Jumat, 24 Mei 2013

MERDEKA SEJATI


MERDEKA YANG SEJATI
Galatia 5:1-13

Kita akan merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke 64 tanggal 17 Agustus mendatang. Sebagai warga negara yang baik, kita harus mensyukurinya sebagai berkat dari Tuhan. Bangsa kita telah bebas dari tangan bangsa penjajah. Sekarang kita menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa yang lain. Berdaulat penuh dalam menentukan arah dan hidup bangsa.


Dalam kehidupan rohani, kemerdekaan pun adalah satu hal. Ada banyak orang yang belum merdeka secara rohani. Mereka di belenggu oleh kuasa kegelapan. Terikat dengan perdukunan atau paranormal. Diperbudak oleh hawa nafsu kedagingan yang menyesatkan. Sebenarnya, masih sangat banyak manusia yang belum merdeka, dan kemungkinan mereka adalah orang-orang yang ada disekitar kita.

Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Galatia mengatakan: “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (5:1) Kata “sungguh-sungguh merdeka” adalah indikasi  atau gambaran dari keadaan rohani jemaat yang masih mengambang. Ada beberapa di antara pembaca surat ini yang masih separuh merdeka sehingga mereka memerlukan kelepasan yang sepenuhnya. Apa artinya? Artinya adalah tanpa Kristus, sekuat apapun kita mencoba untuk melepaskan diri dari kuasa kegelapan, ikatan perdukunan, hawa nafsu yang menyesatkan, dan lain sebagainya, kita tidak pernah merdeka sungguh-sungguh. Karena kita memang tinggal dalam daging yang berdosa dan cenderung  kembali ke kubangan dosa. Kita tinggal dalam daging yang bagaikan babi yang selalu kembali kekubangan.

Supaya kita sungguh-sungguh merdeka secara rohani kit memerlukan campur tangan Kristus. Lantas apakah yang harus kita lakukan untuk menerima kemerdekaan sejati itu? Paulus menulis dalam suratnya: “Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” (4:3-4) Walaupun kita telah menjadi Kristen, namun jika kita belum akil balik, kita masih belum merdeka sesungguhnya. Kita masih adal dalam berbagai belenggu. Akil balik di sini adalah keadaan dewasa secara rohani yang oleh Yesus Kristus dikatakan Lahir Baru: “Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yohanes 3:3)

Ada banyak orang masuk gereja tetapi tidak mengalami kelahiran secara rohani. Lahir baru berarti seseorang telah megalami kelahiran secara rohani melalui peristiwa perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Seorang yang lahir baru adalah seorang yang telah menyadari siapa dirinya yang berdosa dan kemudian mengakui ketidakmampuannya untuk menyelesaikan dosanya. Seorang lahir baru adalah seorang yang kemudian datang kepada Kristus dan menerimanya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.

Lahir Baru adalah landasan untuk kita menerima kemerdekaan yang sejati. Tanpa lahir baru kita akan selalu berada dalam keadaan setengah merdeka, walaupun kita telah menajdi orang kristen. Nah kita tentu harus mengerti bagaimanakah caranya kita mengklaim dan merasakan kemerdekaan itu setelah kita lahir baru. Ingat, bahwa ini bukan terjadi otomatis saat kita telah lahir baru. Kita harus mengupayakan untuk meraih kemerdekaan yang sejati itu. Rasul Paulus menulis: “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (5:16). Untuk meraih kemerdekaan rohani secara sungguh-sungguh setelah kita megalami lahir baru adalah dengan  hidup oleh Roh. Dalam terjemahan Raja Yakobus dikatakan: Walk in the spirit. Kalau kita ingin selalu berkemenangan dalam roh, kita harus berjalan dalam Roh. Roh itu penurut tetapi kita tinggal dalam daging yang lemah. Oleh karena kita tinggal dal;am daging yang lemah, kita harus membiarkan kita dipimpin oleh Roh. Berjalan dalam Roh karena daging kita sebgai manusia ini dilematis. Kita terjebak dalam dua hukum yang saling tarik menarik. Paulus mencoba menjelaskan ini dalam salah-satu suratnya kepada Jemaat Korintus (pasal 7). Paulus mengatakan bahawa sebagai orang yang telah lahir baru kita ingin melakukan hal yang dikehendaki Roh, tetapi kita mendapati justru yang diingikan daging yang kita lakukan. Sungguh dilematis bukan? Paulus bahkanmengataka betapa celakanya dia: “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:21-24)

Jadi apakah yang harus kita lakukan kini? Dalam Roma 6:1-6 kita baca: “ Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:1-6) Jadi jalannya adalah dengan secara terus menerus kita menyalibkan daging kita. Yesus mengatakan ini dengan bahasa sederhana yaitu menyangkal diri (Matius 10:38; Markus 8:34; Lukas 14:27) Sangkal diri artinya katakan tidak pada keinginan daging yang menyesatkan.

Untuk tetap merdeka setiap hari, kit aharus merelakan dengan tulus kita dipimpinb oleh Roh: “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” (5:18) Keintiman spiritual adalah kunci supaya kita tetap dalam pimpinan Roh Tuhan. Kalau kita mengijinkan secara terus menerus Roh Kudus memimpin, maka kita dapat mengalahkan Kuk Hukum Taurat. Hukum taurat itu adalah jerat yang selalu mengingatkan kita tentang betapa seriusnya dosa dan kejahatan kita. Hukum Taurat yang mengingatkan kita tentang betapa tak berdayanya kita tanpa pertolongan Kristus. Sekali lagi, supaya kita sungguh-sungguh merdeka, kita perlu Kristus. Haleluyah.

Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta 16/08/2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar