Minggu, 13 Januari 2013

Bagaimana mengubah mimpi jadi kenyataan?


How to Turn a Dream Come True
(kejadian 37:1-11)

Seorang pernah berkata: “Masa depan adalah milik mereka yang mempunyai mimpi.” Banyak orang telah terdorong dengan penuh kekuatan untuk mencapai sukses karena mimpi yang menginspirasinya. Bila kita mampu bermimpi, itu bermakna kita juga pasti memiliki kemampuan untuk meraihnya. Hal sebaliknya adalah kenyataan, orang yang tidak punya mimpi, hampir pasti tidak punya masa depan. Namun ada kunci yang harus anda punya agar mimpi itu tidak tinggal mimpi belaka. Kita akan belajar dari kisah hidup yang sangat menakjubkan dari seorang bernama Yusuf.


Yusuf adalah anak bungsu Yakub dari isteri terkasihnya, Rahel.  Dia lahir ketika Yakub sudah menjadi tua. Yakub tinggal di Tanah Kanaan sebagai pendatang bersama dengan segenap keturunannya. Mereka adalah keluarga urban yang berkerja sebagai peternak dan sehari-harinya menghabiskan waktu di padang rumput menggembala. Namun karena sudah tua, Yakub menyerahkan tugas itu kepada anak-anaknya. Yusuf pun ikut menggembala bersama dengan saudara-saudaranya. Namun ada yang berbeda antara Yusuf dan saudara-saudaranya:

“Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan. Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun -- jadi masih muda -- biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya.” (1-2)

Kalau kita mempelajari ayat 2 kita temukan bahwa saudara-saudara Yusuf berkelakuan tidak benar di luar. Yusuf memberitahukan kejahatan itu pada ayahnya tentu dengan niat agar mereka berubah. Hal yang menarik kita pelajari adalah bahwa Yusuf tidak terseret dalam kebiasaan buruk saudara-saudaranya. Itulah salah satu yang menyebabkan Yusuf  begitu di sayang oleh ayahnya. Jadi point pertama yang kita dapatkan untuk menghadirkan mimpi kita menjadi kenyataan adalah kita tidak boleh berubah-ubah oleh keadaaan dan situasi. Kita harus teguh mempertahankan standar moral kristiani dan tidak menjadi goyah ketika menghadapi godaan. Hanya dengan teguh tak berubahlah, maka mimpi akan menjadi nyata.

Kita baca pada ayat 3-4: “Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Alasan terutama Yakub begitu sayang Yusuf tentu adalah karena karakternya. Meski dia anak paling kecil tetapi mampu merebut simpati ayahnya. Nah saudara kita semua mengerti bahwa kita tak bisa meraih sendiri mimpi kita bukan? Kita perlu orang lain. Jadi anda harus cerdas dan cerdik dalam hubungan sosial. Anda harus dapat menjadi orang yang di sayang dan disenangi. Bukankah semua juga tahu bahwa dengan menjadi anak kesayangan, banyak hal akan kita dapatkan dengan lebih mudah? Demikianlah walau paling kecil namun Yusuf sangat menarik simpati.

Seringkali kita gagal bukan karena kita kurang pintar. Kita gagal sering bukan karena kita kurang berpendidikan, kurang uang, danlain sebagainya. Kita sering gagal justru karena yang yang sering kali kita anggap sepele, hubungan dengan sesama. Relationship memang menjadi barang langka di zaman modern ini. Inklusivitas menjadi hal yang lumrah. Orang tak lagi peduli sesama. Semua orang hanya mengurus diri sendiri. Tahukan anda, letak keberhasilan dari orang-orang sukses. Hampir semua itu terletak pada kecendasannya dalam berhubungan dengan orang-orang.

Selanjutnya kita pelajari bahwa saat kita memperoleh mimpi, kita harus berani membaginya dengan orang lain. Mimpi sering kali menjadi sarana Allah menuntun kita. Mimpi yang bersumber dari Allah adalah visi yang memang tersamarkan namun pasti. Mimpi yang akhirnya membangun visi memang sering kali menjadi bahan cemoohan.

Saya pun mengalaminya ketika mendirikan Yayasan Hati Nurani tahun 2005 silam. Seorang pendeta mengatakan bahwa saya tidak cukup kaya untuk itu. Tidak mungkinlah. Tetapi apa yang terjadi? Tuhan menolong saya dan mempertemukan saya dengan banyak orang yang akhirnya membantu saya mewujudkan berdirinya Yayasan Hati Nurani. Kita harus memegangnya dengan teguh sampai tiba waktunya Tuhan akan mewujudkannya: “Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." (5-7)

Yusuf menerima visi yang memang masih samar-samar. Visi itu lahir dari mimpi yang akhirnya dia mengerti setelah menjadi mangkubumi di Mesir. Oleh karena visi itulah dia dapat bergerak dengan tekun melewati aral melintang dalam perjalaan misi yang panjang dan berliku selama bertahun-tahun.

Namun satu hal yang perlu kita pelajari lagi adalah tentang konfirmasi. Dalam samarnya mimpi, kita perlu memohon konfirmasi yang memperjelas visi kita. Konfirmasi itu dapat saja datang dari orang lain. Atau akan lebih meneguhkan jika konfirmasi itu dari Tuhan atau firmanNya.

Sama seperti Yusuf memperoleh konfirmasi untuk yang ke dua kalinya: “Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." (8-9)

Satu hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa komunitas kita tidak selalu setuju dengan visi kita. Bahkan orang-orang terdekat sekalipun seringkali akan memperkeruh masalah. Jadi jangan menjadi kecut jika suatu saat orang-orang yang bahkan terdekat akan mencemooh visi anda. “Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.” (10-11)

Tetaplah berjalan dan nantikanlah dengan tekun saat Allah mewujudkannya. Ingat anda harus tekun menantikan dan mengerjakannya. Jangan menjadi luntur, goyah dan atau berubah. Berdirilah teguh sampai mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan. Tentu dengan kekuatan dari Tuhan yang mengaruniakan mimpi itu.

INTISARI khotbah Pdt. Joshua MS pada Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta, Minggu: 24 Agustus 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar