Bethany tidak mengenal baptisan anak sehingga secara otomatis anak-anak tidak diperkenankan ikut perjamuan Suci. Namun setelah mereka akil balik, atau umur 12 tahun, mereka dapat dibaptis (selam) dan sejak itulah mereka dapat mengikuti Sakrament Perjamuan Suci.


3.      Hanya mereka yang telah menguji diri sendiri yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Peringatan Paulus pada jemaat Korintus agar tak seorang pun berlaku tidak pantas dalam Perjamuan Suci dalam I Korintus 11:27-29 adalah serius. Ada orang-orang yang tidak hormat ketika mereka menerima roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah Kristus; ada yang berselisih dengan sengit satu dengan yang lain; ada yang berperilaku seenaknya saat Perjamuan Kudus; banyak juga yang hidup dalam dosa. Perjamuan Kudus – seperti namanya – adalah kudus. Orang percaya tidak diperkenankan menista kekudusan Allah dalam ibadah; konsekuensi dari tindakan itu adalah Allah akan mendisiplin kita dengan keras (I Korintus 11:30-34). Bagi jemaat yang telah berdosa, sebaiknya ia membereskan terlebih dahulu dosa tersebut, kemudian dengan rendah hati datang kepada Kristus. Setelah pertobatan, barulah ia diundang kembali masuk dalam Sakramen Perjamuan Suci.



Kamis, 03 September 2015

BEING EXTRAORDINARY PEOPLE



BEING EXTRAORDINARY PEOPLE
(Suatu Kesaksian Hidup Pastor Joshua Mangiring Sinaga, S.Th, M.Th)


 Pada tahun 1976, hari Selasa, tanggal 09 Maret. Saya dilahirkan di sebuah rumah bersalin sederhana. Ini adalah sebuah persalinan yang menegangkan bagi ibu saya. Ibu saya bernama Mesdiana Gurning, mengisahkan persalinan anak pertamanya. Itu adalah suatu kisah yang sangat berat dan penuh perjuangan.
Pagi itu, ibu saya berjuang untuk melahirkan saya. Antara hidup dan mati. Namun sungguh prihatin, Ayah saya tidak mendampingi pada waktu yang sangat segenting itu. Ayah saya entah ada dimana. Memang ia adalah ayah yang buruk. Ia hanyut dalam hidup yang tidak benar. Ia akrab dengan rokok, minuman keras, dan seorang pemarah. Ia sangat mudah meledak dan membanting barang-barang. Ia bahkan tidak sungkan untuk menampar ibu saya.
Pernikahan ayah dan ibu saya memang tidak disetujui oleh keluarga. Terutama oleh kakek saya dari pihak ayah. Kakek saya seorang muslim sehingga adalah suatu yang lumrah ia memaksa anak-anaknya mengikutinya. Namun ayah saya berkeras hati dan menikah justru dirumah kerabat. Jadi mereka menikah secara adat dan kemudian diteguhkan dalam pernikahan secara kristiani dalam sebuah gereja. Sejatinya ayah saya adalah seorang muslim, namun bukan pemeluk agama yang taat. Ayah saya muslim hanyalah karena ayahnya, kakek saya, juga muslim.
Ibu saya adalah seorang yang lemah lembut. Ia seorang Kristen sejak kecil. Ibu saya lahir dalam keluarga sederhana. Sebenarnya mereka adalah keluarga yang cukup mampu. Namun, ibu saya memutuskan untuk menikah dengan ayah karena mereka saling mencintai. Itu adalah kisah yang menyentuh karena mereka menikah ketika semua keluarga tidak merestui. Mereka menantang badai dan hendak mengarunginya bersama. Namun sungguh tak terkira, ayah saya ternyata bukan pria yang baik. Sementara ibu saya meninggalkan keluarganya, ayah saya justru menelantarkan pernikahannya.
Demikianlah pernikahan yang timpang ini berjalan. Hingga tibalah hari yang menegangkan itu. Pukul 10 pagi, saya dilahirkan melalui perjuangan dengan bantuan seorang bidan dan perlengkapan klinik seadanya. Ibu saya telah berjuang dan mempertaruhkan nyawanya. Namun ini adalah persalinan sebelum waktunya. Saya lahir premature. Usia kandungan yang belum sampai pada waktu melahirkan, membuat saya mengidap berbagai kekurangan pisik. Yang terutama adalah adalah paru-paru saya belum sempurna.
Kehidupan saya selanjutnya adalah perjuangan sangat sulit. Ibu merawat saya dengan segala kemampuannya. Namun keadaan saya memang sangat pelik berhubung dengan keadaan keuangan yang sulit. Ia merawat saya dengan penuh kasih dan mengupayakan berbagai pengobatan. Paru-paru saya tergenang air dan terinfeksi. Saya seringkali demam dengan tubuh membiru. Oksigen yang terbatas membuat otak saya juga bertumbuh tidak sempurna. Saya seperti anak yang bodoh dan sulit memahami suatu perintah.

 Pdt Joshua MS dalam sebuah pelayanan khotbah

Saya menjadi anak yang mengalami kesulitan dalam semua hal. Saya begitu tertutup dan sangat pemalu. Saya bahkan tidak berani walau hanya mengangkat wajah untuk menatap orang. Saya merasa bahwa hidup saya tidak berguna dan bodoh. Di sekolah dasar saya menjadi murid yang paling sulit mengikuti pelajaran. Hal yang terjadi adalah saya paling sering membolos karena sakit. Pada saat kelas 3 Sekolah Dasar, saya masih kesulitan mengeja huruf dan kelas empat empat saya baru belajar menulis nama dengan benar. Saya hampir tidak naik kelas setiap tahun karena perolehan nilai yang sangat rendah. Mungkin karena jumlah murid sangat sedikit, maka wali kelas dan kepala sekolah yang kebetulan masih kerabat dekat menaikkan saya.
Dalam kekalutan hati dan ditambah kesulitan keuangan, ibu membawa saya kepada para dukun. Tujuannya adalah agar saya sembuh. Ia memang seorang Kristen dan  bergumul dalam hati bahwa perbuatan berhubungan dengan dukun adalah dosa. Namun, ia melakukannya dengan terpaksa. Banyak sudah dukun yang dikunjunginya, namun keadaan saya tidak menjadi baik. Pada keadaan yang semakin sulit, saya harus tidur dalam posisi miring. Apabila saya berbaring terlentang, saya akan kesulitan bernafas. Dalam posisi demam tinggi, saya mengalami putus asa. Yang saya pikirkan adalah bagaimana mengakhiri penderitaan ini. Yang terlintas dalam hati saya adalah mati dan cara tercepat adalah bunuh diri.
Saya naik ke langit-langit kamar dan hendak mengakhiri hidup dengan gantung diri. Saya berlinang air mata dan kesedihan yang hebat menulari seluruh tubuh saya. Saya mengingat ibu yang telah mengorbankan segalanya untuk saya. Namun rasa sakit disekujur tubuh sangat menyiksa sehingga saya hanya berpikir mati adalah jalan terbaik. Sdetik terakhir saya akan bunuh diri, ibu saya datang. Ia berlinang air mata dan memohon saya turun. Tak tahan melihat airmata ibu, saya pun turun dari eternity rumah. Saya menyesal dalam kesedihan yang terlalu. Sakit dan kesedihan hati bercampur aduk.

 Pdt Joshua MS dalam pelayanan khotbah KKR Pemuda

Luka yang paling dalam membekas pada masa kanak-kanak bukanlah karena saya mengidap banyak penyakit. Penderitaan saya yang paling berat adalah menyaksikan perilaku ayah saya yang sangat buruk. Ia tidak berubah dari kebiasaannya minum dan merokok walau anak-anaknya sudah bertambah. Ia tidak dapat mengendalikan amarahnya dan seringkali tidak terkendali dan memukul. Ia memukul ibu saya, menampar saya dan adik-adik saya. Menurut saya ia adalah musuh yang paling kami hindari. Ada kebencian yang sangat kuat menulari seluruh jiwa saya kepada ayah.
Saat saya menginjak usia remaja, ibu saya sakit keras. Ia mengalami infeksi tetanus sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Itu adalah penderitaan yang menyedihkan bagi saya dan adik-adik. Saya harus mengurus 3 orang adik karena ayah saya menemani ibu yang sekarat di rumah sakit. Harta warisan ayah yang hanya sedikit terpaksa dijual untuk membayar biaya rumah sakit. Keluarga kami benar-benar bangkrut. Tanpa makanan dan hidup dari belaskasih keluarga dan orang. Kami hanya makan sekali sehari, dan itu adalah nasi tepung singkong. Kami tidak sanggup membeli beras, jadi kami hanya makan gaplek, makanan yang terbuat dari tepung singkong dengan campuran jagung.
Tuhan masih mengasihi ibu saya. Ia sembuh dari infeksi tetanus. Ibu pulang ke rumah dan harus berjuang kembali menghidupi anak-anaknya. Ia mengerjakan apa saja yang dapat menghasilkan uang. Ia berkebun dan turun kesawah. Pagi-pagi benar ia sudah bangun menyiapkan penganan ringan yang akan dijual di kampung-kampung. Ia adalah perempuan luar biasa namun sayang ia belum mengenal Tuhan secara pribadi. Ia memang seorang Kristten, namun tidak mengalami kelahiran baru. Demikianlah juga kami semua anak-anaknya. Kami memang mengerti bahwa ibunda adalah seorang Kristen namun tidak mengajarkan kepada kami tentang Kristus. Ibu memang seorang perempuan yang baik, namun ia belum memiliki berkat firman Kristus.
Sementara itu ayah saya tidak berbuat banyak. Ia masih hanyut dalam kehidupannya dan terikat dalam amarahnya yang tidak terkendali. Ia terbelenggu oleh penyakit hipertensi sehingga tidak dapat mengontrol emosi atau amarahnya. Ia memang mewarisi agama yang tidak membangun hidup kerohaniannya. Ia seorang muslim hanya karena mengikuti ayahnya, kakek saya. Namun pada kenyataannya, dia adalah seorang panteisme. Ia mempercayai banyak hal dan menyembah hal-hal gaib. Ia menyembah batu dan pohon, dan percaya pada kekuatan roh-roh nenek moyang. Ia sebenarnya pemuja berhala. 

 Pdt Joshua MS dalam pelayanan altar call anak-anak muda

Sesungguhnya, Tuhan memiliki rencana yang indah bagi semua manusia. Pada tahun 1992, ayah saya mengalami suatu kisah yang akan mengubah hidupnya dan hidup keluarga kami keseluruhan. Ayah saya bertemu Yesus Kristus dalam ibadah malam dan mengalami kelahiran baru. Ia memutuskan untuk menjadi Kristen dan  menanggalkan semua kepercayaan masalalunya. Ia kemudian dibaptis dan menjadi jemaat Kristen yang setia. Ia bahkan dengan semangat turut serta membantu pekerjaan Tuhan dan melayani di gereja. Ini adalah peristiwa yang luar biasa karena perubahan hidupnya telah mengubahkan kami sekeluarga.
Saya menyaksikan bagaimana ayah saya berubah menjadi orang begitu mengejar hal-hal yang bernafaskan Kristen. Ia juga mengalami aniaya dari orang-orang sekampung bahkan cibiran atau hinaan tak ringan dari keluarga besar. Namun ia telah memutuskan dengan tekad yang bulat menjadi pengikut Kristus. Ia membaca alkitabnya setiap hari dan berdoa pagi-pagi benar. Dan doa utamanya adalah agar isteri dan anak-anaknya mengalami Kristus seperti dirinya. Belakangan saya melihat ia bahkan bercucuran air mata untuk mendoakan kesembuhan saya.
Ia menghabiskan banyak waktu dalam keintiman dengan Tuhan dalam doa serta pujian penyembahan. Ia telah bersaksi dan memberitakan Kristus kepada orang-orang yang diajaknya berbicara. Dan yang luar biasa adalah, ia terlepas dari kebiasaan buruknya. Ia berhenti merokok dan berhenti minum alkohol. Ia juga berjaya meredam amarah yang tidak terkendali. Ia menjadi seorang yang berbeda karena Kristus telah menjamahnya.
Sementara ayah saya menemukan Kristus, saya berada pada keadaan yang sangat tidak baik. Saya adalah remaja minder dan sangat tertutup. Saya begitu pemalu dan sakit-sakitan. Saya tumbuh tidak sempurna dan sangat kurus untuk seusia saya. Hingga pada suatu hari, saat yang begitu sangat berat karena demam yang sangat tinggi. Saya merasa seluruh tubuh begitu menyiksa. Saya kesulitan menghirup udara dan tidur dengan posisi miring. Malam yang sangat menyiksa dalam keputusasaan yang berat. Pada kondisi itulah, saya berdoa kepada Allah yang sudah mengubah ayah saya. Walau saya membenci dan belum dapat menerima ayah saya, namun saya mengakui bahwa ayah saya telah berubah.
Malam itu, antara saya tertidur dan terjaga, saya mendengar sebuah suara yang memanggil lembut. Anak-Ku, anak-Ku, anak-Ku! Saya terpaku dan diam. Saya tidak mengerti itu suara dari mana. Namun gaungnya menentramkan jiwa saya. Saya merasakan kedamaian dalam hati. Suara lembut seorang pribadi yang terhilang dalam diri saya karena ayah saya yang tersesat dalam dunianya tidak pernah memanggil saya dengan kata itu. Suara yang selama 16 tahun saya hadir di bumi ini tak pernah terdengar. Suara itu begitu dalam dan membawa saya tertidur pulas. Tidur yang untuk pertama kalinya saya rasakan sangat nyenyak. 

 Pdt Joshua MS dalam pelayanan khotbah 

Saya bangun pada esok harinya dengan keadaan yang berbeda. Saya merasakan tubuh saya menjadi ringan. Saya merasakan dapat bernafas dengan lega. Saya dapat menggerakkan tubuh dengan leluasa. Saya merasa demam saya telah hilang. Sungguh luar biasa. Itulah pagi pertama dalam hidup saya merasa benar-benar hidup. Saya mengerti sejak hari itu saya telah sembuh. Suatu kuasa telah menjamah dan menyembuhkan saya dimalam saya mendengar suara itu. Tuhan yang disembah ayah saya, Yesus Kristus, telah menjamah dan menyembuhkan saya.
Hari selanjutnya adalah memberikan hidup kepada Kristus. Saya di baptis pada tanggal 02 Agustus 1992. Saya mengalami pemulihan hidup dan hubungan dengan ayah saya. Itu adalah pengalaman yang luar biasa ketika Kristus menjamah hati saya untuk dapat mengampuni. Itu adalah saat paling bahagia bagi keluarga besar saya ketika hubungan-hubungan kami dipulihkan. Tuhan memulihkan jiwa saya yang terluka sehingga dapat mengampuni ayah saya. Yang terbesar dari itu adalah saya dapat menerima diri saya seperti Tuhan menerima saya. Itu adalah pengalaman lahir baru yang menyentuh seluruh sendi hidup saya.
Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Korintus 5:17  “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Firman ini menjelaskan apa yang telah berlaku dalam hidup saya. Setelah mengalami kelahiran baru, saya menjadi warga Kerajaan Surga. Saya yang selama ini terhilang karena tidak menemukan Juruselamat, tersesat dalam pencarian yang sia-sia. Saya memang bukan seorang yang melakukan kejahatan, bahkan dikenal sebagai anak yang baik. Namun kebaikan itu menyesatkan karena saya tidak menemukan jalan yang benar. 

Pdt Joshua MS dalam KKR bersama salah satu jemaat SIB Kawasan Muruk SABAH

Saya juga mengalami pemulihan jasmani. Para-paru saya disembuhkan dan saya menjadi sehat. Saya dapat berjalan kaki sepanjang 12 KM dan dapat tidur terlentang. Saya membuang obat-obatan dan memulai hidup yang normal. Saya melepaskan ikatan terhadap para dukun yang pernah mengobati saya. Saya membuang semua benda-benda magis yang mereka sematkan di tubuh saya. Bahkan dengan keberanian seorang Kristen muda, saya membakar berhala yang ditempatkan di atas pintu masuk rumah kami.
Saya mengalami perubahan dalam memandang diri saya yang telah dipulihkan Tuhan. Saya yang intropert serta pemalu, kini dapat berbicara kepada orang banyak. Untuk pertama kalinya setelah saya lahir baru, saya bersaksi dihadapan jemaat dengan penuh kuasa. Pada suatu kebaktian malam dimana hujan deras dan angin puting beliung melanda rumah tempat ibadah, saya berdoa dengan kuat dan menghardik hujan dan badai. Dalam hitungan detik, hujan dan badai itupun berhenti. Seorang jemaat berkata bahwa Tuhan akan memakai saya menjadi pelayanNya. Itu adalah kata-kata propetik yang saya percaya bersumber dari Roh Kudus.
Perjalanan saya sabagai Kristen yang lahir baru selanjutnya adalah pergumulan yang hebat. Banyak rintangan yang menghalangi saya untuk menjadi dewasa didalam Kristus. Saya menggumuli Alkitab dengan sungguh dan menghabiskan banyak waktu di dalam ruang doa. Saya telah memutuskan untuk masuk sekolah Alkitab dan dengan pertolonganNya dapat menyelesaikannya dalam waktu 5 tahun. Allah sungguh luar biasa memulihkan kecerdasan saya. Tuhan mengaruniakan kepada saya hikmat sehingga dapat melanjutkan studi sampai program pascasarjana (graduate program) dengan nilai terbaik (cumlaude). Apa yang dulu saya sempat khawatir adalah akan tetap bodoh, ternyata Tuhan pulihkan. Bahkan Tuhan menempatkan saya sebagai mahasiswa dengan perolehan nilai terbaik. Tuhan telah mencipta ulang otak saya sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dengan hati yang sangat bersyukur dan bangga akan Kristus, saya berdiri dihadapan ratusan lulusan Sekolah Tinggi Teologi Jaffray Jakarta dan menyampaikan pidato sebagai lulusan terbaik.

 Pdt Joshua MS dalam pelayanan anak-anak muda di Puncak

Tuhan menggenapi firmanNya terutama dalam hal melakukan pelayanan-pelayanan mukjizat. Pada tahun 2007, Tuhan memberikan suatu pelajaran baru dalam hidup saya. Tuhan menuntun saya pada pelayanan kesembuhan ilahi. Pelayanan yang masih sangat baru bagi saya namun suatu  hal yang biasa sedang dikerjakan Tuhan melalui saya.
Sore itu, saya sedang berdoa di depan sebuah bilik persalinan. Seorang ibu sedang berjuang untuk melahirkan anak pertamanya. Suami ibu ini telah menelepon saya untuk berdoa bagi isteri yang telah 2 hari berjuang melahirkan anak dalam kandungannya. Menjelang pukul 5 petang, saat saya berdoa sungguh-sungguh. Sebuah bayangan hitam dengan cepat menyelinap masuk ke dalam bilik bersalin. Roh Kudus memberikan saya hikmat bahwa itu adalah malaikat maut. Malaikat yang segera menjemput nyawa anak dalam kandungan ibu itu.

 Pdt Joshua MS dalam sebuah Pelayanan di Gereja SIB Kebuh Baru Zon 4

Dengan usaha keras paramedic, anak itu lahir. Namun karena mengalami masalah pada saat persalinan, dimana anak itu terlalu lama dijalan lahir, anak itu sekarat. Nadinya masih berdenyut say lahir, namun semakin lama semakin lemah dan akhirnya berhenti. Saya sangat cemas dan berkeringat karena doa yang sangat panjang dan khusuk. Ada kekecewaan dalam hati saya karena anak itu mati. Namun dalam kekecewaan itu, Roh Kudus menegus saya dengan keras. Roh Kudus menuntun saya untuk berdoa. Ya, Tuhan Yesus memerintahkan saya untuk mendoakan anak yang mati itu.
Karena tidak memiliki pengalaman untuk mendoakan manusia yang telah mati, saya menjadi canggung dan kebingungan. Namun Tuhan mengajar saya untuk percaya dan taat. Saya pun masuk kamar bersalin dimana ibu dan anak itu telah berbaring tak bergerak. Saya melupakan orang-orang yang sedang menangis penuh kesedihan di kamar itu. Sementara ayah anak itu sedang mengalami kepedihan hati hingga membenturkan kepalanya ke tembok, saya mulai berdoa dan memuji Tuhan yang adalah sumber kehidupan. Saya menumpangkan tangan dan menyerukan nama Tuhan Yesus dari Nazaret dengan keras, dan mukjizat pun terjadi. Anak itu bergerak dan bernafas kembali. Anak itu menangis untuk pertama kalinya dan hidup sampai hari ini.
Tuhan Yesus berfirman: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.” (Yohanes 4:12). Inilah pelayanan akhir zaman, yaitu pelayanan mukjizat agar banyak orang berbalik dari dosa dan berpaling kepada Tuhan Yesus. Pada hari-hari terakhir ini, Tuhan akan menggerakkan banyak anak-anak muda untuk bergerak dalam dimensi pelayanan mukjizat tanpa batas. Yesus katakan itu adalah pekerjaan pelayanan yang lebih besar. Saya telah mengalaminya dan terus melakukannya.
Pada tahun 2011, Tuhan menaruh sebuah visi dalam diri saya untuk membangun gereja bagi pemuda. Tuhan menaruh beban yang kuat dalam hati saya untuk mengerjakan pelayanan yang selam ini kurang diprioritaskan oleh gereja yaitu pelayanan pemuda dan remaja. Roh Kudus telah memberikan visi menjangkau 5000 pemuda dan pemudi bagi Kristus dalam gereja kami. Hari ini visi 5000 pemuda dan pemudi bagi Kristus sudah mulai kelihatan. 

 Pdt Joshua MS dalam sebuah Konferensi Gereja Internasional di Surabaya

Kami sedang membangun sebuah gereja yang penuh urapan dan mukjizat. Kami menyebutnya JBBC Churc. Itu adalah singkatan dari Jakarta Blessing Bethany Church.  Gereja ini telah bergerak dan mendapatkan ijin dari Sinode Gereja Bethany Indonesia pada tahun 2014. Pelayanan besar sedang menanti dan itu dikerjakan Tuhan melalui saya yang dahulu adalah manusia malang dan hina. Manusia tanpa harapan yang sedang sekarat karena deraan penyakit. Seorang pemuda pemalu yang bahkan tidak berani untuk mengangkat wajahnya.
Apabila Tuhan berkarya, maka ia dapat mengubah seorang manusia hina tanpa harapan menjadi seorang yang istimewa. Apabila Roh Allah berdiam dalam diri seseorang, maka ia akan menjadi pribadi yang luar biasa. Apabila seseorang teleh menemukan Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, maka hidupnya akan berubah sama sekali. Kesaksian ini bukan tentang saya, tetapi semua tentang Yesus Kristus. Semua yang saya sampaikan ini adalah tentang karya Roh Kudus yang kuasaNya tanpa batas. Dialah Tuhan yang telah mengerjakan hal-hal luar biasa ini melalui seorang yang dahulu hina dan tersesat. Saya, Joshua Mangiring Sinaga, hanyalah hamba Kristus semata-mata. Terpujilah nama Tuhan Yesus, haleluya.

 Pdt Joshua MS bersama isteri, Imelda Hanna dan putrinya, Corinthia Evangeline

Jakarta, 3 Augustus 2015
Pdt Joshua Mangiring Sinaga, M.Th