Memperoleh
Hidup Kekal (part 1)
(Markus 10:17-27)
Hidup yang kekal bukan hal
murah dan gampangan. Ada harga yang sangat mahal yang untuk memperolehnya.
Yesus Kristus menjadikan diriNya sebagai “tumbal” agar setiap orang yang
percaya memperoleh hidup kekal (Yoh 3:16). Yesus Kristus mengajarkan harga dari
kehidupan itu yang harus dibayar oleh orang percaya. Ayat 17 mengisahkan
seorang pemuda kaya yang berlari
menghampiri Yesus dan bertanya apa yang harus dilakukanuntuk mendapatkan
hidup kekal: “Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya,
datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di
hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?”
Tuhan Yesus mengutip Hukum
Musa yang merupakan pundasi dari semua ajaran Taurat dan para nabi harus
dilakukan dengan setia: “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan
membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang
itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa
mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu
berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa
yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
(19-21). Pemuda tadi berkata bahwa ia sudah melakukannya sejak kecil (ayat 20)
Setelah Yesus memberikan
pemahaman agamawi, Yesus mengajak pemuda tadi untuk masuk dalam dimensi yang
lebih. Jawabannya Yesus adalah menyerahkan hidup secara total kepadaNya. Apa
yang kita pelajari dari sini? Yesus sedang mengajar bahwa praktek agamawi tidak
cukup. Tindakan agamawi yaitu dengan melakukan semua hukum-hukum jika tanpa
didasari dalam penyerahan secara total tidaklah berarti apa-apa. Itulah maka
kita sering bertemu banyak orang yang telah berlaku dan bertindak secara
agamawi namun tetap tidak menemukan apa-apa karena hati mereka masih melekat
dan mencintai sesuatu yang bukan Tuhan. Banyak manusia senang membagi-bagi
hidupnya. Separuh untuk dunia dan separuh untuk Tuhan. Lihat saja contoh heboh
di zaman edan ini yaitu memelihara hobby haram Poligami dan atau kawin cerai, kedua-duanya
yang sama bobroknya.
Apa yang membuat kebanyakan
gagal dalam perjalanan kehidupan rohani menuju hidup yang kekal? Jawabannya
adalah KECEWA terhadap Kristus. Pemuda tadi kecewa karena Yesus meminta
sesuatu yang dicintainya: “Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu
pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.” (22) Jika kita tak dapat
meninggalkan apapun yang telah mengikat kita, itu akan menjadi penghalang kita
menikmati kehidupan rohani yang berkemenangan. Entah itu uang, keluarga, jabatan,
hobby, dan lain sebagainya seringkali menjadi kekasih gelap yang membuat kita
kecewa dalam perjalanan hidup rohani.
Kita mempelajari beberapa
hal pemicu orang kecewa:
1. Kristus tidak mengkehendaki umatnya mendua hati. Cinta
Yesus dan Cinta Uang tidak mungkin. Kita harus memiliki hanya satu saja kekasih
yaitu Yesus Kristus karena sebagai hamba kita tidak dapat mengabdi kepada dua
tua sekaligus: “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika
demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24) Kita hanya boleh
memilih satu dan membuang yang lain. Saya dapat mengerti mengapa ada banyak
orang yang mengkhianati pernikahan, karena mereka sejatinya sedang membagi
hati. Padahal kenyataannya mereka tidak bisa membagi hati menjadi dua. Uang
adalah kekasih gelap yang menjadi akar dari segala kejahatan: “Karena akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1
Timotius 6:10) Jika seorang cinta uang, maka kehidupan rohaninya adalah
sandiwara yang penuh dengan kemunapikan. Saya mengenal seorang pendeta yang
begitu cinta uang tetapi tetap berdiri di mimbar dan berkhotbah. Sungguh ironis
karena karyawan yang mendengar khotbahnya mengumpat setengah mati.
2. Karena
memandang Latar Belakang. Pendengar Yesus adalah mayoritas suku-suku Israel. Dalam hal ini pendegnar khotbah Yesus kebanyakan pula dari kampung halamannya.
Merak mengenal siapa Yesus dan siapa keluarganya: “Bukankah Ia ini tukang kayu,
anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa
dan menolak Dia.” (Markus 6:3).
Manusia sepanjang
sejarah peradaban memang gemar bertindak rasial. Mulai dari isu apartheid di
abad lalu, hingga nepotisme di zaman komputer ini. Hanya warnanya saja yang
berubah, tetapi pada hakikatnya sama saja.
Padahal Allah tidak pernah membedakan manusia karena bentuk
jasmaniahnya: “Sebab Allah tidak memandang bulu.” (Roma 2:11). Bahkan para
rohaniwan telah begitu munafik sehingga mempermainkan kebenaran dalam pelayanan
meraka: “Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini,
oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, tetapi memandang bulu
dalam pengajaranmu. (Maleakhi 2:9)
Gereja berlomba membangun istana dan
menempatkan orang-orang berduit dibangku empuk untuk kemudian memeras mereka dengan mengajarkan
dogtrin kemakmuran yang salah. Seorang pendeta bahkan berkhotbah, berikanlah
100 dollar maka tak lama engkau akan menerima 100 kali lipat. Sungguh khotbah
memalukan dari seorang pemburu dolar kampungan yang mengatasnamakan ajarannya
dari kutipan ayat yang tidak sesuai konteks. Hanya untuk sekerat roti, beberapa
telah berlaku munafik dan menghina Allah: “Memandang bulu tidaklah baik, tetapi
untuk sekerat roti orang membuat pelanggaran.” (Amsal 28:21).
Satu
lagi hooby yang paling digemari manusia adalah bergosip ria. Meraka
menghabiskan waktu untuk memperbincangkan rumors: "Berapa lama lagi, hai
orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh
masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan?” (Amsal
1:22) Padahal Kasih itu tidak bergosip tetapi menutupi segalanya:
“Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab
kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4:8) Jika kita mengerti seseorang
telah jatuh dalam dosa kita mesti menegur dengan kasih dalam aturan etika
kristen agar dia berbalik dan selamat dari penghukuman: “Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu.” (1 Korintus 13:7) Namun sungguh sayang, kebanyakan kita lebih
sengan bergosip dan mencemarkan nama Tuhan.
3. Penderitaan saat mengikut Yesus. Yang paling dapat kita
lihat kasat mata orang kecewa dengan Tuhan adalah karena tidak tahan menderita.
Banyak orang berharap hidup jasmani akan berubah lebih baik kalau ikut Kristus
dan ketika harapan mereka tak kunjung tiba mereka menjadi kecewa. Mereka
sejatinya hanya memperalat Kristus untuk kepentingan jasmaniah mereka. Hai
saudara, Tuhan tidak terlalu bodoh sehingga engkau dapat memperalat DIA bukan? Matius 10:38 kita baca: “Barangsiapa tidak memikul
salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Dan satu ayat yang lebih
tegas lagi dalam Matius 16:24: “Lalu
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”
Jadi ketika
kita mejadi pengikut Kristus, itu tidak berarti kita tidak lagi tersentuh
penderitaan. Yang benar adalah ketika kita ada dalam Kristus, penderitaan memang
akan ada tetapi Dia akan menyertai dan
menguatkan kita sehingga kita bisa menang dari penderitaan itu. Bukankah
Alkitab telah menyatakan bahwa oleh karena iman pada Kristus kita akan
mengalami aniaya di bumi ini: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya
bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti
bagi Allah.” (Yohanes 16:2).
Kristus menatikan kita
dengan kasihNya yang tak terbatas. Dia mengatakan berbahagialah orang yang
tidak menjadi kecewa dan menolakNya : “Dan berbahagialah orang yang tidak
menjadi kecewa dan menolak Aku." (Matius 11:6) karena pada zaman akhir ini
akan banyak orang menjadi murtad dan meninggalkan Kristus karena kecewa. Sebab
itu saudaraku, tetapkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Janganlah
menajdi pecundang!
INTISARI khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th pada
Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper, Minggu: 21 Oktober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar