MERDEKA YANG SEJATI
Galatia 5:1-13
Kita akan merayakan hari
kemerdekaan Indonesia
ke 64 tanggal 17 Agustus mendatang. Sebagai warga negara yang baik, kita harus
mensyukurinya sebagai berkat dari Tuhan. Bangsa kita telah bebas dari tangan
bangsa penjajah. Sekarang kita menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa
yang lain. Berdaulat penuh dalam menentukan arah dan hidup bangsa.
Dalam kehidupan rohani,
kemerdekaan pun adalah satu hal. Ada
banyak orang yang belum merdeka secara rohani. Mereka di belenggu oleh kuasa
kegelapan. Terikat dengan perdukunan atau paranormal. Diperbudak oleh hawa
nafsu kedagingan yang menyesatkan. Sebenarnya, masih sangat banyak manusia yang
belum merdeka, dan kemungkinan mereka adalah orang-orang yang ada disekitar
kita.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada
Jemaat Galatia
mengatakan: “Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah
teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (5:1) Kata “sungguh-sungguh
merdeka” adalah indikasi atau gambaran
dari keadaan rohani jemaat yang masih mengambang. Ada
beberapa di antara pembaca surat
ini yang masih separuh merdeka sehingga mereka memerlukan kelepasan yang
sepenuhnya. Apa artinya? Artinya adalah tanpa Kristus, sekuat apapun kita
mencoba untuk melepaskan diri dari kuasa kegelapan, ikatan perdukunan, hawa
nafsu yang menyesatkan, dan lain sebagainya, kita tidak pernah merdeka
sungguh-sungguh. Karena kita memang tinggal dalam daging yang berdosa dan
cenderung kembali ke kubangan dosa. Kita
tinggal dalam daging yang bagaikan babi yang selalu kembali kekubangan.
Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka secara rohani kit memerlukan campur tangan Kristus.
Lantas apakah yang harus kita lakukan untuk menerima kemerdekaan sejati itu?
Paulus menulis dalam suratnya: “Demikian pula kita: selama kita belum akil
balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk
kepada hukum Taurat.” (4:3-4) Walaupun kita telah menjadi Kristen, namun jika
kita belum akil balik, kita masih belum merdeka sesungguhnya. Kita masih adal
dalam berbagai belenggu. Akil balik di sini adalah keadaan dewasa secara rohani
yang oleh Yesus Kristus dikatakan Lahir Baru: “Yesus menjawab, kata-Nya:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali,
ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)
Ada banyak orang masuk gereja tetapi tidak
mengalami kelahiran secara rohani. Lahir baru berarti seseorang telah megalami
kelahiran secara rohani melalui peristiwa perjumpaan pribadi dengan Tuhan.
Seorang yang lahir baru adalah seorang yang telah menyadari siapa dirinya yang berdosa
dan kemudian mengakui ketidakmampuannya untuk menyelesaikan dosanya. Seorang
lahir baru adalah seorang yang kemudian datang kepada Kristus dan menerimanya
sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
Lahir Baru
adalah landasan untuk kita menerima kemerdekaan yang sejati. Tanpa lahir baru
kita akan selalu berada dalam keadaan setengah merdeka, walaupun kita telah
menajdi orang kristen. Nah kita tentu harus mengerti bagaimanakah caranya kita
mengklaim dan merasakan kemerdekaan itu setelah kita lahir baru. Ingat, bahwa
ini bukan terjadi otomatis saat kita telah lahir baru. Kita harus mengupayakan
untuk meraih kemerdekaan yang sejati itu. Rasul Paulus menulis: “Maksudku
ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”
(5:16). Untuk meraih kemerdekaan rohani secara sungguh-sungguh setelah kita
megalami lahir baru adalah dengan hidup
oleh Roh. Dalam terjemahan Raja Yakobus dikatakan: Walk in the spirit. Kalau
kita ingin selalu berkemenangan dalam roh, kita harus berjalan dalam Roh. Roh
itu penurut tetapi kita tinggal dalam daging yang lemah. Oleh karena kita
tinggal dal;am daging yang lemah, kita harus membiarkan kita dipimpin oleh Roh.
Berjalan dalam Roh karena daging kita sebgai manusia ini dilematis. Kita
terjebak dalam dua hukum yang saling tarik menarik. Paulus mencoba menjelaskan
ini dalam salah-satu suratnya kepada Jemaat Korintus (pasal 7). Paulus
mengatakan bahawa sebagai orang yang telah lahir baru kita ingin melakukan hal
yang dikehendaki Roh, tetapi kita mendapati justru yang diingikan daging yang
kita lakukan. Sungguh dilematis bukan? Paulus bahkanmengataka betapa celakanya
dia: “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang
baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum
Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang
berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa
yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang
akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:21-24)
Jadi apakah
yang harus kita lakukan kini? Dalam Roma 6:1-6 kita baca: “ Jika demikian,
apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya
semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah
mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa
yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut
disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:1-6) Jadi jalannya adalah dengan
secara terus menerus kita menyalibkan daging kita. Yesus mengatakan ini dengan
bahasa sederhana yaitu menyangkal diri (Matius 10:38; Markus 8:34; Lukas 14:27)
Sangkal diri artinya katakan tidak pada keinginan daging yang menyesatkan.
Untuk tetap
merdeka setiap hari, kit aharus merelakan dengan tulus kita dipimpinb oleh Roh:
“Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak
hidup di bawah hukum Taurat.” (5:18) Keintiman spiritual adalah kunci supaya
kita tetap dalam pimpinan Roh Tuhan. Kalau kita mengijinkan secara terus
menerus Roh Kudus memimpin, maka kita dapat mengalahkan Kuk Hukum Taurat. Hukum
taurat itu adalah jerat yang selalu mengingatkan kita tentang betapa seriusnya
dosa dan kejahatan kita. Hukum Taurat yang mengingatkan kita tentang betapa tak
berdayanya kita tanpa pertolongan Kristus. Sekali lagi, supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, kita perlu Kristus. Haleluyah.
Intisari
Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta 16/08/2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar