Minggu, 12 Mei 2013

MEMPEROLEH HIDUP KEKAL


Memperoleh Hidup Kekal (part 1)
(Markus 10:17-27)

Hidup yang kekal bukan hal murah dan gampangan. Ada harga yang sangat mahal yang untuk memperolehnya. Yesus Kristus menjadikan diriNya sebagai “tumbal” agar setiap orang yang percaya memperoleh hidup kekal (Yoh 3:16). Yesus Kristus mengajarkan harga dari kehidupan itu yang harus dibayar oleh orang percaya. Ayat 17 mengisahkan seorang pemuda kaya yang berlari  menghampiri Yesus dan bertanya apa yang harus dilakukanuntuk mendapatkan hidup kekal: “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”


Tuhan Yesus mengutip Hukum Musa yang merupakan pundasi dari semua ajaran Taurat dan para nabi harus dilakukan dengan setia: “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (19-21). Pemuda tadi berkata bahwa ia sudah melakukannya sejak kecil (ayat 20)

Setelah Yesus memberikan pemahaman agamawi, Yesus mengajak pemuda tadi untuk masuk dalam dimensi yang lebih. Jawabannya Yesus adalah menyerahkan hidup secara total kepadaNya. Apa yang kita pelajari dari sini? Yesus sedang mengajar bahwa praktek agamawi tidak cukup. Tindakan agamawi yaitu dengan melakukan semua hukum-hukum jika tanpa didasari dalam penyerahan secara total tidaklah berarti apa-apa. Itulah maka kita sering bertemu banyak orang yang telah berlaku dan bertindak secara agamawi namun tetap tidak menemukan apa-apa karena hati mereka masih melekat dan mencintai sesuatu yang bukan Tuhan. Banyak manusia senang membagi-bagi hidupnya. Separuh untuk dunia dan separuh untuk Tuhan. Lihat saja contoh heboh di zaman edan ini yaitu memelihara hobby haram Poligami dan atau kawin cerai, kedua-duanya yang sama bobroknya.

Apa yang membuat kebanyakan gagal dalam perjalanan kehidupan rohani menuju hidup yang kekal? Jawabannya adalah KECEWA terhadap Kristus. Pemuda tadi kecewa karena Yesus meminta sesuatu yang dicintainya: “Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.” (22) Jika kita tak dapat meninggalkan apapun yang telah mengikat kita, itu akan menjadi penghalang kita menikmati kehidupan rohani yang berkemenangan. Entah itu uang, keluarga, jabatan, hobby, dan lain sebagainya seringkali menjadi kekasih gelap yang membuat kita kecewa dalam perjalanan hidup rohani.

Kita mempelajari beberapa hal pemicu orang kecewa:

1.      Kristus tidak mengkehendaki umatnya mendua hati. Cinta Yesus dan Cinta Uang tidak mungkin. Kita harus memiliki hanya satu saja kekasih yaitu Yesus Kristus karena sebagai hamba kita tidak dapat mengabdi kepada dua tua sekaligus: “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24) Kita hanya boleh memilih satu dan membuang yang lain. Saya dapat mengerti mengapa ada banyak orang yang mengkhianati pernikahan, karena mereka sejatinya sedang membagi hati. Padahal kenyataannya mereka tidak bisa membagi hati menjadi dua. Uang adalah kekasih gelap yang menjadi akar dari segala kejahatan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10) Jika seorang cinta uang, maka kehidupan rohaninya adalah sandiwara yang penuh dengan kemunapikan. Saya mengenal seorang pendeta yang begitu cinta uang tetapi tetap berdiri di mimbar dan berkhotbah. Sungguh ironis karena karyawan yang mendengar khotbahnya mengumpat setengah mati.

2.      Karena memandang Latar Belakang. Pendengar Yesus adalah mayoritas suku-suku Israel. Dalam hal ini pendegnar khotbah Yesus kebanyakan pula dari kampung halamannya. Merak mengenal siapa Yesus dan siapa keluarganya: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.” (Markus 6:3).   

Manusia sepanjang sejarah peradaban memang gemar bertindak rasial. Mulai dari isu apartheid di abad lalu, hingga nepotisme di zaman komputer ini. Hanya warnanya saja yang berubah, tetapi pada hakikatnya sama saja.  Padahal Allah tidak pernah membedakan manusia karena bentuk jasmaniahnya: “Sebab Allah tidak memandang bulu.” (Roma 2:11). Bahkan para rohaniwan telah begitu munafik sehingga mempermainkan kebenaran dalam pelayanan meraka: “Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini, oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, tetapi memandang bulu dalam pengajaranmu. (Maleakhi 2:9) 

Gereja berlomba membangun istana dan menempatkan orang-orang berduit dibangku empuk untuk  kemudian memeras mereka dengan mengajarkan dogtrin kemakmuran yang salah. Seorang pendeta bahkan berkhotbah, berikanlah 100 dollar maka tak lama engkau akan menerima 100 kali lipat. Sungguh khotbah memalukan dari seorang pemburu dolar kampungan yang mengatasnamakan ajarannya dari kutipan ayat yang tidak sesuai konteks. Hanya untuk sekerat roti, beberapa telah berlaku munafik dan menghina Allah: “Memandang bulu tidaklah baik, tetapi untuk sekerat roti orang membuat pelanggaran.” (Amsal 28:21).

Satu lagi hooby yang paling digemari manusia adalah bergosip ria. Meraka menghabiskan waktu untuk memperbincangkan rumors: "Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan?” (Amsal 1:22) Padahal Kasih itu tidak bergosip tetapi menutupi segalanya: “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4:8) Jika kita mengerti seseorang telah jatuh dalam dosa kita mesti menegur dengan kasih dalam aturan etika kristen agar dia berbalik dan selamat dari penghukuman: “Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” (1 Korintus 13:7) Namun sungguh sayang, kebanyakan kita lebih sengan bergosip dan mencemarkan nama Tuhan.

3.    Penderitaan saat mengikut Yesus. Yang paling dapat kita lihat kasat mata orang kecewa dengan Tuhan adalah karena tidak tahan menderita. Banyak orang berharap hidup jasmani akan berubah lebih baik kalau ikut Kristus dan ketika harapan mereka tak kunjung tiba mereka menjadi kecewa. Mereka sejatinya hanya memperalat Kristus untuk kepentingan jasmaniah mereka. Hai saudara, Tuhan tidak terlalu bodoh sehingga engkau dapat memperalat DIA bukan? Matius  10:38 kita baca: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Dan satu ayat yang lebih tegas lagi dalam Matius  16:24: “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” 

Jadi ketika kita mejadi pengikut Kristus, itu tidak berarti kita tidak lagi tersentuh penderitaan. Yang benar adalah ketika kita ada dalam Kristus, penderitaan memang akan ada tetapi Dia akan  menyertai dan menguatkan kita sehingga kita bisa menang dari penderitaan itu. Bukankah Alkitab telah menyatakan bahwa oleh karena iman pada Kristus kita akan mengalami aniaya di bumi ini: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yohanes 16:2). 

Kristus menatikan kita dengan kasihNya yang tak terbatas. Dia mengatakan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolakNya : “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Matius 11:6) karena pada zaman akhir ini akan banyak orang menjadi murtad dan meninggalkan Kristus karena kecewa. Sebab itu saudaraku, tetapkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Janganlah menajdi pecundang!


INTISARI khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th pada Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper, Minggu:  21 Oktober 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar