Bagaimana Cara Meruntuhkan
Tembok Yerikho
Yosua 6:1-5
Seringkali dalam hidup ini,
ketika kita telah hidup didalam Tuhan, kita menghadapi tembok yang sangat
tebal. Kita berhadapan dengan masalah yang sangat berat yang sepertinya
mustahil dilewati. Seringkali kita bertemu dengan tembok-tembo persoalan
kehidupan yang membuat kita menjadi hampir putus asa. Pertanyaannya adalah
mengapa kita masih menghadapi tembok persoalan ketika kita telah hidup di dalam
Tuhan? Dan pertanyaan selanjutnya, kalau kita sudah menjadi Kristen, apakah
kita dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang berat itu?
Bangsa Israel telah mengikut Tuhan. Mereka
telah mengalami proses yang sangat panjang 40 tahun di padang gurun. Mereka melihat kedahsyatan
Tuhan memelihara hidup mereka. Mereka juga menyaksikan kekudusan Allah,
sehingga semua generasi yang keluar dari Mesir mati terbujur di padang gurun kecuali
Yosua dan Kaleb. Sekarang generasi Yosua telah siap memasuki Tanah Perjanjian
yang difirmankan Allah berlimpah susu dan madu? Tanah yang penuh pengharapan.
Pengharapan akan hidup yang labih beradab dibanding Mesir dan Padang Gurun.
Namun kenyataan adalah ketika memasuki Kanaan, Yosua dan Israel
menghadapi tembok yang tertutup rapat. Tidak ada pintu yang terbuka? “Dalam
pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup kota itu karena orang Israel; tidak ada orang keluar atau
masuk.” (1)
Ada kalanya Hidup ini begitu sangat berat
sehingga seperti tak ada lagi pintu yang terbuka. Persoalan hidup kadang-kadang
begitu keras menghimpit sampai kita hampir putus asa. Padahal kita merasa sudah
hidup di jalan Tuhan? Hari ini kita akan belajar banyak dari kesaksian Israel
meruntuhkan tembok Yerikho. Pada hari itu ada firman Tuhan untuk Yosua: “Berfirmanlah
TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini
beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa.” (2)
Ada kabar baik, Tuhan justru mempersiapkan
kita menjadi pemenang ketika diperhadapkan dengan tembok persoalan yang
sepertinya tertutup rapat. Perhatikan kata dirancang menjadi pemenang. Inilah
rencana Allah yang sangat besar. Kita tidak dipersiapkan menjadi orang yang
dipecundangi masalah tetapi orang yang mengalahkan masalah. Kita dirancang
untuk meruntuhkan tembok Yerikho: “TUHAN akan
mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik
dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang
kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,” (Ulangan 28:13)
Namun demikian Allah tak
menjanjikan hidup yang serba mudah. Allah tak menjanjikan hidup tanpa masalah.
Tetapi Allah menjanjikan kemenangan jika
kita setia di dalamNya. Nah sekarang kita pelajari bagaimana meruntuhkan tembok
yang tebal itu. Bagaimana cara kita meruntuhkan tembok persoalan kita? Firamna
Tuhan: “Haruslah kamu mengelilingi kota
itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota
itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya,” (3) Ada beberapa hal yang
perlu kita ketahui agar menjadi pemenang bahkan untuk masalah yang sepertinya
telah buntu.
1.
TEKUN (MELAKUKAN TERUS MENERUS) walau sepertinya tak
ada peluang. Kita baca Amsal 8:17: “Aku mengasihi orang yang mengasihi
aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.” Kunci pertama
adalah ketekunan. Tekun berarti melakukan terus menerus. Perhatikan kata terus
menerus. Israel diminta mengelilingi tembok
itu satu kali setiap hari selam 6 hari. Sepertinya adalah satu pekerjaan yang
membosankan dan tak berarti bukan. Merka hanya diminta berkeliling tanpa
melakukan apapun. Allah sering membentuk kita lewat kesabaran. Sabar
mengerjakan walau sepertinya tak ada peluang. Ingatkan anda Thomas Alfa Edison?
Penemu lampu bohlam? Tahukan anda berap kali dia gagal dan terus melakukan
penelitian tanpa menyerah? Keberhasilan anda terletak dejauh mana anda
bertekun.
2.
Imamat Rajani yaitu hubungan pribadi yang intim dengan
Tuhan Yesus. Yang kedua yang sangat penting adalah anda harus punya iman dan
keberanian untuk menghampiriNya. Anda bertanggungjawab secara pribadi atas diri
anda dihadapan Tuhan. Tuhan telah mengijinkan anda menghampiriNya dengan
berani: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (I Petrus 2:9) Israel harus menunjuk 7 imam yang
bertugas meniup sangkakala. Pada puran ke-7 para imam meiup panjang sangkakala
itu dan dengan iman Israel
harus bersorak dengan keras: “dan tujuh orang imam harus membawa tujuh
sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh
kali kamu harus mengelilingi kota
itu sedang para imam meniup sangkakala.” (4) Maka
tembok itu akan rubuh dan memang Allah mengindahkan iman Israel dan
Allah meruntuhkan tembok itu. Sekarang anda adalah imamat rajani yang dapat
bersorak dengan keras dalam iman pada Allah. Berserulah dalam doa yang penuh
iman dan runtuhkanlah tembok masalahmu.
3. IMAN yang hidup. Kita telah mengerti bahwa Iman tanpa
perbuatan adalah mati. Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, iman tanpa tindakan
nyata adalah omong kosong: “Hai manusia yang
bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman
yang kosong?” (yakobus 2:20). Lebih jelas lagi Yakobus mengarakan: “Sebab
seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa
perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26). Pernahkan anda merasa maslah
bukan selasai malah bertambah berat. Persoalannya adalah bukan karena Allah tak
mau tolong. Tetapi maslahnya adalah anda tak cukup berani untuk bertindak?
Persoalannya adalah anda terlalu takut untuk memulai karena penuh pertimbangan
rasio. Sekarang pandanglah anda dan mulailah berjalan. Maka Allah yang dapt
bekerja diluar pengertian kita akanmeruntuhkan tembok itu bagi anda. Teapi
ingat, anda harus mulai bertindak: “Apabila sangkakala tanduk domba itu
panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh
bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus
memanjatnya, masing-masing langsung ke depan." (5)
Intisari khotbah Pdt. Joshua Mangiring Sinaga,
S.Th pada Ibadah Raya Hati Nurani Ministries, Jakarta,
Minggu, 21 September 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar