MEMBANGUN
KEMBALI RERUNTUHAN BAIT SUCI
(Hagai 1-2)
Hagai adalah Nabi pada zaman
pembuangan Bangsa Israel di Babel. Pembuangan yang lebih pahit dari pada
perbudakan 400 tahun di Mesir. Mengapa? Ada dua jawabannya. Karena mereka di
buang ke Babel justru ketika Israel sudah menjadi sebuah bangsa yang makmur dan
masyur bahkan pernah menjadi bangsa yang merajai hampir seluruh negeri. Kita
tahu bahwa kejatuhan ketika berada di puncak itu sangat sakit. Yang kedua
adalah karena pusat dan lambang tertinggi budaya dan spiritual mereka yaitu
Baitu Suci dihancurkan oleh Nebukadnezar. Bait Suci sebagai pusat kehidupan
Israel rata dengan tanah dan seluruh perangkat bait Suci diangkut ketanah
pembuangan. Dapat kita bayangkan betapa Israel sama sekali telah “habis”.
Pesan
utama dari Nabi Hagai adalah Membangun kembali reruntuhan Bait Suci sebagai
akibat dari sikap Israel yang membelakangi Tuhan. Tentu Allah mengijinkan
Nebukadnezar meruntuhkan tembok
Yerusalem dan merobohkan Bait Suci adalah karena perilaku Israel yang tidak setia
dan bahklan memberontak kepada hukum-hukumNya.
Dalam kontek akhir zaman,
pembangunan reruntuhan Bait Suci berarti Kebangunan Rohani. Pembangunan Bait
Suci adalah yang kita pelajari hari ini tentu bukan bersifat material yaitu
gedung gereja tetapi pembangunan gereja pada hakekatnya yaitu pembangunan
manusia kristen yang sejati. Dalam 1 Korintus
3:16 ditulis: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu.” Ayat ini bahkan di
tulis sampai dua kali oleh Rasul Paulus (1 Korintus 6:19) “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang
diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu
bukan milik kamu sendiri?” Ini bermakna betapa
paulus menekannya dengan sangat. Gereja atau Bait Suci yang sesungguhnya adalah
manusia itu sendiri: “Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah
bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan
mereka dan hidup di tengah-tengah
mereka, dan Aku akan menjadi Allah
mereka, dan mereka akan menjadi
umat-Ku.” (2 Korintus 6:16). Baca juga Imamat
26:12, Yehezkiel 37:27.
MEMAHAMI JALAN MENUJU KEBANGUNAN ROHANI
1.
Menetapkan prioritas.
Menempatkan hal-hal utama pada tempat yang utama. Alkitab mengajarkan: "Beginilah firman TUHAN
semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun
kembali rumah TUHAN!" Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami
rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi
reruntuhan.” (Hagai 1:2,4). Dunia yang kita
tempati ini berlomba menuju prioritas yang salah. Generasi ini sibuk mengurus
hal-hal yang jasmaniah danmengabaikan hal-hal rohaniah. Prioritas orang percaya
adalah membangun Bait Suci, yaitu pembangunan kehidupan rohani bukan membangun
rumah tinggal atau hal yang berhubungan dengan daging. Hagai mengatakan: “Jadi naiklah ke gunung,
bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan
menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.”
(Hagai 1:8)
·
Kesalahan menetapkan
prioritas adalah langkah pemborosan yang justru merugikan kita sendiri. Kita
baca: “Oleh
sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!
Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi
tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian,
tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia
bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Beginilah
firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!” (Hagai 1:5-7) Lihat bahwa Hagai menuliskan dua kali kata
perhatikanlah keadaanmu. Ini mengingatkan kita bagaimana Israel yang masyur itu
kini terjual sebagai bangsa yang ditaklukkan bahkan digiring sebagai tawanan.
Di tanah pembuanganpun mereka mengalami sengsara yang pahit karena semua usaha
mereka untuk bangkit tidak pernah berbuah manis. Hidup mereka sepertinya tidak
pernah lepas dari kesialan. Mengapa? Karena mereka gagal menetapkan prioritas.
·
·
Kesalahan Prioritas sama
dengan pencapaian minimum. Ada sebuah rumus dalam skala satu sampai sepuluh.
Bila kita mengerjakan dua maka kita akan mencapai delapan, tetapi jika kita
mengerjakan delapan, kita hanya akan mendapatkan dua. Hagai mengatakan: “Kamu mengharapkan banyak,
tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku
menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh
karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk
dengan urusan rumahnya sendiri.” (Hagai 1:9)
·
Kesalahan dalam
menetapkan prioritas mengundang tamu yang tak pernah diharapkan yaitu masalah.
Bangsa kita ini selalu menjadi langganan masalah bukan? Apa penyebabnya? Karena
bangasa ini gagal menetapkan prioritas. Demikian juga Israel, mereka menjadi
langganan masalah karena salah menetapkan prioriotas. “Itulah sebabnya langit
menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, dan Aku memanggil kekeringan datang
ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas
minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke
atas segala hasil usaha." (Hagai 1:10-11)
2. Pembangunan Reruntuhan
Bait Suci (Kebangunan Rohani) memerlukan banyak Pekerja. Kita belajar satu hal
dari Nabi Hagai bahwa untuk menuju kebangkitan gereja, dibutuhkan banyak
pengerja. Yesus berkata agar kita berdoa minta pengerja karena ladang sudah
menguning tetapi pengerja sadikit. (Yohanes 4:35; Matius 9:37-38). Nabi Hagai
menyorot secara khusus bahwa peran pemimpin dalam peristiwa kebangunan rohani
sangat menentukan: “Lalu Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar,
dan selebihnya dari bangsa itu mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan juga
perkataan nabi Hagai, sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya oleh TUHAN,
Allah mereka; lalu takutlah bangsa itu kepada TUHAN. Maka berkatalah Hagai, utusan TUHAN itu,
menurut pesan TUHAN kepada bangsa itu, demikian: "Aku ini menyertai kamu,
demikianlah firman TUHAN." TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin
Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan
semangat selebihnya dari bangsa itu, maka datanglah mereka, lalu melakukan
pekerjaan pembangunan rumah TUHAN semesta alam, Allah mereka,” (Hagai 1:12-14)
3. Pelaku utama
Pembangunan Bait Suci bukan manusia tetapi TUHAN. Ada satu fenomena yang sakit
belakangan ini yaitu perburuan hamba Tuhan. Banyak orang kristen memburu
seorang pengkhotbah tetapi melupakan Tuhan. Ini juga kesalahan prioritas yang
merusak pembangunan Bait Suci. Fenomenan ini seperti rayap rohani yang akan
segera menggerogoti dan meruntuhkan kembali bangunan Bait Suci. “Sebab beginilah firman
TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan
bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang
indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi
Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam. Kepunyaan-Kulah perak
dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” (Hagai 2:7-9)
4. Pembangunan Bait Suci
(Kebangunan Rohani) membawa dua dampak utama dalam kehidupan kristianitas. Yang
pertama adalah membawa Damai Sejahtera.
Damai sejahtera ini luas cakupannya termasuk persatuan bukan perpecahan.
Mengapa isu perpecahan merupakan menu sehari-hari gereja? Karena gereja dewasa
ini salah menetapkan prioritas mereka. Kita baca apa yang disampaikan Hagai: “Adapun Rumah ini,
kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN
semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah
firman TUHAN semesta alam." (Hagai 2:10).
Yang kedua adalah Kelimpahan/Kemakmuran. Kunci kita menerima pemulihan dan
kebangkitan finasial adalah dengan mengutamakan pembangunan Bait Suci. Banyak
orang yang memfokuskan dirinya pada bisnis dan menganggap kehidupan rohani
adalah sambilan. Itulah sebabnya mereka mendapatkan uang yang justru membuat
mereka tidak damai sejahtera. Berbagai konflik dan masalah justru bermunculan
ketika seseorang mengejar uang dan membelakangi Tuhan. Tetapi sejak detik
pertama kita meletakkan batu pertama pembangunan Bait Suci, maka sejak itu
Allah akan memerintahkan berkatNya memenuhi kita. “Perhatikanlah mulai dari
hari ini dan selanjutnya -- mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan
kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah
benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon
ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan
memberi berkat!” (Hagai 2:19-20)
(INTISARI Khotbah Pdt Joshua M. Sinaga, S.Th dalam Ibadah
Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper, Minggu 19 Agustus 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar