Kamis, 14 November 2013

SEPULUH CARA MENJADI AYAH YANG HEBAT



10 Cara Menjadi Ayah Yang Hebat



1. HORMATILAH IBU ANAK-ANAK ANDA.

Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan Ayah bagi anak-anaknya adalah menghormati Ibu mereka. Kalau Anda menikah, jagalah pernikahan Anda agar tetap kuat dan penuh vitalitas.

2. LEWATKANLAH WAKTU BERSAMA ANAK-ANAK ANDA.

Bagaimana seorang Ayah melewatkan waktunya mengatakan apa yang penting baginya. Kalau Anda tampaknya selalu terlalu sibuk untuk anak-anak Anda, mereka akan merasa ditelantarkan, apapun yang Anda katakan.

3. UPAYAKANLAH HAK UNTUK DIDENGARKAN.

Terlalu sering satu-satunya saat sang Ayah bicara kepada anak-anaknya adalah ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Mulailah bicara kepada anak-anak ketika mereka masih kecil, sehingga topik-topik sulit akan lebih mudah ditangani ketika mereka semakin besar. Luangkanlah waktu dan dengarkanlah ide-ide serta persoalan-persoalan mereka.

4. DISIPLINKANLAH DENGAN KASIH.

Semua anak butuh bimbingan dan pendisiplinan, bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak Anda akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkan.

5. MODEL PERAN.

Para Ayah adalah model peran bagi anak-anaknya, entah mereka menyadarinya atau tidak. Seorang anak perempuan yang melewatkan waktu dengan Ayahnya yang penuh kasih tumbuh dengan pengetahuan bahwa ia pantas diperlakukan dengan hormat oleh anak-anak lelaki, dan apa yang harus dicarinya dalam diri seorang suami. Para Ayah dapat mengajari putera-puteranya apa yang penting dalam kehidupan ini dengan mendemonstrasikan kejujuran, kerendahan hati, dan tanggung jawab.

6. JADILAH GURU.

Terlalu banyak Ayah yang menganggap bahwa mengajar adalah urusan orang lain. Namun seorang Ayah yang mengajari anak-anaknya tentang yang benar dan yang salah serta mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik akan melihat anak-anaknya mengambil pilihan yang baik.

7. MAKANLAH BERSAMA-SAMA KELUARGA.

Makan bersama-sama (sarapan, makan siang, atau makan malam) bisa menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga yang sehat. Selain memberikan struktur pada hari yang sibuk, ini juga memberi anak-anak peluang untuk membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan dan apa yang ingin mereka kerjakan.

8. BACAKANLAH CERITA BAGI ANAK-ANAK ANDA.
Mulailah membacakan cerita bagi anak-anak semenjak mereka masih kecil. Setelah mereka lebih besar, doronglah mereka untuk membaca sendiri. Menanamkan kecintaan untuk membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan anak-anak Anda mengalami pertumbuhan pribadi maupun karir seumur hidup.

9. PERLIHATKANLAH KASIH SAYANG ANDA.

Anak-anak butuh ketenteraman yang berasal dari mengetahui bahwa mereka diinginkan, mereka diterima, dan dikasihi oleh keluarga. Orangtua, terutama para Ayah, perlu membiasakan diri merangkul anak-anaknya. Memperlihatkan kasih sayang setiap harinya adalah cara terbaik untuk memberitahu mereka bahwa Anda sayang kepada mereka.

10. SADARLAH BAHWA TUGAS SEBAGAI AYAH TIDAK PERNAH SELESAI.

Bahkan setelah anak-anak besar dan siap meninggalkan rumahpun, mereka akan tetap mencari hikmat serta nasihat dari Ayahnya. Entah soal meneruskan pendidikan, pekerjaan baru, atau pernikahan, para Ayah terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anak mereka sementara mereka bertumbuh dan, mungkin, menikah dan membangun keluarga sendiri.




Rabu, 13 November 2013

10 ALASAN PERCAYA KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN



Sepuluh Alasan Percaya  Kehidupan Setelah Kematian




1. KETIDAKADILAN DALAM KEHIDUPAN

Kita akan sulit percaya bahwa kehidupan ini benar-benar baik jika di balik kuburan tidak ada apa-apa lagi sebagai kompensasi bagi masalah-masalah ketidakadilan. Sementara sebagian orang kelihatannya ditakdirkan untuk kebahagiaan, yang lainnya dilahirkan di dalam keadaan yang mengerikan. Jika kita yakin tidak ada suatu apapun yang dapat menyeimbangkan ketidak-setaraan pembagian penderitaan, maka banyak orang punya alasan untuk mengutuk hari kelahiran mereka karena kehidupan sengsara yang mereka terima. (#/TB Ayu 3:1-3)

Kita bisa menyetujui Raja Salomo, ketika pada suatu masa yang kelam dalam kehidupannya, berkata, "Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan. Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari," (#/TB Pen 4:1-3).


2. KEINDAHAN DAN KESEIMBANGAN

Ada banyak hal dalam kehidupan ini yang kelihatannya tidak sesuai dengan masalah-masalah ketidakadilan dan penderitaan. Untuk segala sesuatu yang menyakitkan dan tidak adil, ada keindahan dan keseimbangan. Untuk saat-saat penuh ketakutan dan kekerasan, ada saat-saat penuh keharmonisan dan kedamaian. Sementara tubuh-tubuh yang dimakan usia menyerah pada rasa sakit dan kelemahan, anak-anak dan binatang-binatang muda dengan gembira bermain tanpa beban. Kesenian manusia, dalam segala keagungannya, menyaingi burung-burung yang beterbangan dan menyanyikan nyanyian pagi. Setiap saat matahari tenggelam dan terbit memberikan suatu jawaban bagi kebutuhan alam untuk istirahat dan pemulihan. Malam-malam gelap dan musim dingin yang beku datang dengan kesadaran bahwa "semua ini juga akan berlalu." Jika tidak ada apapun di balik kuburan, pola alam yang indah ini sama sekali tidak lengkap.


3. PENGALAMAN-PENGALAMAN MENJELANG AJAL

Bukti klinis tentang kehidupan setelah kematian bersifat subyektif dan dapat dipertanyakan. Seringkali kita sulit menilai arti dari "pengalaman-pengalaman di luar tubuh," misalnya, bertemu dengan sinar terang, terowongan panjang, atau malaikat penuntun. Juga sulit untuk mengetahui bagaimana harus menanggapi mereka yang berbicara tentang penglihatan-penglihatan tentang surga atau neraka ketika mereka menjelang ajal. Apa yang kita ketahui adalah bahwa ada cukup banyak pengalaman seperti ini untuk menciptakan suatu perpustakaan yang lumayan besar untuk memuat topik ini. Secara keseluruhan, kumpulan dari bukti-bukti ini menunjukkan bahwa ketika mendekati ajal, banyak orang yang merasakan mereka bukan sedang menuju kepada akhir dari keberadaan mereka melainkan kepada awal dari suatu perjalanan yang lain.


4. SUATU TEMPAT DI DALAM HATI

Hati manusia merindukan lebih dari apa yang dapat ditawarkan oleh kehidupan ini. Setiap kita mengalami apa yang disebut oleh Raja Salomo sebagai "kekekalan di dalam hati (kita)," (#/TB Pen 3:11). Sekalipun sulit memahami maksud Salomo, jelas bahwa ia sedang menunjuk pada kerinduan yang tak terhindarkan pada sesuatu yang tidak dapat dipenuhi oleh dunia ini. Hal itu adalah suatu kekosongan jiwa yang juga tidak dapat dihindari oleh Salomo. Untuk sesaat, ia berusaha mengisi kekosongan batin tersebut dengan pekerjaan, alkohol, dan tawa. Ia mencoba untuk memuaskan rasa rindu itu dengan filsafat, musik, dan hubungan seksual. Tetapi kekecewaannya kian bertambah. Hanya ketika ia kembali pada kepercayaan adanya penghakiman akhir dan kehidupan sesudah kematian, dia dapat menemukan sesuatu yang cukup besar untuk memuaskan rasa rindunya pada makna kehidupan (#/TB Pen 12:14).


5. KEPERCAYAAN YANG UNIVERSAL

Sementara sebagian orang percaya pada ketidak-mungkinan mengetahui adanya kehidupan sesudah kematian, kepercayaan kepada kekekalan adalah suatu fenomena yang universal. Dari piramida-piramida Mesir sampai munculnya pemikiran Gerakan Zaman Baru, orang dari segala zaman dan tempat telah percaya bahwa jiwa manusia tetap hidup setelah kematian. Jika tidak ada kesadaran atau tawa atau penyesalan di balik kubur, maka kehidupan telah membohongi hampir setiap orang dari Firaun dari Mesir sampai Yesus dari Nazaret.

6. ALLAH YANG KEKAL

Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah sumber kekekalan. Sifat-sifat-Nya adalah abadi. Alkitab yang sama memberitahu kita bahwa Allah menciptakan kita menurut citra-Nya, dan bahwa rencana-Nya adalah untuk membawa anak-anak-Nya untuk masuk ke dalam rumah-Nya yang kekal. Kitab Suci ini juga mengajarkan bahwa kematian terjadi dalam kehidupan manusia karena nenek-moyang kita, yakni Adam dan Hawa, telah melanggar larangan Allah. (#/TB Kej 3:1-19) Implikasinya adalah jika Allah membiarkan umat manusia hidup selamanya dalam kondisi memberontak kepada Allah, kita akan memiliki kesempatan yang tak habis-habisnya untuk mengembangkan diri menjadi ciptaan yang angkuh dan egois. Tetapi sebaliknya, Allah mulai menyingkapkan suatu rencana yang pada akhirnya akan menghasilkan pulangnya orang-orang ke rumah Allah yang kekal, yakni orang-orang yang memilih hidup damai dengan Allah. (#/TB Maz 90:1; Yoh 14:1-3)


7. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA

Sebagian orang berargumentasi bahwa kekekalan adalah suatu pemikiran Perjanjian Baru. Tetapi Daniel, seorang nabi Perjanjian Lama, telah berbicara tentang suatu hari di mana mereka yang mati akan dibangkitkan, sebagian untuk mendapat hidup kekal, dan sebagian lagi untuk mendapat kehinaan kekal. (#/TB Dan 12:1-3) Seorang penulis Mazmur juga berbicara tentang kehidupan setelah kematian. Dalam #/TB Maz 73, seorang bernama Asaf menggambarkan bagaimana ia hampir kehilangan imannya kepada Allah ketika ia memikirkan orang fasik yang mengalami kemujuran sementara orang benar menderita. Tetapi kemudian ia berkata bahwa ia masuk ke dalam tempat kudus Allah. Dari perspektif ibadah, ia tiba-tiba melihat orang fasik berdiri pada tempat yang licin dari kefanaan mereka. Dengan pemahaman yang baru, ia mengakui, "Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya,". (#/TB Maz 73:24-26)



8. PERKATAAN-PERKATAAN KRISTUS

Sedikit orang yang akan menuduh Yesus sebagai orang jahat atau seorang guru palsu. Bahkan orang-orang atheis dan orang-orang beragama non-Kristen pun biasanya menyebut Yesus dengan hormat dan kagum.

Tetapi Yesus tidak berpura-pura atau menyembunyikan kenyataan adanya kelanjutan hidup setelah kematian. Ia berkata, "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; tetapi takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka,". (#/TB Mat 10:28) Yesus menjanjikan Firdaus kepada penyamun yang bertobat yang hampir mati di sisi-Nya. Tetapi Ia juga menggunakan Lembah Hinom, suatu tempat pembuangan sampah yang menjijikkan di luar Yerusalem, sebagai suatu simbol tentang apa yang menanti mereka yang tidak mempedulikan penghakiman Allah. Menurut Yesus, menghadapi kenyataan kehidupan setelah kematian adalah hal yang paling penting dalam hidup. Misalnya , Ia berkata, jika sebelah mata menghalangi Anda dari Allah, Anda memiliki alasan untuk membuang mata tersebut. "... lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,". (#/TB Mar 9:47)


9. KEBANGKITAN KRISTUS
Tidak ada bukti yang lebih besar tentang adanya kehidupan setelah kematian dari pada kebangkitan Yesus Kristus. Perjanjian Lama menubuatkan seorang Mesias yang akan mengalahkan dosa dan yang mati bagi umat-Nya. (#/TB Yes 53; Dan 9:26) Para pengikut Yesus bersaksi bahwa itulah yang Dia lakukan. Ia dengan rela mati di tangan orang-orang yang menyalibkan-Nya, dikuburkan dalam sebuah kuburan pinjaman, dan 3 hari kemudian kuburan tersebut menjadi kosong. Para saksi mengatakan bahwa mereka tidak hanya telah melihat kubur yang kosong tetapi juga Kristus yang bangkit yang menampakkan diri kepada ratusan orang selama 40 hari sebelum Dia naik ke surga (#/TB Kis 1:1-11; 1Ko 15:1-8).


10. AKIBAT-AKIBAT PRAKTIS

Keyakinan adanya kehidupan setelah kematian merupakan suatu sumber rasa aman, optimisme, dan pemulihan rohani bagi seseorang. (#/TB 1Yo 3:2) Tidak ada suatupun yang menawarkan lebih banyak kekuatan dan dorongan dari pada keyakinan bahwa ada suatu kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang menggunakan masa sekarang untuk mempersiapkan hidup dalam kekekalan.

Kepercayaan pada kesempatan-kesempatan yang tak terbatas dalam kekekalan telah memampukan banyak orang untuk mengorbankan nyawa mereka bagi kepentingan orang-orang yang dikasihi. Karena keyakinan-Nya pada kehidupan setelah kematian, maka Yesus mampu berkata, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (#/TB Mat 16:26) Kebenaran ini pula yang mendorong martir Kristen, Jim Elliot, yang dibunuh oleh orang-orang Indian Auca pada tahun 1956, untuk mengatakan, "Dia, yang memberikan apa yang tidak dapat dijaganya untuk memperoleh apa yang tidak dapat diambil darinya, bukanlah orang yang bodoh."

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika Anda secara jujur merasakan bahwa Anda belum diyakinkan tentang kehidupan setelah kematian. Tetapi ingatlah bahwa Yesus berjanji untuk memberikan pertolongan Ilahi kepada mereka yang ingin mengenal kebenaran dan yang mau menaklukkan diri kepadanya. Ia berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri,". (#/TB Yoh 7:17)

Bila Anda yakin pada bukti adanya kehidupan setelah kematian, ingatlah Alkitab berkata bahwa Kristus mati untuk melunasi hutang-hutang dosa kita, dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan menerima karunia pengampunan dan kehidupan kekal. Keselamatan yang ditawarkan Kristus bukanlah upah untuk usaha kita, tetapi suatu anugerah bagi mereka yang, melalui bukti-bukti tersebut, percaya kepada-Nya.

Silakan menghubungi melalui e-mail ke indonesia@rbc.org untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai bahan ini.


© 2000-2004 RBC Ministries Asia, Ltd.

Senin, 11 November 2013

Perkawinan Pariban adalah termasuk Perkawinan Incest



Perbandingan dampak perkawinan incest dalam garis keturunan ke atas dan garis menyamping tingkat keempat secara khusus perkawinan pariban



a.         Kesehatan

Dr. Boyke mengatakan bahwa perkawinan incest membawa akibat pada kesehatan fisik yang sangat berat. Selanjutnya dia mengatakan bahwa memperbesar kemungkinan anak cacat adalah perkawinan hubungan darah, baik yang bersifat gasir lurus maupun menyamping. Penyakit-penyakit dari perkawinan hubungan darah seperti: talasemia, hermopilia, dsb. Tetapi hal ini bisa dihindari bila kita berkosultasi dengan ahli genetika. Pada dasarnya ahli genetika akan memberikan solusi atau cara mengatasi lahirnya anak cacat dari perkawinan sepupu.[18] Tetapi manipulasi genetika juga tidak dapat memastikan terhindarnya lahirnya anak cacat.
Dr. Ramonasari mengatakan ”Tidak setiap pernikahan incest akan melahirkan keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Jadi detilnya seperti ini, bisa saja gen-gen yang diturunkan baik dan melahirkan anak yang normal. Walaupun begitu, kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat genetik yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan. Pada kasus incest, penyakit resesif yang muncul dominan. Namun gangguan emosional juga bisa timbul bila perlakuan buruk terjadi saat pertumbuhan dan perkembangan janin pra dan pasca kelahiran.
Apabila terjadi kelahiran, anak perempuan lebih rentan dan berpeluang besar terhadap penyakit genetik yang diturunkan orangtuanya. Incest memiliki alasan lebih besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis. Banyak penyakit genetik yang berpeluang muncul lebih besar. Sebut saja pada genetik, kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (skizoprenia), Leukodystrophie atau kelainan pada bagian saraf yang disebut milin, ada bagian dari jaringan penunjang pada otak yang mengalami gangguan yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Selain itu albino (kelainan pada pigmen kulit) dan keterlambatan mental (idiot) serta perkembangan otak yang lemah. Banyak penyakit keturunan yang akan semakin kuat dilahirkan pada pasangan yang memiliki riwayat genetik buruk dan terjadi incest. Namun, yang harus diwaspadai juga kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu.[19]
Tetapi efek/dampak perkawinan incest yang dilakukan oleh saudara/i kandung tidak seberat yang dialami oleh mereka yang melakukan perkawinan pariban. Perkawinan pariban dilakukan oleh saudara sepupu tetapi hal yang pasti adalah bahwa perkawinan pariban juga memberikan peluang lahirnya anak cacat tetapi peluangnya jauh lebih kecil.


·         Dampak pada anak

Jika hal ini terjadi maka anak akan mendapat beban yang yang sangat berat pada usia dewasa maupun pada seluruh hidupnya. Cacat fisik yang dialami anak dapat berakibat pada pandangannya terhadap dunia, manusia dan Allah. Dalam tataran berelasi biasanya anak cacat memiliki inferioritas yang tinggi sehingga anak cacat sering tidak merasa nyaman dalam lingkungan sosial dimana individu-individu sekelilingnya sehat secara fisik. Orang cenderung memaknai cacat bawaan sebagai kutukan dari Allah. Orang tidak melihat hal itu sebagai akibat genetik perkawinan hubungan darah dalam garis keuturunan lurus atau menyamping. .
Cacat fisik ini tidak berakibat jangka pendek tetapi jangka panjang. Selain anak cacat memiliki inferioritas tinggi dalam kehidupannya, cacat fisik ini juga dapat berdampak pada niat-niat perkawinannya. Perkawinan secara langsung (pada garis lurus dan garis menyimpang tingkat kedua) dapat mengakibatkan impotensi dalam diri anak. Jika dia mau melangsungkan perkawinan maka cacat fisik (impotensi) tersebut akan menjadi faktor tidak sahnya perkawinan yang dilangsungkan. Perkawinan pada dasarnya melanggengkan persetubuhan antara suami-isteri yang dari sendirinya terbuka untuk kelahiran anak (kanon 1061, 1). Dengan demikian impotensi merupakan perkawinan yang tidak sah dari kodratnya (Kanon 1084, 1).

Perkawinan Pariban
Perkawinan pariban tetap digolongkan sebagai perkawinan incest. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Boyke dan Ramonasari bahwa perkawinan incest tetap memberi peluang atas munculnya berbagai penyakit genetik terhadap keturunannya. Tetapi kalau kita mencari minus malum terhadap perkawinan incest ini, peluang yang paling besar untuk memunculkan penyakit genetik adalah perkawinan dalam garis keturunan lurus dan menyamping pada tingkat dua dan tiga. Hal ini berkaitan dengan soal kedekatan hubungan darah.
Hubungan darah perkawinan pariban adalah perkawinan antara anak sepupu dengan kata lain hubungan genetik mereka berasal dari orang tua mereka atau tidak secara langsung. Sedangkan perkawinan dalam garis keturunan lurus seperti ibu dengan putranya atau ayah dengan putrinya. Resiko yang diakibatkan jauh lebih besar/parah. Hal ini terjadi karena antara ayah dengan putrinya masih memiliki hubungan darah garis lurus. Darah anak berasal diasalkan dari darah orangtuanya. Sehingga perkawinan sedarah ini akan memberikan peluang penyakit genetik.

b.        Intelektual

Perkawinan incest secara langsung memberi peluang yang besar dimana anak yang dilahirkan olehnya memiliki penurunan intelektual. Intelektual berkaitan dengan ratio. Ratio adalah bagian tubuh yang memampukan seseorang dapat mendistingsi realita. Setiap manusia dituntut untuk mendayagunakan rationya seoptimal mungkin, agar individu yang bersangkutan dapat mengolah dan merawat dunia ini karena Tuhan telah memberikannya (bdk. Kej. 1: 26), dan dapat melakukan hal-hal yang baik demi kesejahteraan seluruh umat manusia dan alam ciptaanNya. Melalui ratio juga individu dapat memperjuangkan kebenaran di dunia ini (Kanon 748, 1).
Perkawinan incest besar kemungkinan untuk menghasilkan anak idiot. Hal ini juga berdampak pada pernikahan bila dia bercita-cita untuk menikah. Pada dasarnya Gereja tidak menggangap sah suatu perkawinan nikah bila hal itu dilakukan oleh orang idiot.

Perkawinan Pariban adalah termasuk Perkawinan Incest



Perbandingan dampak perkawinan incest dalam garis keturunan ke atas dan garis menyamping tingkat keempat secara khusus perkawinan pariban



a.         Kesehatan

Dr. Boyke mengatakan bahwa perkawinan incest membawa akibat pada kesehatan fisik yang sangat berat. Selanjutnya dia mengatakan bahwa memperbesar kemungkinan anak cacat adalah perkawinan hubungan darah, baik yang bersifat gasir lurus maupun menyamping. Penyakit-penyakit dari perkawinan hubungan darah seperti: talasemia, hermopilia, dsb. Tetapi hal ini bisa dihindari bila kita berkosultasi dengan ahli genetika. Pada dasarnya ahli genetika akan memberikan solusi atau cara mengatasi lahirnya anak cacat dari perkawinan sepupu.[18] Tetapi manipulasi genetika juga tidak dapat memastikan terhindarnya lahirnya anak cacat.
Dr. Ramonasari mengatakan ”Tidak setiap pernikahan incest akan melahirkan keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Jadi detilnya seperti ini, bisa saja gen-gen yang diturunkan baik dan melahirkan anak yang normal. Walaupun begitu, kelemahan genetik lebih berpeluang muncul dan riwayat genetik yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan. Pada kasus incest, penyakit resesif yang muncul dominan. Namun gangguan emosional juga bisa timbul bila perlakuan buruk terjadi saat pertumbuhan dan perkembangan janin pra dan pasca kelahiran.
Apabila terjadi kelahiran, anak perempuan lebih rentan dan berpeluang besar terhadap penyakit genetik yang diturunkan orangtuanya. Incest memiliki alasan lebih besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis. Banyak penyakit genetik yang berpeluang muncul lebih besar. Sebut saja pada genetik, kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (skizoprenia), Leukodystrophie atau kelainan pada bagian saraf yang disebut milin, ada bagian dari jaringan penunjang pada otak yang mengalami gangguan yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Selain itu albino (kelainan pada pigmen kulit) dan keterlambatan mental (idiot) serta perkembangan otak yang lemah. Banyak penyakit keturunan yang akan semakin kuat dilahirkan pada pasangan yang memiliki riwayat genetik buruk dan terjadi incest. Namun, yang harus diwaspadai juga kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu.[19]
Tetapi efek/dampak perkawinan incest yang dilakukan oleh saudara/i kandung tidak seberat yang dialami oleh mereka yang melakukan perkawinan pariban. Perkawinan pariban dilakukan oleh saudara sepupu tetapi hal yang pasti adalah bahwa perkawinan pariban juga memberikan peluang lahirnya anak cacat tetapi peluangnya jauh lebih kecil.


·         Dampak pada anak

Jika hal ini terjadi maka anak akan mendapat beban yang yang sangat berat pada usia dewasa maupun pada seluruh hidupnya. Cacat fisik yang dialami anak dapat berakibat pada pandangannya terhadap dunia, manusia dan Allah. Dalam tataran berelasi biasanya anak cacat memiliki inferioritas yang tinggi sehingga anak cacat sering tidak merasa nyaman dalam lingkungan sosial dimana individu-individu sekelilingnya sehat secara fisik. Orang cenderung memaknai cacat bawaan sebagai kutukan dari Allah. Orang tidak melihat hal itu sebagai akibat genetik perkawinan hubungan darah dalam garis keuturunan lurus atau menyamping. .
Cacat fisik ini tidak berakibat jangka pendek tetapi jangka panjang. Selain anak cacat memiliki inferioritas tinggi dalam kehidupannya, cacat fisik ini juga dapat berdampak pada niat-niat perkawinannya. Perkawinan secara langsung (pada garis lurus dan garis menyimpang tingkat kedua) dapat mengakibatkan impotensi dalam diri anak. Jika dia mau melangsungkan perkawinan maka cacat fisik (impotensi) tersebut akan menjadi faktor tidak sahnya perkawinan yang dilangsungkan. Perkawinan pada dasarnya melanggengkan persetubuhan antara suami-isteri yang dari sendirinya terbuka untuk kelahiran anak (kanon 1061, 1). Dengan demikian impotensi merupakan perkawinan yang tidak sah dari kodratnya (Kanon 1084, 1).

Perkawinan Pariban
Perkawinan pariban tetap digolongkan sebagai perkawinan incest. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Boyke dan Ramonasari bahwa perkawinan incest tetap memberi peluang atas munculnya berbagai penyakit genetik terhadap keturunannya. Tetapi kalau kita mencari minus malum terhadap perkawinan incest ini, peluang yang paling besar untuk memunculkan penyakit genetik adalah perkawinan dalam garis keturunan lurus dan menyamping pada tingkat dua dan tiga. Hal ini berkaitan dengan soal kedekatan hubungan darah.
Hubungan darah perkawinan pariban adalah perkawinan antara anak sepupu dengan kata lain hubungan genetik mereka berasal dari orang tua mereka atau tidak secara langsung. Sedangkan perkawinan dalam garis keturunan lurus seperti ibu dengan putranya atau ayah dengan putrinya. Resiko yang diakibatkan jauh lebih besar/parah. Hal ini terjadi karena antara ayah dengan putrinya masih memiliki hubungan darah garis lurus. Darah anak berasal diasalkan dari darah orangtuanya. Sehingga perkawinan sedarah ini akan memberikan peluang penyakit genetik.

b.        Intelektual

Perkawinan incest secara langsung memberi peluang yang besar dimana anak yang dilahirkan olehnya memiliki penurunan intelektual. Intelektual berkaitan dengan ratio. Ratio adalah bagian tubuh yang memampukan seseorang dapat mendistingsi realita. Setiap manusia dituntut untuk mendayagunakan rationya seoptimal mungkin, agar individu yang bersangkutan dapat mengolah dan merawat dunia ini karena Tuhan telah memberikannya (bdk. Kej. 1: 26), dan dapat melakukan hal-hal yang baik demi kesejahteraan seluruh umat manusia dan alam ciptaanNya. Melalui ratio juga individu dapat memperjuangkan kebenaran di dunia ini (Kanon 748, 1).
Perkawinan incest besar kemungkinan untuk menghasilkan anak idiot. Hal ini juga berdampak pada pernikahan bila dia bercita-cita untuk menikah. Pada dasarnya Gereja tidak menggangap sah suatu perkawinan nikah bila hal itu dilakukan oleh orang idiot.