Sabtu, 18 Mei 2013

Memperoleh Hidup yang Kekal (part 2)


Memperoleh Hidup yang Kekal (part 2)
(Lukas 10:25-37)

Ada dua orang yang bertanya kepada Yesus bagaimana  memperoleh hidup kekal yang ditulis oleh dokter Lukas. Minggu lalu telah kita pelajarinya yaitu seorang pemuda kaya. Hari ini kita akan belajar dari tokoh kedua yaitu Seorang Ahli Taurat (theolog Yudaisme). Kalau kita menyimak, Yesus selalu menjawab pertayaan itu dengan bertolak dari latar belakang penanya. Kalau pemuda tadi disentuh dari AKAR masalahnya yaitu harta, ahli taurat ini disentil melalui kepandaiannya (AKAL BUDI=KEPAKARAN): “Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (lihat ayat 26-27). Yesus mengatakan bahwa jawaban ahli Taurat tadi benar dan berkata: “Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." (Ayat 28)


Namun ternyata bahwa ahli taurat tadi hanya ingin mencobai dalam bahasa kerennya ngetest? Yesus memahaninya dan memancing dia untuk menunjukkan titik lemahnya. Jawaban itulah yang akhirnya dimanfaatkan oleh Yesus untuk menempelak balik sang penanya. Yesus tahu bahwa ahli taurat kaya dengan hikmat tetapi minus dalam tindakan. Mereka penuh teori namun miskin praktek. Itulah makanya, Yesus membenarkan perkataan sang penanya ketika dia berkata mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi. Disinilah kuncinya yaitu mengasihi Tuhan dan sesama dengan segenap akal budi. Yesus sedang menunjuk langsung kepada akar masalahnya. Yaitu akal budi atau apa yang kita kenal dengan otak kita. kita harus mengerti bahwa otak kita sering menjadi demikian buruk sehingga kepala kita penuh sampah busuk yaitu kemunafikan.

Kita bertemu dengan banyak “ahli taurat” modern di zaman ini. Mereak begitu hebat dan kaya dalam pemaparan theologi. Mereka mengejar gelar dan strata pendidikan yang hebat. Namun sayang sangat sedikit yang kaya dan hebat dalam praktek. Kebayakan mereka adalah teoritis yang mangkir saat praktek. Lantas ap yang kita pelajari? Yesus selalu mendekati kita dengan apa yang ada pada kita.

MENGASIHI SESAMA SEPERTI DIRI SENDIRI ITU SEPERTI APA?

Mari kita mempelajari pasal 10:30: “Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.” Orang yang dirampok dan dipukuli setengah mati yang dimaksud Yesus adalah SEORANG ISRAEL. Dia sedang turun gunung dari Yerusalem menuju Yerikho. Namun dalam perjalanan, perampok menyantroni dan melukainya. Hartanya habis dirampok dan dia hampir mati digebuki. Orang Israel ini dapat juga menunjuk komunitas gereja yaitu Israel rohani dalam kontek kini. Nah kita akan belajar ada dua tokoh yaitu seorang Iman dan seorang Lewi. Dalam kontek sekarang seorang imam dapat kita katakan pendeta, atau pastor dan seorang Lewi melambangkan pengerja atau aktivis gereja. Namun sungguh sangat prihatin, kedua orang yang melambangkan komunitas penting gereja itu hanya jago teori lemah dipraktek: “ Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.” (31-32) Keduanya gagal karena hanya kaya teori tapi miskin praktek. Inilah penyebab mengapa demikian banyak orang munafik berkeliaran di gereja. Mereka terlihat mengesankan dari luar tetapi dari dalam kering kerontang. Banyak yang ingin mengesankan orang dengan pemberiannya. Banyak juga orang yang ingin terlihat rohani. Dan banyak yang melakukan panggilan iman oleh karena motivasi kedagingan. Bacalah ayat-ayat berikut ini: “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:2) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:5) dan "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:16)


Sekarang marilah kita melihat tokoh lain. Seorang yang terlupakan dan bahkan dibuang dan dibenci oleh orang Israel. Ialah seorang Samaria: “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.” (33-35)
Orang Samaria adalah orang yang dibenci Israel karena di anggap sebagai benalu. Samaria berasal dari kata samer yaitu nama pemilik gunung samaria. Kota Samaria didirikan oleh OMRI ayah AHAB pada zaman ASA raja Yehuda. Samaria adalah kota yang menyakitkan hati Tuhan dengan segala penyembahan berhalanya. Penduduk Samaria sudah merupakan generasi blasteran sebgai akibat perkawinan campur penduduk Kerajaan Utara dengan penduduk sekitar. Itulah sebabnya Yehuda tidak bergaul dengan Samaria dan menganggap Samaria bukan bagian dari Israel. ( Bacalah I Raja-Raja  16 )

Namun sungguh heran, Yesus mengatakan bahwa justru dari kaum yang dihujat oleh kalangan beragama itu timbul belas kasih. Inilah pukulan telak bagi orang yang beragama. Mereka yang beragama sering menjadi pribadi yang keras dan menganggap diri benar. Mereka juga menjadi orang yang cepat menghakimi dan menghukum. Tidakkah demikian yang kita pelajari? Mulai dari Yesus yang dihukum mati karena ulah para tokoh agama? Gereja pada abab mula-mula yang menoreh sejarah kelam dengan mencoreng nama Kristus karena ambisi politik dalam perang salip. Bahkan kini? Siapakah yang berkelahi karena berebut tahta gereja? Bukankah mereka yang menyebut dirinya Iman dan Lewi? Hah… sungguh tidak enak mengatakan ini bukan?

Jadi saudara apa yang kita pelajari hari ini? Saya hanya menyampaikan dua hal. Yang pertama adalah: Jubah agamawi tidak menjamin seseorang tuslus mengasihi. Jadi jangan terkecoh dengan seseorang karena apa yang tampak diluarnya. Tunggulah dan lihat ada apa didalam dia? Dan yang kedua adalah: Kasih melampaui segala hal termasuk perbedaan, status sosial, suku, agama, dan denominasi. Kasih itu yang membuat kita menjadi berbeda dengan dunia dan bahkan dengan para agamawan munafik yang gemar bersandiwara diatas mimbar.

INTISATI Khotbah Pdt. Joshua Mangiring SINAGA, S.Th dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper Jakarta Utara. Minggu, 28 OKTOBER 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar