Memahami Pernikahan
Oleh:
Ps Joshua Mangiring Sinaga
Banyak pertanyaan seputar pernikahan Kristen.
Pertanyaan-pertanyaan ini seputar hal-hal yang bersifat teologis dan praktis. Saya
mencoba untuk menjelaskannya secara sederhana.
Dalam perspektif teologi kristiani, pernikahan
adalah:
1.
Pernikahan
adalah sebuah ikatan, di
mana suami-istri atau kedua orang itu menjadi satu kesatuan dan menjadi sebuah
relasi yang begitu unik dan sangat eksklusif. Landasan Alkitab yang kita
gunakan adalah Efesus 5:31 yang berkata: "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging." Dari ayat ini
kita bisa melihat bahwa kesatuan antara suami dan istri merupakan kesatuan yang
paling intim, yang paling dekat, tidak ada lagi kesatuan yang bisa menyamai
kesatuan suami dan istri ini. "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya itu menjadi
satu daging." Keduanya itu menjadi satu daging, pernikahan adalah suatu
ikatan yang sangat eksklusif, setelah menikah kita tidak bisa memperlakukan
orang sama seperti sebelum menikah, harus ada batas tidak bisa sama. Dengan
kata lain kita tidak boleh mengikat diri dengan eksklusif dengan orang-orang
lain lagi, hanya satu yaitu dengan istri atau suami kita.
2.
Pernikahan
adalah suatu perjanjian,
artinya bahwa kedua belah pihak menyetujui untuk mengemban tanggung jawab dan
tuntutan yang terkandung di dalamnya. Jadi jangan sampai seseorang memasuki pernikahan
berpikir bahwa pasangannyalah yang harus melayani dia. Efesus 5:33,
"Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati
suaminya." Perjanjian artinya masing-masing berkata inilah tanggung jawab
saya dan inilah tuntutan saya jadi masing-masing juga berusaha untuk memenuhi
tanggung jawab tuntutan itu. Kadangkala kita hanya menekankan satu aspek
dari perjanjian yakni jangan sampai kita bercerai atau membatalkan perjanjian
dan kita lalai menekankan bagian yang satunya yakni kita harus menjaga
perjanjian itu dengan cara melakasanakan tanggung jawab kita.
Karakteristik pernikahan kristiani berbeda
dengan pernikahan pada umumnya. walau memang ada kesamaannya, namun pernikahan
kristiani menjelaskan karakteristik yang lebih khusus dan spesifik. Karakteristis
itu adalah:
1.
Bahwa
Institusi pernikahan tidak terlepas dari campur tangan Allah. Alkitab menegaskan bahwa Allah campur tangan
maka dikatakan di Matius 19:6, "Karena itu apa yang telah dipersatukan
oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia." Menarik sekali bahwa Allah menegaskan
Dialah yang menyatukan orang untuk akhirnya tertarik kepada satu sama lain dan
membangun sebuah pernikahan.
2. Pernikahan
dimaksudkan Tuhan menjadi perlambangan kekekalan di tengah-tengah ketidakekalan
di dunia ini. Tidak ada yang kekal dalam dunia ini, namun
di antara yang tidak kekal itu Tuhan menetapkan lembaga pernikahan sebagai
sesuatu yang bersifat kekal. Matius 19:19, "Barangsiapa menceraikan istrinya
kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain dia berbuat zinah." Tuhan menganggap pernikahan itu kekal, itu
sebabnya waktu kita menikah dengan orang lain, Tuhan melihat itu sebagai sebuah
perzinahan.
3.
Relasi
suami-istri untuk menjadi contoh konkret relasi antara Allah dan manusia. Firman Tuhan di Efesus 5:25-27 berkata: "Hai
suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya. Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut
atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela," ini
tugas suami. Tugas istri di Efesus 5:22-23, "Hai istri, tunduklah kepada
suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti
Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." Dengan kata lain hubungan suami-istri
seyogyanya melambangkan atau mencontohkan dengan konkret hubungan antara Allah
dan manusia. Dan tidak ada hubungan lain yang didisain lain untuk mencontohkan
dengan konkret hubungan antara Allah dengan manusia selain dari hubungan
suami-istri.
Penting bagi kita untuk mengerti beberapa
konsep pernikahan yang berkembang secara liar ditengah-tengah peradaban
munusia. Konsep pernikahan yang keliru itu perlu kita mengerti agar kita ttidak
terjebak dan larus didalamnya. Konsep-konsep yang keliru tentang pernikahan itu
antara lain:
1.
Adanya
anggapan bahwa pernikahan merupakan puncak dari sebuah gunung yang disebut
cinta. Jadi seolah-olah setelah kita mencintai, mencintai puncaknya adalah
pernikahan itu tidak salah, tapi tidak lengkap.
2.
Bahwa
pernikahan adalah wadah penyaluran hasrat seksual, itu adalah efek atau
keuntungan yang bisa kita raih dalam pernikahan bahwa kita bisa berhubungan
seksual. Ini juga sangat keliru karena tujuan pernikahan bukan hubungan
seksual.
3.
Pernikahan
sebagai wahana untuk memperoleh keturunan. Mempunyai keturunan atau tidak
adalah hak preriogatif Tuhan, kita menikah karena kita mau mengikatkan diri
kita dalam perjanjian dengan pasangan kita, punya anak atau tidak itu adalah
bagian dari kehendak dan rencana Tuhan untuk hidup kita.
4.
Pernikahan
sebagai pemuas dahaga manusia akan kebahagiaan. Ada orang yang beranggapan saya mau menikah
karena saya nggak bahagia, saya menikah supaya saya bahagia, itu keliru.
Pernikahan bukanlah pemuas kedahagaan kita akan kebahagiaan karena kebahagiaan
kita bukan bersumber dari dunia atau penikahan. Sukacita sejati itu bersumber
dari hubungan kita dengan Tuhan yang memberkati hubungan-hubungan manusiawi
kita.
5. Pernikahan
dianggap sebagai asuransi kehidupan, pernikahan bukanlah sebuah peningkatan
kesejahteraan hidup atau asuransi kehidupan.
Prinsip penting yang perlu kita perhatikan adalah barangsiapa memberi
dia akan menerima. Banyak di antara kita yang masuk ke pernikahan mengharapkan
untuk menerima dan tidak memikirkan untuk memberi. Ini adalah awal dari
perpecahan dalam pernikahan. Pernikahan hanya bisa dipelihara dengan cara
masing-masing memberi. Memilih pasangan hidup memang tidak terlalu mudah
tapi yang lebih susah adalah mempertahankan pasangan hidup kita itu supaya
tetap mencintai kita dan kita mencintai dia dan bersatu dalam pernikahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar