Selasa, 30 April 2013

LEBIH DARI PEMENANGAN


LEBIH DARI PEMENANG
Roma 8:31-39

Persoalan tidak akan pernah berhenti selama kita masih tinggal dalam dunia ini. Persoalan adalah warisan yang wajib dialami oleh siapa saja yang menumpang hidup di alam ini. Tidak terkecuali dengan orang Kristen. Menjadi Kristen tidak digaransi akan bebas dari persoalan. Tetapi hari ini kita akan mengerti bahwa terdapat perbedaan menyolok antara orang percaya dengan orang dunia dalam menelesailan persoalannya.


Kita membaca Roma 8:31 “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Rasul Paulus mengeri keadaan yang mendesak orang percaya di Roma. Mulai dari tekanan politis hingga persoalan sosial lainnya. Orang kristen di Roma menghadapi siksaan yang sangat mengerikan karena mereka langsung berhadapan dengan pemerintahan yang anti Kristen. Namun Paulus menekankan posisi orang percaya yang sangat istimewa. Orang percaya tidak hanya sekedar bertahan hidup tetapi mereka menang bahkan lebih dari pemenang. Mengapa demikian? Karena ALLAH di pihak orang percaya.

Jika Allah di pihak kita? Ini terhubung dengan konteks yaitu ayat sebelumnya: Roma 8:29 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Allah telah mentakdirkan (predestinate -KJV) kita sejak semula untuk menyesuaikan diri dengan citra Allah. Takdir kita adalah menjadi satu citra denganNya. Citra Allah salah satunya adalah PEMENANG. Allah menang terhadap segala persoalan dalam bentuk apapun dan sudah mentakdirkan kita yaitu orang yang percaya kepadaNya menang juga dalam menghadapi segala persoalan. Perhatikan bahwa kata takdir tadi merupan satu hal yang permanen dan tak dapat di gugat oleh apapun. (Rome 8:29 For whom he did foreknow, he also did predestinate to be conformed to the image of his Son, that he might be the firstborn among many brethren. -KJV)

Jadi siapakah yang dapat melawan kita? Kita semua tahu bahwa Allah bahkan telah merelakan AnakNya sebgai tumbal dari penebusan kita. Apakah Dia tidak akan mengerahkan segalanya untuk melindungi kita? Kalau saja yang termahal telah diberikanNya yaitu PutraNya sendiri mati di kayu salip, apakah Dia tidak akan melakukan apapun untuk melindungi kita?  Dalam Roma 8:32 kita membaca: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”
Memang ada oknum yang akan mendakwa kita. Sama seperti dalam ruang persidangan, demikianlah kehidupoan kita selam menumpang di dunia ini. Kita sedang adal dalam arena persidangan di mana para pendakwa akan menggugat kemenangan kita. Para pendakwa akan mendakwa kemenangan kita. Berbagai macam cara dari musuk kita yaitu Iblis akan mencoba mencuri apa yang kita miliki yaitu kemenangan kita. Paulus menulis dalam Roma 8:33 “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?”

Sekali lagi kita mendapatkan konfirmasi kemenangan kita. Kemenangan itu kita peroleh semata-mata karena Allah telah membenarkan kita oleh iman pada Yesus Kristus. Sekali lagi kemenagna ini kita peroleh hanya karena Roh Allah adal di dalam kita. Buka karena kekuatan atau kepandaian kita, namun karena Roh Allah: Habakuk 4:6 “Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”

Allah telah mentakdirkan lantas siapa yang dapat menggugat kemangan kita? Paulus membagi 2 kelompok besar pendakwa kemenangan kita:

1.            OKNUM/anazir

Roma 8:38-39 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Kita tidak perlu takut akan kematian, bahkan kehidupan yang kita jalani sekarang. Karena kematian tidak berkuasa lagi atas orang percaya. Bahkan para malaikat pun tidak dapat memisahkan kita dari kemenangan dalam Kristus. Termasuk pemerintah atau bahkan kuasa-kuasa kegelapan. Semua itu tidak dapat mendakwa kemenangan yagn sudah ditakdirkan bagai setiap orang yang telah memberi diriNya kepada Kristus Yesus.

2.            SENGSARA

Roma 8:35 “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” 

Yang paling sering membuat putus asa tentu adalah sengsara dalam hidup. Mulai dari tekanan dari sesama hingga aniaya karena nama Kristus. Belum lagi kekurangan dan kelaparan. Bencana ancaman pembunuhan. Namun Kristus tak akan terpisahkan dari kita. Asalkan kita melekatkan diri kepadaNya, maka kita pun akan menjadi satu citra denganNya yaitu menang. Andai hari ini kita harus menahan lapar dan miskin, tetaplah pegang Kristus maka kemenangan itu tak akan lepas dari kita.
Bila Allah yang membenarkan lantas siapa yang dapat menghukum? Roma 8:34 kita baca: “Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita.” Yesus adalah pembela dalam persidangan kehidupan kita. Siapapun pendakwa kita, dia akan berhadapan dengan Tuhan Yesus. Pernahkah anda melihat seorang pengacara yang membela seseorang? Berbanggalah, karena Yesus Kristus kini adalah pembela yang lebih hebat dari pengacara manapun. Dan karena sekarang Dialah pengacara kita yang akan membela kita sampai menang. Ingat, sampai menang.

Jadi IMAN dalam Yesus Kristus telah membawa kita kepada pentakdiran yang mutlak untuk menang. Itu artinya kita lebih dari pemenang karena sejatinya telah menang dalam iman kepada Kristus.

INTISARI khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta. Minggu, 20 Januari 2008

Selasa, 23 April 2013

KUNCI MENUJU KEMENANGAN DAN TETAP BERTAHAN DISANA


KUNCI MENUJU KEMENANGAN DAN TETAP BERTAHAN DI SANA
(Nast: KEJADIAN 26:1-5; 12-14; 24-25)

Dunia yang kita tempati ini adalah gudang masalah. Siapapun anda, tidak terkecuali, masalah pasti akan datang. Dimanapun kita berada, masalah akan mengejar. Miskin, kaya, tampan, jelek, tua muda, semuanya bermasalah. Semua hanya menunggu waktu saja. Namun yang membuat berbeda adalah bagaimana respon dan sikap anda jika masalah itu datang. Apakah anda berhasil menguasainya atau malah anda dikuasai? Ribuan tahun di Timur Tengah sana terjadi masalah besar. Kelaparan. Kita baca: “Maka timbullah kelaparan di negeri itu. -- Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin.” (1) Kelaparan ini  bagitu hebat sehingga melanda hampir seluruh wilayah. Ishak pun terkena dampak dan memilih untuk mengungsi ke negeri Filistin. Anda tahu bukan bahwa negeri Kanaan adalah negeri pilihan Tuhan yang berlimpah susu dan madu? Di negeri itu ternyata tetap dikunjungi kelaparan. Maslah besar yang berkaitan langsung dengan hidup mati seseorang.


Ishak adalah seorang yang berbeda. Dia merespon masalah dengan sikap yang benar. Itu yang membuat dia berhasil melalui kemelut itu dan bahkan memperoleh berkat yang berkelimpahan. Sungguh di luar dugaan akal pikiran manusia bukan? Bagaimana Ishak dapat mencapai kemenangan dan bahkan tetap bertahan dalam kemenangan sementara banyak orang yang lain menjadi pecundang? Kita mempelajari paling tidak ada 5 teladan hidup yang dapat kita pelajari dari Ishak:

1. Pribadi Tuhan dan firmanNya

Dalam ayat 2 kita baca: “Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu.” Penampakan PribadiNya adalah konfirmasi yang paling seirng kita temuai dalam perjanjian lama. Penampakan Pribadi itu selalu disertai dengan penyampaian firman. Jadi Pribadi Allah dan firmanNya selalu datang bersama. Zaman ini tentu kita masih dapat menikmati kehadiran atau penampakan diriNya namun tidak lagi harus demikian karena kita sudah memiliki firmanNya (LOGOS) yang jikalau kita mendpatkan pencarahan oleh Roh Kudus akan menjadi rhema (firman yang hidup). Jadi sama seperti Ishak yang bertemu pribadi dan firmanNya, kita semua pun memerlukan hal yang sama. Tanpa pernah bertemu dengan pribadiNya, melalui kelahiran baru, dan dituntun oleh firmanNya setiap hari, kita tidak akan pernah manang!

2.      Pesan Spesifik

Kegagalan kita seringkali bukan karena kita kurang persiapan, tetapi karena kita tidak memiliki pesan khusus. Pesan khusus itu yang membuat kita memiliki visi dan misi yang jelas. Visi karena kita mendengar pesan khusus sehingga menggerakkan kita melalui misi yang kuat. Dalam ayat 3dan 4 kita baca: “Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,” Ishak menerima pesan yang spesifik. Pesan khusus itu terinci dan tidak bersifat umum. Perhatikan bahwa Allah berfirman dengan jelas dan tidak kabur. Ishak diminta tinggal di negeri Filistin sebagai orang asing. Garansinya adalah Allah akan menyertainya. Saudara, jika Allah memerintahkan sesuatu, Dia akan selalu menjamin firrmanNya. Jadi jangan takut atau bimbang, jika anda mendengar pesan khusus, jadikan itu sebagai visi untuk mencapai misi yang besar yang telah Tuhan siapkan dalam hidupmu.

3.      Mentoring

Tak ada yang berhasil tanpa kontribusi dari pihak lain. Ishak mendapatkan kasih karunia yang berlimpah tidak lepas dari keteladanan rohani ayahnya. Jadi sekarang, jika kita hendak mencapai kemenangan, kita perlu penasehat atau seorang mentor. Memang berat karena kita sering terjebak dalam dilema karena mentoring rohani tidak dapat disusun seperti mentoring duniawi. Mentoring rohani bersifat penundukan diri secara total. Jadi berdoalah kepada Tuhan agar Tuhan memberikan hikmat sat kita memilih mentor rohani yang tepat. Mentor itu harus kita percayai spenuhnya sebagai wakil Tuhan yang dapat menegur dan meluruskan jalankita. Mentor yang paling ideal adalah gembala tetapi sering kali gembala menjadi kurang menarik karena kesibukan perannya yang sangat vital dalam jemaat, jadi saya lebih menyarankan anda berdoa dan mencari sendiri figur lain jika gembala saudara tidak memungkinkan menajdi mentor. Ishak mendapatkan mentoring yang lauar biasa hebat sepanjang hidup ayahnya sampai Allah begitu “memuji” Abraham: “karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." (5)

4.      Iman

Iman mengharuskan kita bekerja walau logika berkata tidak mungkin. Walau negeri dimana Ishak diminta Tuhan tetap tinggal sedang dilanda musim kering, tetapi karena Tuhan yang menyuruh, Ishak memilih percaya karena bila Tuhan ada semuanya bisa berubah. Iman bekerja mengatasi akal dan logika. Seharusnya logika memaksa Ishak pergi ke Mesir dimana ada sungan Nil yang tetap mengalir, tetapi Ishak memakai imannya dan tetap tinggal. Nah saudara, iman itu berkerja terbalik. Iman tidak selalu mengikuti akal manusiawi kita bahkan sangat sering di luar logika. Ishak memilih memakai imannya dan mulai menabur benih ditengah musim kering yang melanda hebat. Perhatikan saudara, karena Tuhan menyuruh dan Ishak percaya maka Ishak dapat menuai 100 kali lipat dari hasil yang biasa: “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah, sehingga orang Filistin itu cemburu kepadanya.” (12-14)

5.      Keintiman

Keintiman dengan Tuhan adalah kunci pamungkas rahasia mencapa kemenangan dan akan teap bertahan di sana walau pun waktu dan badai menghempas. Ketika Ishak mendapatkan kunjunganNya, Dia mendirikan mezbah. Mezbah adalah lambang keintiman seseorang dengan Tuhannya. Bila anda seorang percaya namun tidak memiliki hubungan yang baik dalam doa dan ibadah kepadaNya, maka anda tak lebih dari seorang pecundang. Namun bila anda selalu memiliki waktu untuk datang menghampiriNya dalam doa, pujian, penyembahan maka anda sedang mengalirkan kuasa yang mahadahyat yang akan menopang anda sehingga tetap mampun bertahan menghadapi setiap ujian dan godaaan. “Lalu pada malam itu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hamba-Ku itu." Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN. Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ.” (24-25)

Ps. Joshua Mangiring Sinaga, S.Th., M.Th
Gembala Jemaat Bethany Pulomas Jakarta, Pendiri Yayasan Hati Nurani.

Senin, 22 April 2013

RAHASIA HIDUP BERKEMENANGAN


Kunci Kehidupan Berkemenangan
(Nast: 2 Korintus 4:16-18, 5:1-10)

Pada zaman akhir ini, manusia berlomba-lomba untuk mendapatkan kenikmatan duniawi. Bukan hanya orang dunia, sebagian orang kristen pun seolah telah terseret untuk mengikuti pola hidup modern yang duniawi. Beberapa gereja bahkan telah dengan secara terang-terangan mengajarkan paham dogma kemakmuran (propherity dogtrine) secara tidak seimbang. Inti pengajarannya adalah kaya atau kelimpahan secara materi bagi setiap orang yang percaya.



Sejatinya, Alkitab tidak hanya menulis tentang kemakmuran, tetapi juga kesukaran dan penderitaan bila orang menjadi pengikut Kristus. “Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. (Lukas 9:23) Rasul Paulus sebagai rasul yang paling banyak mengalami deraan pisik selama dalam pelayanannya mengatakan: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,” (2 Timotius 3:12). Kita menemukan paling tidak ada 48 ayat yang menunjuk pada penderitaan bagi setiap pengikut Kristus dalam Perjanjian Baru. Jadi jelaslah, bahwa menderita karena nama Kristus adalah pesan yang nyata dan alkitabiah.

Jikalau demikian adanya, mengapa kita harus menderita? Rasul Paulus menekankan bahwa kita tinggal dalam kemah yang fana. “Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,” (ayat 2). Alasannya adalah karena kita tinggal di dalam kemah yang fana. Dalam bahasa Ibrani, adamah berarti tanah, debu tanah. Dari kata adamah, lahirlah kata Adam yang berarti manusia. Jadi jelas manusia itu memang terbuat dari tanah. Manusia tinggal di dalam tubuh yang fana yang akan binasa. Habitat manusia adalah dunia (kosmos) ini. Maka tidak heran, manusia selalu cenderung untuk mengikuti dan menyukai hal yang bersifat kosmik (kebiasaan duniawi) yang justru bertentangan dengan hukum Allah.

Inilah yang disebut dengan penderitaan. Sementara kita telah menjadi exklesian (orang kristen) yang harus hidup sesuai hukum Allah, kita justru tinggal di dalam adam yang menyukai habitatnya yaitu adamah. Kita tinggal dalam tubuh jasmaniah yang cenderung memberontak kepada Allah, tetapi di dalam kita berdiam Roh Allah yang terus menerus menegur hati nurani kita untuk melakukan hukum Allah. Inilah yang membuat Rasul Paulus berkata: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini.” (Roma 7:24). Kemelut inilah yang membuat dia berkata: “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.” (ayat 8).

Yang kita pelajari adalah bahwa ada penderitaan manusia batiniah kita yang selalu merindukan hal yang rohani karena masih terbungkus oleh manusia lahiriah. Manusia batiniah kita lebih merindukan untuk segera menanggalkan kemah yang fana dan menempati kemah surgawi yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Tetapi Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan justru membiarkan kita untuk sementara didalam kemelut ini untuk menguji kemurnian kita: “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.” (Ayat 5)

Ada beberapa kunci yang dipesankan Rasul Paulus agar manusia batiniah kita menang:

  1. Jangan tawar hati. (Ayat 16). Dalam KJV kita baca: “For which cause we faint not; but though our outward man perish, yet the inward man is renewed day by day”. Jadi kita jangan menjadi redupa atau pudar hanya karena berbagai-bagai tekanan dan penderitaan yang berlaku dalam hidup kita. kita harus rela dibaharui hari demi hari untuk menjadi lebih baik di hari esok.

  1. Kenakanlah mata rohani (Ayat 18). Banyak kali kita lupa bahwa kita memiliki mata yang lain selain mata jasmaniah. Itulah mata rohani kita. Mata rohani inilah yang dapat melihat di balik penderitaan selalu ada berkat yang disediakan Tuhan bagi kita. Mata Rohani inilah yang dapat menghidupkan iman dalam hati kita walaupun mata jasmaniah kita melihat ada segunung masalah menghadang didepan. Alkitab berpesan bahwa kita adalah: “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (Ayat 7) Dengan mengenakan mata rohani, kita akan menjadi orang yang dapat kuat menahan segala penderitaan sementara yang diijinkan Allah berlaku atas kita. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (ayat 17)

  1. Tabah (Ayat 6). Kata tabah ternyata bukanlah kata yang asing dalam Alkitab. Kita harus tabah dalam berbagai-bagai kesukaran, karena dengan ketabahan itulah kita nantinya akan menerima upah yang pantas bagi kita. “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Kata tabah dalam KJV adalah always confident yang berarti yakin atau pasti. Dalam kekristenan kita haruslah menjadi orang yang pasti dan yakin bahwa segalnya berlaku demi kebaikan kita. Tuhan tidak pernah merencanakan malapetaka untuk menghancurkan umatNya.

  1. Berusaha (Ayat 9). Kita adalah pekerja (wherefore we labour – KJV) yang harus tetap bekerja dan berusaha. Memang kita tidak memiliki kekuatan yang hebat, tetapi bila kita bekerja didalam namaNya, maka Dialah yang akan memeberikan kekuatan kepada kita untuk meraih kemenangan. Jangan menjadi lelah karena yang menerima upah adalah mereka yang tetap bekerja sampai hari kedatanganNya. Marilah kita tetap bergiat bekerja dan jangan menjadi lelah dihari-hari yang akhir ini. Kerjakan lebih banayak dan lebih giat. Degnan bekerja lebih giat kita dapat mempercepat hari kedatanganNya.

Saudara yang kekasih dalam Tuhan Yesus, seorang Rasul berpesan: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan”. (Yakobus 1:2). Jadi tenangkanlah jiwamu dan jadilah pemenang.

INTISARI Khotbah Pdt Joshua mangiring Sinaga pada Ibadah Raya Bulan Baru  3 September 2006 di GKBI Jemaat Hati Nurani Induk Semper.

Minggu, 21 April 2013

KUNCI BERTUMBUH & BERBUAH LEBAT


KUNCI BERTUMBUH & BERBUAH
 (Yohanes 15:1-8)

Minggu yang lalu kita sudah mendengar tentang buah-buah Kristiani. Ada tiga buah-buah Kristiani yaitu buah pertobatan, buah jiwa-jiwa, dan buah pelayanan. Kita belajar bahwa bila kita tidak berbuah maka kita bukanlah pengikut Kristus yang sejati. Dan bagi yang tidak berbuah telah tersedia kapak untuk menebang untuk akhirnya dicampakkan keperapian yang menyala-nyala. “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Matius 3:10)


Lantas bagaimana supaya kita dapat bertumbuh dan akhirnya menghasilkan buah? Kita akan belajar hari ini dari Yohanes 15:1-8. Paling tidak saya mempelajari ada tiga kunci yang kita peroleh untuk dapat bertumbuh dan berbuah.

1.      Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya

Saya lahir dan besar di desa. Ayah saya saya adalah seorang petani. Keluarga kami mempunyai beberapa tempat kebun kopi. Secara rutin ayah dan ibu  mengajak kami anak-anaknya untuk menyiangi pohon-pohon kopi dari tunas-tunas yang tumbuh di antara dahan-dahan. Ayah saya selalu berkata bahwa jikalau terlalu banyak tunas akan membuat pohon kopi tidak berbuah lebat. Jadi tunas-tunas yang diperkirakan tidak akan produktif harus segera di potong agar ranting yang lain dapat berbuah. Pelajaran ini akhirnya membuka pikiran saya ketika belajar arti dipotongNya.


Allah sebagai pemilik dari kebun anggur tentu akan bertindak bijak agar kebunnya dapat bertumbuh dan berbuah banyak. Salah satunya adalah dengan cara memotong ranting-ranting yang tidak produktif. Kalau kita mau bertumbuh dan berbuah banyak, kita harus mengijinkan Tuhan memotong apa saja dari dalam diri kita yang tidak produktif. Saya pernah membaca sebuah buku tentang seseorang yang membuang semua ijazah sarjananya ke laut ketika dia akan pulang kekampungnya. Dia memilih untuk membuang semua hal yang dpat membuat dia sombong dan tinggi hati sehingga menghalangi dia bertumbuh dalam pelayanan. Dia sadar bahwa karena kesombongan, Allah akan sulit memakainya dalam pelayanan. Rasul Paulus mengatakan: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filifi 3:8) Banyak ranting dalam hidup kita yang seharusnya di potong agar kita berbuah banyak. Apakah itu status, suku, adat, harta, dan lain sebagainya. Jikalau itu menghambat kita berbuah, ijinkan Allah memotongnya.

2.      dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

ada kalanya ranting yang sudah berbuahpun digelayuti oleh berbagai-bagai parasit. Suatu saat, saya diajari oleh ayah saya untuk memotong benalu yang melekat pada dahan pohon kopi. Saya bertanya mengapa? Ayah saya menjelaskan bahwa benalu itu akan merampas zat-zat yang dibutuhkan oleh ranting sehingga dia tidak dapat berbuah banyak. Memeng ketika saya perhatikan, pohon-pohon kopi yang ditumbuhi benalu berwarna lain, tidak segar dan buahnya relatif sedikit jika dibanding pohon lain yang tidak ditempeli benalu.

Kadang-kadang kita tidak sadar bahwa ada benalu rohani yang melekat dalam diri kita sehingga kita tidak dapat berbuah lebih banyak lagi. Seharusnya kita dapat lebih produktif dalam kehidupoan kita, tetapi kita menjadi heran mengapa kita seolah-olah tidak bisa bergerak maju danberkembang. Sepangjang tahun pelayanan atau karir kita seolah-olah mentok. Kita tidak dapat maju lebih kedepan. Inilah saat yang tepat kita untuk mengoreksi diri kita. dan jikalau kita telah sadar ada benalu dalam diri kita, ijinkan Tuhan membersihkannya. Dalam terjemahan Raja Yakobus, disebutkan: “…and every branch that beareth fruit, he purgeth it, that it may bring forth more fruit,”  (John 15:2b). Ijinkanlah Allah menyingkirkan parasit yang menggerogoti moral, mental, dan bahkan roh kita, sehingga kita dapat lebih banyak lagi menghasilkan buah. 

Dengan apakah kita dapat dibersihkanNya? Dengan apakah Allah dapat menyingkirkan benalu yang menggerogoti kebidupan kita? yaitu dengan firmanNya yang hidup dan berkuasa. Jadi hendaklahkita sekalian memberikan waktu untuk membaca Alkitab, mendengarkan khotbah pengajaran, dan  memberi diri untuk menjadi pelaku firman. “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 15:3)

3.      Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Kita mengerti bahwa kita adalah ranting liar. Kita adalah umat  yang seharusnya binasa karena dari garis keturunan jasmaniah tidak ditemukan alasan untuk diselamatkan. Hanya karena anugerah Tuhan Yesus Kristuslah, kita akhirnya beroleh tempat dalam kerajaan Allah. Kita yang secara garis keturunan bukan umat pilihan, tetapi tunas liar telah dicangkokkan kepada Pokok Anggur yang sejati yaitu Tuhan Yesus. “Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,” (Roma 11:17)

Agar kita tetap bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan Kristiani, kita haruslah tetap tinggal di dalam Dia dan Dia didalam kita. ini menjadi penting karena ada banyak orang merasa bahwa dia tinggal di dalam Tuhan tetapi tidak sadar bahwa Allah tidak tinggal di dalam dia. Kita baca sebuah terjemahan: “Stay joined to me, and I will stay joined to you.” (CEV).  Jadi Allah haruslah tetap ikut serta dalam hidup kita senantiasa dalam segala hal. Baik dalam bisnis dan kehidupan sehari-hari, ataupun dalam kehidupan rohaniah.  Kita harus tetap menjadi bagianNya dan Dia menjadi bagian hidup kita. memenuhi hidup kita senantiasa sehingga ketika orang dunia melihat, mereka tahu bahwa kita adalah manusia rohani yang didiami oleh Allah. Puji Tuhan, haleluyah.

(Intisari Khotbah, Pdt. Joshua Mangiring Sinaga, S.Th pada Ibadah Raya Minggu, 22-10-06 Hati Nurani Ministries Chapter Induk SEMPER Jakarta Utara)