MENGAPA ALLAH DIAM?
YESAYA 58:1-12
Saya sudah mendengar ribuan kali
pertanyaan ini? Mengapakah Allah tak mendengarkan doaku? Mengapakah Allah
menjawab permohonanku? Berbagai jawaban theologispun telah disampaikan, tetapi
Nabi Yesaya menjawab lain. Dan inilah yang akan kita dengar dan pelajari hari
ini. Mengapa Allah diam?
Nabi Yesaya menjawab: “Serukanlah
kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala,
beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub
dosa mereka!” (1)
Jawabannya adalah ADA
PELANGGARAN! KJV…………and shew my people their transgression = melintasi garis.
Contohnya adalah jalur lintasan mobil di jalan raya. Jika anda sembarangan
melintas ke jalur lain, maka resiko tabrakan akan sangat mudah terjadi. Robert
Liardon mengatakan jalur yang paling berbahaya adalah jalur tengah. Ketika kita
menjadi hidup secara rohani dengan tetap mengikuti atau membenarkan
prinsif-prinsif dunia, maka kita sedang melintasi jalur dan dapat dipastikan akan
segera mengalami kecelakaan.
Jadi jawaban mengapa Allah diam
adalah karena ada yang pelanggaran dalam ibadah dan atau kehidupan kita?
KEHIDUPAN
ROHANI YANG TERLIHAT BENAR
“Memang setiap hari mereka
mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang
melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka
menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap
Allah, tanyanya:” (2)
Kalau kita amati, orang-orang ini
adalah kelompok yang MENCARI TUHAN. Artinya mereka adalah kelompok yang
menjalani PUJIAN DAN PENYEMBAHAN yang
dalam (deep praise and worship). Mereka penyembah yang sungguh-sungguh. Yang
kedua dikatakan bahwa mereka MENGENAL SEGALA JALANNYA, artinya kelompok ini
adalah komunitas yang mempelajari Firman dengan sunguh-sunguh. Sejatinya meraka
adalah komunitas yang ideal secara rohani bukan? Namun sungguh aneh, nkomunitas
ini mengalami masalah besar! Allah justru tak mendengar doa dan ibadah mereka:
“Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami
merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" (3)
Tingkat kehidupan spritual yang
sangat dalam adalah dengan berpuasa. BERPUASA berarti MERENDAHKAN DIRI. Namun
puasa ini pun tak membuat keadaan menjadi lebih baik. ADAKAH yang Salah dalam
berpuasa? Bukankah PUASA itu sangat baik bagi keidupan rohani yang sehat?
Yesaya menjelaskan bahwa puasa pun akan
menjadi ibadah tanpa arti jika: “Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih
tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya,
kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan
tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak
akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang
Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan
kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik
tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang
berkenan pada TUHAN?” (3b-5)
Marilah kita membahas hal-hal
yang disebutkan Nabi Yesaya yang menyebabkan Ibadah Puasa kita menjadi tidak
berkman di mata Tuhan:
-
PUASA tanpa berhenti mengurus BISNIS. Hal ini berbicara
tentang Puasa tanpa fokus. Puasa jalan tapi pikiran tetap keurusan kehidupan
jasmaniah. Seharusnya jika kita berpuasa kita harus meninggalkan dan melupakan
sama-sekali hal-hal yang bersifat daging dan memfokuskan diri kepada Tuhan.
-
Puasa tapi tetap mengumbar EMOSI. Ini bicara karakter.
Jika kita menjadi penyembah itu harus berbanding lurus dengan karakter kita.
Seharusnya karakter Kristus terbangun dalam pribadi kita saat kita berpuasa.
Kita harus meredam sifat daging kita.
-
MUNAFIK ( berusaha mempertontonkan diri sedang
berpuasa agar dilihat oleh orang lain.) Tahkah anda salah satu orang yang
paling di cela Yesus? Mereka adalah orang munafik. Kenapa? Karena Allah melihat
kita secara utuh. Melihat luar dan dalam diri kita. Kita bisa mengelabui orang
tapi tidak Allah. Jadi jika kita mencoba mendandani hidup kita menjadi rohani
tanpa mengurus bagian dalam yaitu hati, puasa kita menjadi sia-sia. Coba kita
baca dengan serius kata-kata Kristus ini dalam Matius 6:16-18: “Dan apabila kamu berpuasa,
janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya,
supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa
engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu."
TETAPI IBADAH PUASA YANG MEMBUAT
ALLAH BERKENAN ADALAH:
“Bukan! Berpuasa yang
Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan
melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan
mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar
dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau
melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak
menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.” (6-7)
Nabi Yesaya menjelaskan, kita
harusnya tidak menjadi kelompok legalis spiritual. Kita tidak boleh
melegalisasikan hal-hal rohani atau dengan kata lain melakukan dengan serius
segala aturan spiritual namun tidak mengalir dari hati yang rela. Janagan
sampai kita melakukan hal-hal rohani tanpa dorongan uyang tulus dari hati.
Legalis artinya hanya elakukannya secara benar namun tidak didasari dari
dorngan hati yang rela.
Hal inilah yang harusnya telah
ada terlebih dahulu sebelum kita memasuki PUASA yang BERKUASA:
-
Membuka belenggu-belenggu kelaliman (Kita harus
melepaskan diri dari kepercayaan terhadap mitos, dongeng, legenda, ramalan,
horoscope karean itu semua adalah kekejian dimata Tuhan)
-
Melepaskan tali-tali kuk (Kita harus melepaskan diri
dari ikatan terhadap hal-hal duniawi seperti adat-istiadat yang salah, ikatan
terhadap TV, hobby yang mengikat dan menjadi “idol” berhala kita, dll)
-
Memerdekakan orang yang teraniaya (Kita harus menolong
sudara yang menderita fitnah dan aniaya lainnya seperti korban bencana alam, perang
dll)
-
Mematahkan setiap kuk (Kuk adalah gandar yang
membelenggu leher seekor lembu pembajak.
Keadaan ini seperti seorang yang terikat hutang-piutang. Bila kita
melihat orang terbelenggu hutang kepada kita dan kita tahu dia tak mampu
melunaskannya, relakanlah dan bebaskanlah)
-
Memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar. Ini tak
perlu ditafsir lagi. Kita harus mau membagi ransum kita bagi orang yang
kelaparan.
-
Membuka pintu bagi orang yang tak punya rumah. Ini pun
tak perlu di tafsir. Relakanlah rumah kita menjadi tumpangan para musafir.
-
Memberi pakaian bagi orang telanjang. Membagi pakaian
bagi orang yang miskin itu juga perlu. Sia-sia anda berbusan bagus dan
berpuasa, tetapi tentanggamu kau biarkan tanpa pakaian yan layak. Amin
(Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS
dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta, Minggu, 18 Januari 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar