Selasa, 21 Mei 2013

MENGAPA ALLAH DIAM?


MENGAPA ALLAH DIAM?
YESAYA 58:1-12

Saya sudah mendengar ribuan kali pertanyaan ini? Mengapakah Allah tak mendengarkan doaku? Mengapakah Allah menjawab permohonanku? Berbagai jawaban theologispun telah disampaikan, tetapi Nabi Yesaya menjawab lain. Dan inilah yang akan kita dengar dan pelajari hari ini. Mengapa Allah diam?

Nabi Yesaya menjawab: “Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!” (1)

Jawabannya adalah ADA PELANGGARAN! KJV…………and shew my people their transgression = melintasi garis. Contohnya adalah jalur lintasan mobil di jalan raya. Jika anda sembarangan melintas ke jalur lain, maka resiko tabrakan akan sangat mudah terjadi. Robert Liardon mengatakan jalur yang paling berbahaya adalah jalur tengah. Ketika kita menjadi hidup secara rohani dengan tetap mengikuti atau membenarkan prinsif-prinsif dunia, maka kita sedang melintasi jalur dan dapat dipastikan akan segera mengalami kecelakaan.

Jadi jawaban mengapa Allah diam adalah karena ada yang pelanggaran dalam ibadah dan atau kehidupan kita?

KEHIDUPAN ROHANI YANG TERLIHAT BENAR

“Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:” (2)
Kalau kita amati, orang-orang ini adalah kelompok yang MENCARI TUHAN. Artinya mereka adalah kelompok yang menjalani  PUJIAN DAN PENYEMBAHAN yang dalam (deep praise and worship). Mereka penyembah yang sungguh-sungguh. Yang kedua dikatakan bahwa mereka MENGENAL SEGALA JALANNYA, artinya kelompok ini adalah komunitas yang mempelajari Firman dengan sunguh-sunguh. Sejatinya meraka adalah komunitas yang ideal secara rohani bukan? Namun sungguh aneh, nkomunitas ini mengalami masalah besar! Allah justru tak mendengar doa dan ibadah mereka: “Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" (3)

Tingkat kehidupan spritual yang sangat dalam adalah dengan berpuasa. BERPUASA berarti MERENDAHKAN DIRI. Namun puasa ini pun tak membuat keadaan menjadi lebih baik. ADAKAH yang Salah dalam berpuasa? Bukankah PUASA itu sangat baik bagi keidupan rohani yang sehat? Yesaya menjelaskan bahwa puasa pun  akan menjadi ibadah tanpa arti jika: “Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” (3b-5)
Marilah kita membahas hal-hal yang disebutkan Nabi Yesaya yang menyebabkan Ibadah Puasa kita menjadi tidak berkman di mata Tuhan:

-          PUASA tanpa berhenti mengurus BISNIS. Hal ini berbicara tentang Puasa tanpa fokus. Puasa jalan tapi pikiran tetap keurusan kehidupan jasmaniah. Seharusnya jika kita berpuasa kita harus meninggalkan dan melupakan sama-sekali hal-hal yang bersifat daging dan memfokuskan diri kepada Tuhan.
-          Puasa tapi tetap mengumbar EMOSI. Ini bicara karakter. Jika kita menjadi penyembah itu harus berbanding lurus dengan karakter kita. Seharusnya karakter Kristus terbangun dalam pribadi kita saat kita berpuasa. Kita harus meredam sifat daging kita.
-          MUNAFIK ( berusaha mempertontonkan diri sedang berpuasa agar dilihat oleh orang lain.) Tahkah anda salah satu orang yang paling di cela Yesus? Mereka adalah orang munafik. Kenapa? Karena Allah melihat kita secara utuh. Melihat luar dan dalam diri kita. Kita bisa mengelabui orang tapi tidak Allah. Jadi jika kita mencoba mendandani hidup kita menjadi rohani tanpa mengurus bagian dalam yaitu hati, puasa kita menjadi sia-sia. Coba kita baca dengan serius kata-kata Kristus ini dalam Matius  6:16-18: “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

TETAPI IBADAH PUASA YANG MEMBUAT ALLAH BERKENAN ADALAH:

“Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.” (6-7)

Nabi Yesaya menjelaskan, kita harusnya tidak menjadi kelompok legalis spiritual. Kita tidak boleh melegalisasikan hal-hal rohani atau dengan kata lain melakukan dengan serius segala aturan spiritual namun tidak mengalir dari hati yang rela. Janagan sampai kita melakukan hal-hal rohani tanpa dorongan uyang tulus dari hati. Legalis artinya hanya elakukannya secara benar namun tidak didasari dari dorngan hati yang rela.

Hal inilah yang harusnya telah ada terlebih dahulu sebelum kita memasuki PUASA yang BERKUASA:

-          Membuka belenggu-belenggu kelaliman (Kita harus melepaskan diri dari kepercayaan terhadap mitos, dongeng, legenda, ramalan, horoscope karean itu semua adalah kekejian dimata Tuhan)
-          Melepaskan tali-tali kuk (Kita harus melepaskan diri dari ikatan terhadap hal-hal duniawi seperti adat-istiadat yang salah, ikatan terhadap TV, hobby yang mengikat dan menjadi “idol” berhala kita, dll)
-          Memerdekakan orang yang teraniaya (Kita harus menolong sudara yang menderita fitnah dan aniaya lainnya seperti korban bencana alam, perang dll)
-          Mematahkan setiap kuk (Kuk adalah gandar yang membelenggu leher seekor lembu pembajak.  Keadaan ini seperti seorang yang terikat hutang-piutang. Bila kita melihat orang terbelenggu hutang kepada kita dan kita tahu dia tak mampu melunaskannya, relakanlah dan bebaskanlah)
-          Memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar. Ini tak perlu ditafsir lagi. Kita harus mau membagi ransum kita bagi orang yang kelaparan.
-          Membuka pintu bagi orang yang tak punya rumah. Ini pun tak perlu di tafsir. Relakanlah rumah kita menjadi tumpangan para musafir.
-          Memberi pakaian bagi orang telanjang. Membagi pakaian bagi orang yang miskin itu juga perlu. Sia-sia anda berbusan bagus dan berpuasa, tetapi tentanggamu kau biarkan tanpa pakaian yan layak. Amin

(Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta, Minggu, 18 Januari 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar