Sabtu, 05 Januari 2013

ANGGUR LAMBANG DARAH KRISTUS


ANGGUR Lambang DARAH KRISTUS
(Matius 26:26-29; Markus 14:22-25; Lukas 22:15-20, 1 Korintus 11:23-25)

Hari ini kita akan kembali belajar firman lewat seri khotbah Anggur yang Manis. Dalam semua Injil Sinoptik, kita menemukan perikop Perjamuan Malam. Kejadian ini pun telah diabadikan oleh seorang seniman Leonardo Da Vinci dalam lukisan terkenal berjudul “The Last Suffer.” Berbagai disiplin ilmu telah mencoba untuk menarik benang merah dari kejadian menjelang hari kematian Tuhan Yesus ini.


Mari kita belajar secara saksama dari beberapa ayat kunci berikut ini. “Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Matius 26:28). Melalui berbagai penelitian, para ahli theologi telah menyimpulkan bahwa minuman yang ada dalam perjamuan malam tersebut adalah anggur. Seperti yang disebutkan dalam Matius 26:29 “Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku." Dari dua ayat ini kita dapat belajar bahwa Tuhan Yesus mengatakan bahwa anggur merupakan lambang Darah Kristus. Ini benar-benar anggur dan bukan darah seperti yang pernah dituduhkan oleh musuh-musuh kristiani pada abad-abad pertama gereja berdiri. Para penista ini mengatakan bahwa orang kristen minum darah dan makan daging manusia.

Lantas apa yang kita pelajari? Yang pertama adalah bahwa Tuhan Yesus pada malam perjamuan itu sedang mengajar murid-muridnya tentang sebuah pengorbanan. Darah yang akan tertumpah itu adalah Darah Perjanjian yang kudus dan suci tiada cela. Di tumpahkan untuk pengampunan dosa banyak orang. Bukan saja bagi sekelompok orang, tetapi bagi semua orang yang percaya dan menerima darah Kristus sebagai Darah Perjanjian. Darah Perjanjian yang menebus manusia dari kematian oleh karena dosa.

Kalau kita mengamati dengan jelas, maka komunitas yang ikut dalam perjamuan itu mewakili semua manusia di bumi ini. Ada orang yang “baik’ dan ada yang jahat. Ada yang lembut dan ada yang kasar. Ada yang setia dan ada yang suka berkhianat. Tetapi Darah Perjanjian itu ditujukan untuk semua orang termasuk Yudas iskariot yang menjual Gurunya demi keping-keping perak.

Jadi satu poin yang sangat penting kita pelajari hari ini adalah bahwa Anggur yang Manis itu dapat dirasakan ketika bersedia dicurahkan. Artinya ada bukti nyata dalam perbuatan. Banyak orang Kristen paham bahwa mereka tidak diselamatkan oleh karena berbuat baik, tetapi oleh kasih karunia.( Efesus  2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,) Namun ada banyak orang Kristen yang lupa bahwa perbuatan baik merupakan buah yang harus nyata dalam kehidupan mereka. Jadi keselamatan itu haruslah terlihat dalam perbuatan baik seseorang.

Perbuatan baik itu merupakan salah satu bukti bahwa kita telah mengalami kasih karunia Kristus yang menyelamatkan kita. Tetapi jikalau perbuatan baik sebagai buah dari keselamatan, tidak ada dalam diri orang Kristen, kita perlu mempertanyakan kekristenannya. Buah apakah yang dihasilkannya ketika Kristus telah menjadikan dia sebagai kebun anggur Tuhan? Hati-hatilah karena murka Allah sedang mengarah kepada orang yang mengaku Kristen namun tidak berbuah. Atau dia mungkin berbuah tetapi buahnya asam (ingat Yesaya pasal 5). Kita baca lagi ayat ini: “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” (Yohanes 15:2). Teguran pedas bagi Kristen namun tidak berbuah adalah: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Matius 3:10) Anda pasti tahu apa itu api yang menyala-nyala tanpa henti dan ulat yang tiada mati? “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.” (Yesaya 66:24)

Mari kita lihat Matius 26:27: “Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” Arti simbolis dari kata minumlah kamu semua adalah bahwa Anggur yang Manis itu akan dicicipi oleh orang lain. Yesus mempersilahkan semua untuk menikmati anggur yang melambangkan pengorbanan yang tertinggi ketika Dia menyerahkan darahNya tercurah hingga mati di atas kayu salip.

Jadi ini adalah saatnya bahwa kita sebagai pengikut Kristus harus berbuah manis sehingga ketika orang “mencicipi” mereka dapat merasakan sesuatu yang manis. Inilah saat yang paling tepat untuk kita juga melihat diri kita, apakah buah yang kita hasilkan sebagai orang Kristen sudah manis ataukah asam? Ingatlah, Allah tidak lagi kompromi suatu saat kelak di masa pengadilan Tahta Putih. Siapa yang tidak berbuah pasti akan ditebang dan di buang ke dalam perapian yang menyala-nyala.

Kita mempelajari ada dua hal dari ayat ini. Yang pertama, inilah masanya di mana “rasa” kita akan dicicipi oleh sesama. Apakah kehidupan kita berbuah manis atau asam. Ataukah kita sama sekali tidak berbuah? Coba bayangkan, berbuah lebat namun asam saja dibinasakan oleh Sang Pemilik Kebun Anggur, apalagi jika tanpa buah? Sudahlah pasti murka yang menyala sendang menanti. Yang kedua adalah Tuhan Yesus telah berbuat secara nyata ketika Dia tidak hanya bicara namun berbuat nyata dengan mencurahkan darahNya. PerbuatanNya yang luar biasa didorong oleh kasih sehingga Dia rela mati bahkan untuk orang yang membencinya. Jikalau demikian inilah saatnya, kita juga memberikan buah yang manis yang dapat dirasakan oleh komunitas di mana kita berada.

Coba kita renungkan ayat ini: “dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" (1 Korintus 11:24). Tuhan Yesus berfirman agar kita selalu mengenang pengorbananNya. Itulah sebabnya, kita setiap awal bulan selalu memasuki Sakramen Perjamuan Suci. Salah satu makna yang dapat kita ambil dari Perjamuan Suci adalah bahwa Allah dalam Tuhan Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya. Menyatakan kasihnya dalam tindakan nyata yang penuh kasih. Satu pengorbanan tertinggi ketika Dia mati. Inilah buah termanis yang pernah ada. Maranatha. Terpujilah Tuhan Yesus.

(Intisari Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th. dalam Ibadah Raya Bulan Baru Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper Jakarta Utara.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar