Memperoleh Hidup
yang Kekal (part 2)
(Lukas 10:25-37)
Ada dua orang yang bertanya
kepada Yesus bagaimana memperoleh hidup
kekal yang ditulis oleh dokter Lukas. Minggu lalu telah kita pelajarinya yaitu
seorang pemuda kaya. Hari ini kita akan belajar dari tokoh kedua yaitu Seorang
Ahli Taurat (theolog Yudaisme). Kalau kita menyimak, Yesus selalu menjawab
pertayaan itu dengan bertolak dari latar belakang penanya. Kalau pemuda tadi
disentuh dari AKAR masalahnya yaitu harta, ahli taurat ini disentil melalui kepandaiannya
(AKAL BUDI=KEPAKARAN): “Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam
hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri.” (lihat ayat 26-27). Yesus mengatakan bahwa
jawaban ahli Taurat tadi benar dan berkata: “Kata Yesus kepadanya:
"Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." (Ayat
28)
Namun ternyata bahwa ahli taurat
tadi hanya ingin mencobai dalam bahasa kerennya ngetest? Yesus memahaninya dan
memancing dia untuk menunjukkan titik lemahnya. Jawaban itulah yang akhirnya
dimanfaatkan oleh Yesus untuk menempelak balik sang penanya. Yesus tahu bahwa
ahli taurat kaya dengan hikmat tetapi minus dalam tindakan. Mereka penuh teori
namun miskin praktek. Itulah makanya, Yesus membenarkan perkataan sang penanya
ketika dia berkata mengasihi Tuhan dengan segenap akal budi. Disinilah kuncinya
yaitu mengasihi Tuhan dan sesama dengan segenap akal budi. Yesus sedang
menunjuk langsung kepada akar masalahnya. Yaitu akal budi atau apa yang kita
kenal dengan otak kita. kita harus mengerti bahwa otak kita sering menjadi
demikian buruk sehingga kepala kita penuh sampah busuk yaitu kemunafikan.
Kita bertemu dengan banyak “ahli
taurat” modern di zaman ini. Mereak begitu hebat dan kaya dalam pemaparan
theologi. Mereka mengejar gelar dan strata pendidikan yang hebat. Namun sayang
sangat sedikit yang kaya dan hebat dalam praktek. Kebayakan mereka adalah
teoritis yang mangkir saat praktek. Lantas ap yang kita pelajari? Yesus selalu
mendekati kita dengan apa yang ada pada kita.
MENGASIHI SESAMA SEPERTI DIRI
SENDIRI ITU SEPERTI APA?
Mari kita mempelajari pasal
10:30: “Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho;
ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan,
tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah
mati.” Orang yang dirampok dan dipukuli setengah mati yang dimaksud Yesus
adalah SEORANG ISRAEL. Dia sedang turun gunung dari Yerusalem menuju Yerikho.
Namun dalam perjalanan, perampok menyantroni dan melukainya. Hartanya habis
dirampok dan dia hampir mati digebuki. Orang Israel ini dapat juga menunjuk
komunitas gereja yaitu Israel rohani dalam kontek kini. Nah kita akan belajar
ada dua tokoh yaitu seorang Iman dan seorang Lewi. Dalam kontek sekarang
seorang imam dapat kita katakan pendeta, atau pastor dan seorang Lewi melambangkan
pengerja atau aktivis gereja. Namun sungguh sangat prihatin, kedua orang yang
melambangkan komunitas penting gereja itu hanya jago teori lemah dipraktek: “
Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke
tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.”
(31-32) Keduanya gagal karena hanya kaya teori tapi miskin praktek. Inilah
penyebab mengapa demikian banyak orang munafik berkeliaran di gereja. Mereka
terlihat mengesankan dari luar tetapi dari dalam kering kerontang. Banyak yang
ingin mengesankan orang dengan pemberiannya. Banyak juga orang yang ingin
terlihat rohani. Dan banyak yang melakukan panggilan iman oleh karena motivasi
kedagingan. Bacalah ayat-ayat berikut ini: “Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal
itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di
lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya.” (Matius 6:2) "Dan apabila kamu berdoa,
janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan
berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya
mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya.” (Matius 6:5) dan "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram
mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat
bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya.” (Matius 6:16)
Sekarang marilah kita melihat
tokoh lain. Seorang yang terlupakan dan bahkan dibuang dan dibenci oleh orang
Israel. Ialah seorang Samaria: “Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya
oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia
menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas
keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan
merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan
itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.” (33-35)
Orang Samaria adalah orang yang
dibenci Israel karena di anggap sebagai benalu. Samaria berasal dari kata samer
yaitu nama pemilik gunung samaria. Kota Samaria didirikan oleh OMRI ayah AHAB
pada zaman ASA raja Yehuda. Samaria adalah kota yang menyakitkan hati Tuhan
dengan segala penyembahan berhalanya. Penduduk Samaria sudah merupakan generasi
blasteran sebgai akibat perkawinan campur penduduk Kerajaan Utara dengan
penduduk sekitar. Itulah sebabnya Yehuda tidak bergaul dengan Samaria dan
menganggap Samaria bukan bagian dari Israel. ( Bacalah I Raja-Raja 16 )
Namun sungguh heran, Yesus
mengatakan bahwa justru dari kaum yang dihujat oleh kalangan beragama itu
timbul belas kasih. Inilah pukulan telak bagi orang yang beragama. Mereka yang
beragama sering menjadi pribadi yang keras dan menganggap diri benar. Mereka
juga menjadi orang yang cepat menghakimi dan menghukum. Tidakkah demikian yang
kita pelajari? Mulai dari Yesus yang dihukum mati karena ulah para tokoh agama?
Gereja pada abab mula-mula yang menoreh sejarah kelam dengan mencoreng nama
Kristus karena ambisi politik dalam perang salip. Bahkan kini? Siapakah yang
berkelahi karena berebut tahta gereja? Bukankah mereka yang menyebut dirinya
Iman dan Lewi? Hah… sungguh tidak enak mengatakan ini bukan?
Jadi saudara apa yang kita
pelajari hari ini? Saya hanya menyampaikan dua hal. Yang pertama adalah: Jubah
agamawi tidak menjamin seseorang tuslus mengasihi. Jadi jangan terkecoh dengan
seseorang karena apa yang tampak diluarnya. Tunggulah dan lihat ada apa didalam
dia? Dan yang kedua adalah: Kasih melampaui segala hal termasuk perbedaan,
status sosial, suku, agama, dan denominasi. Kasih itu yang membuat kita menjadi
berbeda dengan dunia dan bahkan dengan para agamawan munafik yang gemar
bersandiwara diatas mimbar.
INTISATI Khotbah Pdt. Joshua
Mangiring SINAGA, S.Th dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk
Semper Jakarta Utara. Minggu, 28 OKTOBER 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar