Jumat, 24 Mei 2013

MERDEKA SEJATI


MERDEKA YANG SEJATI
Galatia 5:1-13

Kita akan merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke 64 tanggal 17 Agustus mendatang. Sebagai warga negara yang baik, kita harus mensyukurinya sebagai berkat dari Tuhan. Bangsa kita telah bebas dari tangan bangsa penjajah. Sekarang kita menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa yang lain. Berdaulat penuh dalam menentukan arah dan hidup bangsa.


Dalam kehidupan rohani, kemerdekaan pun adalah satu hal. Ada banyak orang yang belum merdeka secara rohani. Mereka di belenggu oleh kuasa kegelapan. Terikat dengan perdukunan atau paranormal. Diperbudak oleh hawa nafsu kedagingan yang menyesatkan. Sebenarnya, masih sangat banyak manusia yang belum merdeka, dan kemungkinan mereka adalah orang-orang yang ada disekitar kita.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Galatia mengatakan: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (5:1) Kata “sungguh-sungguh merdeka” adalah indikasi  atau gambaran dari keadaan rohani jemaat yang masih mengambang. Ada beberapa di antara pembaca surat ini yang masih separuh merdeka sehingga mereka memerlukan kelepasan yang sepenuhnya. Apa artinya? Artinya adalah tanpa Kristus, sekuat apapun kita mencoba untuk melepaskan diri dari kuasa kegelapan, ikatan perdukunan, hawa nafsu yang menyesatkan, dan lain sebagainya, kita tidak pernah merdeka sungguh-sungguh. Karena kita memang tinggal dalam daging yang berdosa dan cenderung  kembali ke kubangan dosa. Kita tinggal dalam daging yang bagaikan babi yang selalu kembali kekubangan.

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka secara rohani kit memerlukan campur tangan Kristus. Lantas apakah yang harus kita lakukan untuk menerima kemerdekaan sejati itu? Paulus menulis dalam suratnya: “Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” (4:3-4) Walaupun kita telah menjadi Kristen, namun jika kita belum akil balik, kita masih belum merdeka sesungguhnya. Kita masih adal dalam berbagai belenggu. Akil balik di sini adalah keadaan dewasa secara rohani yang oleh Yesus Kristus dikatakan Lahir Baru: “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)

Ada banyak orang masuk gereja tetapi tidak mengalami kelahiran secara rohani. Lahir baru berarti seseorang telah megalami kelahiran secara rohani melalui peristiwa perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Seorang yang lahir baru adalah seorang yang telah menyadari siapa dirinya yang berdosa dan kemudian mengakui ketidakmampuannya untuk menyelesaikan dosanya. Seorang lahir baru adalah seorang yang kemudian datang kepada Kristus dan menerimanya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.

Lahir Baru adalah landasan untuk kita menerima kemerdekaan yang sejati. Tanpa lahir baru kita akan selalu berada dalam keadaan setengah merdeka, walaupun kita telah menajdi orang kristen. Nah kita tentu harus mengerti bagaimanakah caranya kita mengklaim dan merasakan kemerdekaan itu setelah kita lahir baru. Ingat, bahwa ini bukan terjadi otomatis saat kita telah lahir baru. Kita harus mengupayakan untuk meraih kemerdekaan yang sejati itu. Rasul Paulus menulis: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (5:16). Untuk meraih kemerdekaan rohani secara sungguh-sungguh setelah kita megalami lahir baru adalah dengan  hidup oleh Roh. Dalam terjemahan Raja Yakobus dikatakan: Walk in the spirit. Kalau kita ingin selalu berkemenangan dalam roh, kita harus berjalan dalam Roh. Roh itu penurut tetapi kita tinggal dalam daging yang lemah. Oleh karena kita tinggal dal;am daging yang lemah, kita harus membiarkan kita dipimpin oleh Roh. Berjalan dalam Roh karena daging kita sebgai manusia ini dilematis. Kita terjebak dalam dua hukum yang saling tarik menarik. Paulus mencoba menjelaskan ini dalam salah-satu suratnya kepada Jemaat Korintus (pasal 7). Paulus mengatakan bahawa sebagai orang yang telah lahir baru kita ingin melakukan hal yang dikehendaki Roh, tetapi kita mendapati justru yang diingikan daging yang kita lakukan. Sungguh dilematis bukan? Paulus bahkanmengataka betapa celakanya dia: “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:21-24)

Jadi apakah yang harus kita lakukan kini? Dalam Roma 6:1-6 kita baca: “ Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:1-6) Jadi jalannya adalah dengan secara terus menerus kita menyalibkan daging kita. Yesus mengatakan ini dengan bahasa sederhana yaitu menyangkal diri (Matius 10:38; Markus 8:34; Lukas 14:27) Sangkal diri artinya katakan tidak pada keinginan daging yang menyesatkan.

Untuk tetap merdeka setiap hari, kit aharus merelakan dengan tulus kita dipimpinb oleh Roh: “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” (5:18) Keintiman spiritual adalah kunci supaya kita tetap dalam pimpinan Roh Tuhan. Kalau kita mengijinkan secara terus menerus Roh Kudus memimpin, maka kita dapat mengalahkan Kuk Hukum Taurat. Hukum taurat itu adalah jerat yang selalu mengingatkan kita tentang betapa seriusnya dosa dan kejahatan kita. Hukum Taurat yang mengingatkan kita tentang betapa tak berdayanya kita tanpa pertolongan Kristus. Sekali lagi, supaya kita sungguh-sungguh merdeka, kita perlu Kristus. Haleluyah.

Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta 16/08/2009

Kamis, 23 Mei 2013

MENUJU KESEJAHTERAAN YANG MELIMPAH-LIMPAH


MENUJU KESEJAHTERAAN YANG MELIMPAH-LIMPAH
(MAZMUR 37:1-7)

Banyak sikap positif yang mengantar Daud pada puncak sukses. Sikap itu juga yang memastikan ia tetap berada dipuncak kepemimpinan bahkan ketika tekanan berart melanda. Ada dua sikap Daud dalam perikop yang kita pelajari ini yang telah menuntun dia menemukan kesejahteraan yang lemimpah-limpah. Keduanya adalah:


1.      Daud Bukan Pemarah.  Kata marah (charah) berarti: to be hot (emosi yang memanas), to furious (sangat marah), to burn (terbakas  emosi), to be kindled (tersulut emosi). Seorang pemarah dikendalikan amarah sedangkan seorang yang sehat selalu dapat mengendalikan amarahnya. (37:1a). Amarah yang tidak terkendali adalah jalan tol menuju kejahatan (37:8)
2.      Daud menjaga Hati. Daud bukan tipe orang yang iri (dengki) dengan kesuksesan orang. Daud menjaga hatinya agar tidak terganggu dengan kemilau pencapaian orang lain sekalipun untuk itu ada alasannya. (37:b). kata iri hati dari kata qana’(Hiphil): berarti To Provoke, (Merangsang, Memancing.) Perhatikan dengan pasti bahwa iri hati adalah semacam rangsangan (stimulus) menuju kejahatan.

Lantas teladan apa yang diajarkan oleh Daud agar kita sampai kepada pencapaian hidup sejahtera yang melimpah-limpah (sukses)? Berikut ini kita mempelajari 5 (hal) yang menjadi teladan hidup sukses dari Daud yangmasih relevan untuk kita pada zaman ini:
1.      Daud adalah Pribadi yang “pede”. (37:3a)  Kata percayalah (batach) berarti: to be confident (pede), make secure (nyaman).  Daud merasa nyaman dalam menjalani kehidupannya. Ia percaya apda apa yang dijalankannya. Itu telihat dari keseriusannya menapaki karirnya dari nol hingga puncak. Ia adalah Raja Israel terbesar sepanjang sejarah yang memulai karir kepemimpinannya dari titik nol.
2.      Daud adalah hamba yang setia (37:3b). kata setia (shakan) berarti: to settle down: duduk manis, to abide: tinggal, to dwell: tinggal, to tabernacle: menjadi bait, to reside: berada. Setia berarti menetap. Apapun persoalannya, ia tetap tinggal disana.
3.      Sukacita mengisi hati Daud. (37:4) dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Sukacita menjadi energi yang memastikan Daud dapat melewati masa-masa sulit. Sukacitaitu juga mengerjakan kesembuhan bagi tubuh yang sakit. Dengan sukacita, kita juga dapat mengerjakan proses pencapaian menuju sukses.
4.      Daud seorang yang Commit. (37:5). Kata serahkanlah (galal) berarti: to roll down (meleleh) yang dapat diartikan sebagai, Apapun yang terjadi,  Sekali ikut Tuhan, selamanya mengikut Dia, atau Sekali melayaniNya, sampai mati melayani. Komitmen adalah keputusan untuk melakukan apa yang telah disepakati apapun perseoalan yang terjadi selam proses itu terjadi.

Ringkasan Khotbah Pdt Joshua Mangiring Sinaga, M.Th pada Ibadah Raya Bulan Baru Bethany Pulomas, Minggu, 07 Oktober 2012.

Rabu, 22 Mei 2013

MENJADI SEPERTI ANAK KECIL


MENJADI SEPERTI ANAK KECIL
Matius 18:1-10

Sudah jadi rahasia umum bahwa setiap manusia menginginkan yang lebih. Isteri yang lebih cantik. Harta yang lebih banyak. Umur yang lebih panjang. Dan lain sebagainya. Para murid Yesus ternyata tak berbeda. Mereka juga ingin tahu siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga? Saya percaya ada indikasi motivasi rivalitas di antara para murid. Para murid ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang lain? Coba bandingkan dengan ayat berikut: “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (Matius 20:20-21)


Yesus tidak menyangkal bahwa ada semacam tingkatan penghuni Kerajaan Sorga. Bahkan Yesus secara tidak langsung pernah menegaskannya: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” (Matius 11:11)

Mari kita mempelajari ayat ini: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:3). Hal pertama yang akan kita pelajari adalah bagaimana masuk ke dalam Kerajaan Sorga? Dan yang kedua adalah bagaimana untuk mendapatkan posisi yang terbesar?

Marilah kita membahas dan menjawab pertanyaan pertama. Bagaimana caranya masuk Kerajaan Sorga? Kata pertama yang dikatakan Yesus adalah bertobat. Namun secara khusus kita akan membahas lebih dalam arti bertobat di sini. Kata bertobat dalam KJV adalah Convert yang berarti BERUBAH: “And said, Verily I say unto you, Except ye be converted, and become as little children, ye shall not enter into the kingdom of heaven.”

Kata berubah dalam bahasa Yunani adalah metamorphose. Kata metamorphose akrab kita kenal dalam istilah biologi yaitu prosese perubahan larva menjadi kupu-kupu yang indah. Di awali dari telor menjadi kepompong ke ulat dan akhirnya kupu-kupu. Jadi yang di maksudkan Yesus dengan kata bertobat adalah perubahan dari manusia lama menjadi manusia baru. Dimana seseorang meninggalkan bentuk lamanya yang berdosa menjadi bentuk yang baru yang indah dan kudus. Tentu perubahan di sini tidaklah terjadi secara fisik seperti proses metamorphose kupu-kupu. Yang dimaksudkan di sini adalah perbuhahan secara rohani.

Jadi yang di maksudkan Yesus dengan kata bertobat adalah peruabahan dari manusia lama menjadi manusia baru. Dimana seseorang meninggalkan bentuk lamanya yang berdosa menjadi bentuk yang baru yang indah dan kudus. Tentu perubahan di sini tidaklah terjadi secara fisik seperti proses metamorphose kupu-kupu. Yang dimaksudkan di sini adalah perbuhahan secara rohani. Perubahan inilah yang disebutkan Yesus dengan proses Lahir Baru: “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)

Lahir baru adalah tahapan pertama dalam proses metamorphose seseorang menjadi manusia rohani. Kelahiran baru ini dimulai tahapan dengan seseorang menyadari dosanya dan kemudian mengakuinya dihadapan Tuhan. Proses selanjutnya adalah seorang menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi untuk pengampunan segala dosanya. Bertobat berarti seseorang telah berubah menajdi ciptaan baru dan berpaling dari manusia lama yang berdoa menjadi manusia baru yang dikuduskan oleh Tuhan Yesus. Nah sekarang tidak ada jalan lain menuju manusia baru selain bertobat dari segala dosa dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tanpa bertobat seseorang tak mungkin melihat Kerajaan Sorga apalagi memasukinya.

Kata kedua adalah menjadi seperti anak kecil. “…and become as little children.” (KJV). Kita pasti mengerti yang dimaksudkan disini bukalah perubahan pisik bukan? Yesus sedang berbicara tentang karakter anak kecil. Konteks terdekat dari ayat ini tentu terkait dengan motivasi atau rivalitas yang saya sebutkan tadi di atas. Seseorang haruslah menjadi seperti anak kecil yang tidak terlibat dalam dosa kesombongan. Seseorang harus rendah hati jika hendak melihat Kerajaan Sorga.

Tidak ada dosa di dalam sorga walaupun dosa “suci” seperti rivalitas tadi. Dosa terselubung karena terbungkus rapi. Dosa yang seperti tak terdetek karena terbungkus dalam jubah rohani. Seseorang harus benar-benar bersih dan tulus seperti seorang anak kecil. Seseorang tidak boleh terlibat dalam dosa kesombongan rohani. Seseorang harus bebas dari keangkuhan spiritual jika hendak masuk Kerajaan Sorga.

Ada satu hukum rohani yang kontra dengan hukum duniawi. Seseorang harus merendahkan diri untuk menjadi yang terbesar secara rohani. Jadi kita mengerti sekarang mengapa Allah begitu serius dengan urusan hati. Allah tidak melihat bentuk pisik seperti kebiasaan manusia. Allah menaruh perhatian lebih kepada hati di banding hal-hal yang jasmaniah. Sebaliknya, manusia sering terkesan dan tertipu karena penampilan luar. Misalnya kisah Nabi Samuel yang terpesona dengan penampilan pisik Eliab kakak tertua Daud. Manusia melihat muka tetapi Allah melihat hati (1 Samuel 16:7).

Seorang anak kecil memiliki hati yang bersih dari sampah yaitu dendam, dengki, dan semacamnya. Yesus berfirman: “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.” (4)

Yesus berkata: “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (5). Seharusnya kita mengubah sikap kita menjadi hati yang senang menerima. Karena dunia sekarang penuh dengan penolakan. Gereja bahkan bertengkar dan saling melukai karena tidak dapat menerima perbedaan. Bila kita hendak melihat kemualiaanNya, marilah kita bertobat dan menerima seorang akan yang lain. Amin

Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Bulan Baru Hati Nurani Ministries Jakarta, 2 Agustus 2009

Selasa, 21 Mei 2013

MENGAPA ALLAH DIAM?


MENGAPA ALLAH DIAM?
YESAYA 58:1-12

Saya sudah mendengar ribuan kali pertanyaan ini? Mengapakah Allah tak mendengarkan doaku? Mengapakah Allah menjawab permohonanku? Berbagai jawaban theologispun telah disampaikan, tetapi Nabi Yesaya menjawab lain. Dan inilah yang akan kita dengar dan pelajari hari ini. Mengapa Allah diam?

Nabi Yesaya menjawab: “Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!” (1)

Jawabannya adalah ADA PELANGGARAN! KJV…………and shew my people their transgression = melintasi garis. Contohnya adalah jalur lintasan mobil di jalan raya. Jika anda sembarangan melintas ke jalur lain, maka resiko tabrakan akan sangat mudah terjadi. Robert Liardon mengatakan jalur yang paling berbahaya adalah jalur tengah. Ketika kita menjadi hidup secara rohani dengan tetap mengikuti atau membenarkan prinsif-prinsif dunia, maka kita sedang melintasi jalur dan dapat dipastikan akan segera mengalami kecelakaan.

Jadi jawaban mengapa Allah diam adalah karena ada yang pelanggaran dalam ibadah dan atau kehidupan kita?

KEHIDUPAN ROHANI YANG TERLIHAT BENAR

“Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:” (2)
Kalau kita amati, orang-orang ini adalah kelompok yang MENCARI TUHAN. Artinya mereka adalah kelompok yang menjalani  PUJIAN DAN PENYEMBAHAN yang dalam (deep praise and worship). Mereka penyembah yang sungguh-sungguh. Yang kedua dikatakan bahwa mereka MENGENAL SEGALA JALANNYA, artinya kelompok ini adalah komunitas yang mempelajari Firman dengan sunguh-sunguh. Sejatinya meraka adalah komunitas yang ideal secara rohani bukan? Namun sungguh aneh, nkomunitas ini mengalami masalah besar! Allah justru tak mendengar doa dan ibadah mereka: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" (3)

Tingkat kehidupan spritual yang sangat dalam adalah dengan berpuasa. BERPUASA berarti MERENDAHKAN DIRI. Namun puasa ini pun tak membuat keadaan menjadi lebih baik. ADAKAH yang Salah dalam berpuasa? Bukankah PUASA itu sangat baik bagi keidupan rohani yang sehat? Yesaya menjelaskan bahwa puasa pun  akan menjadi ibadah tanpa arti jika: “Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” (3b-5)
Marilah kita membahas hal-hal yang disebutkan Nabi Yesaya yang menyebabkan Ibadah Puasa kita menjadi tidak berkman di mata Tuhan:

-          PUASA tanpa berhenti mengurus BISNIS. Hal ini berbicara tentang Puasa tanpa fokus. Puasa jalan tapi pikiran tetap keurusan kehidupan jasmaniah. Seharusnya jika kita berpuasa kita harus meninggalkan dan melupakan sama-sekali hal-hal yang bersifat daging dan memfokuskan diri kepada Tuhan.
-          Puasa tapi tetap mengumbar EMOSI. Ini bicara karakter. Jika kita menjadi penyembah itu harus berbanding lurus dengan karakter kita. Seharusnya karakter Kristus terbangun dalam pribadi kita saat kita berpuasa. Kita harus meredam sifat daging kita.
-          MUNAFIK ( berusaha mempertontonkan diri sedang berpuasa agar dilihat oleh orang lain.) Tahkah anda salah satu orang yang paling di cela Yesus? Mereka adalah orang munafik. Kenapa? Karena Allah melihat kita secara utuh. Melihat luar dan dalam diri kita. Kita bisa mengelabui orang tapi tidak Allah. Jadi jika kita mencoba mendandani hidup kita menjadi rohani tanpa mengurus bagian dalam yaitu hati, puasa kita menjadi sia-sia. Coba kita baca dengan serius kata-kata Kristus ini dalam Matius  6:16-18: “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

TETAPI IBADAH PUASA YANG MEMBUAT ALLAH BERKENAN ADALAH:

“Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.” (6-7)

Nabi Yesaya menjelaskan, kita harusnya tidak menjadi kelompok legalis spiritual. Kita tidak boleh melegalisasikan hal-hal rohani atau dengan kata lain melakukan dengan serius segala aturan spiritual namun tidak mengalir dari hati yang rela. Janagan sampai kita melakukan hal-hal rohani tanpa dorongan uyang tulus dari hati. Legalis artinya hanya elakukannya secara benar namun tidak didasari dari dorngan hati yang rela.

Hal inilah yang harusnya telah ada terlebih dahulu sebelum kita memasuki PUASA yang BERKUASA:

-          Membuka belenggu-belenggu kelaliman (Kita harus melepaskan diri dari kepercayaan terhadap mitos, dongeng, legenda, ramalan, horoscope karean itu semua adalah kekejian dimata Tuhan)
-          Melepaskan tali-tali kuk (Kita harus melepaskan diri dari ikatan terhadap hal-hal duniawi seperti adat-istiadat yang salah, ikatan terhadap TV, hobby yang mengikat dan menjadi “idol” berhala kita, dll)
-          Memerdekakan orang yang teraniaya (Kita harus menolong sudara yang menderita fitnah dan aniaya lainnya seperti korban bencana alam, perang dll)
-          Mematahkan setiap kuk (Kuk adalah gandar yang membelenggu leher seekor lembu pembajak.  Keadaan ini seperti seorang yang terikat hutang-piutang. Bila kita melihat orang terbelenggu hutang kepada kita dan kita tahu dia tak mampu melunaskannya, relakanlah dan bebaskanlah)
-          Memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar. Ini tak perlu ditafsir lagi. Kita harus mau membagi ransum kita bagi orang yang kelaparan.
-          Membuka pintu bagi orang yang tak punya rumah. Ini pun tak perlu di tafsir. Relakanlah rumah kita menjadi tumpangan para musafir.
-          Memberi pakaian bagi orang telanjang. Membagi pakaian bagi orang yang miskin itu juga perlu. Sia-sia anda berbusan bagus dan berpuasa, tetapi tentanggamu kau biarkan tanpa pakaian yan layak. Amin

(Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta, Minggu, 18 Januari 2009)