Reformasi, Antara Tuhan dan Hati Manusia
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M,Th
Istilah
Reformasi akhir-akhir ini mungkin kurang akrab di telinga kita. Kita begitu
terlena dengan istilah transformasi yang berdengung begitu keras. Sejatinya ada sebuah kata yang lebih
hidup dan lebih berdampak universal. Kata itu ialah REFORMASI. Reformasi
berasal dari dua kata. Re (latin) artinya berulang-ulang, dan Formation
(inggris) artinya bentuk, formasi. Jadi Reformasi berarti di bentuk berulang-ulang.
Allah juga membentuk karakter umat manusia berulang-ulang.
Ini berbicara tentang perilaku dan
kecenderungan hati. Tubuh manusia memang tak perlu dirubah, namun hatinya harus
terus dibaharui agar selalu berbalik dan condong kepada Allah. Nabi Yeremia mengambil contoh seperti tukang periuk yang bekerja dengan
pelarikan, jika suatu saat menemukan lekukan tembikar itu tidak tepat seperti
yang diinginkan hatinya, maka dia akan mengulang lagi dari awal. Oleh karena
Allah ingin umatNya sampai kepada kehendak dan rencanaNya yang sempurna.
FirmanNya melalui nabi Yeremia: “Sunguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel.”
(Yeremia 18:6)
Bagaimana
Proses Reformasi?
1.
Treadeth
(menginjak-injak). Proses pembuatan keramik atau tembikar
pertama-tama melalui proses pemilihan tanah liat yang baik. Setelah dipisah
dari partikel lain maka tanah ini dibentuk menjadi seperti adonan dengan
menginjak-injak setelah di campur dengan air secukupnya. Hal inilah yang
terjadi terhadap proses reformasi hidup umat Allah. Allah akan bekerja dengan berbagai caraNya untuk memisahkan banyak
partikel-partikel pengganggu yang merusak hidup umatNya. Kadang-kadang itu
memang seperti suatu sayatan pisau yang perih, namun itu adalah suatu jalan
yang harus dilakukanNya. Ijinkanlah Allah memisahkan karakter
kita yang keras dan bercampur dengan hal-hal duniawi yang menajiskan dan
kemudian menginjaknya. Bila ada saat dimana kita seperti terinjak-injak dan tak
lagi punya harga diri, mengertilah bahwa Allah sedang menggunakan kekuatanNya
untuk membawa kita kembali kejalanNya yang benar. “Seperti tukang periuk menginjak-injak tanah liat, demikian
dia akan menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur.”
(Yesaya 41:25)
2.
Membuatnya
kembali menjadi yang lain. Dalam Yeremia 18:4 kita baca: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya
dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya
kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.”
Inilah yang mungking paling sulit dalam proses reformasi. Kita sudah terlatih
dan terbiasa untuk menyukai hal-hal di sekitar kita. Biasanya kita tidak suka
di rubah. Allah akan membiarkan kita sedikit “terluka” agar dapat membentuk
kita menjadi yang lain. Seperti misalnya, Allah mengijinkan seorang hambaNya
yang masih muda stroke agar dia
mengerti dan dapat mengusai nafsu makannya. Dan masih banyak cara lain yang
dapat Allah buat agar kita dibentuk ulang menjadi bejana lain yang tentu
sesuai dengan keinginanNya. Banyak
sekali momentum dimana Allah bekerja mengupah eksistensi jiwa manusia,
kadang-kadang itu melibatkan perubahan jasmani, agar Ia dapat menemukan kembali
citraNya dalam diri kita. Kita mendengarkan banyak sekali kesaksian bagaimana
Allah harus menjadikan seorang Kristen yang kaya raya menjadi jatuh miskin
melarat. Kita juga mendengarkan banyak sekali kesaksian yang menjelaskan
bagaimana Allah menginjinkan orang-orang Kristen yang lahir dengan paras yang
hampir sempurna, harus mengalami kecelakaana yang menyebabkan semua itu hilang.
Bukankah kita telah menjadi sasngat sering mendengar dan menyaksikan bahwa
orang-orang yang menghuni penjara, akhirnya terlepas dari penjara duniawi dan
menemukan jalan keselamatan didalam Kristus. Jadi, reformasi itu memang sakit,
namun itu adalah jalan Allah agar menemukan kembali citraNya yang terhilang
dari manusia.
3.
Menurut
RancanganNya. Allah adalah penjunan dan kita adalah
buatan tanganNya. Maka sejatinya Dialah yang merancang, bukan kita. Allah yang
merancang jadi sejatinya kita harus rela mengikuti rencanaNya. Sebab Dia
menjamin rancanganNya yang terbaik. Setiap upaya
memberontak terhadap rancangan Allah, akan menuai keputusasaan. Yesaya
mengecam orang yang mengeraskan hati dan memberontak kepada Allah: “Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia
tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada
pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya:
"Engkau tidak punya tangan!” (45:9)
Ada
2 hal utama menghalang terjadinya reformasi:
1.
Kemunafikan. Bibir yang Jahat.
Dalam Amsal 26:23 kita baca: “Seperti
pecahan periuk bersalutkan perak,demikianlah bibir manisdng hati jahat”. Allah ingin membentuk kita menjadi orang yang dapat mengendalikan
bibir yaitu kata-kata kita. allah ingin membentuk ulang bibir kita menjadi
bibir yang memuliakan Tuhan, bukan bibir yang tajam dan melukai orang lain. Dia
juga hendak membentuk agar apa yang keluar dari bibir kita adalah apa yang
terdapat di hati kita. bukan seperti kubur yang luarnya indah tetapi dalamnya
busuk. “Demikianlah
jugalah kamu,disebelah luar kamu tampaknya benat dimata orang,tetapi disebelah
dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius
23:28). Jadi kita harus membuang kemunafikan jauh-jauh.”Karena itu buanglah
segala kejahatan,segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian
dan fitnah.” Tanpa hati yang bersih, reformasi hanya tinggal slogan rohani yang
tak bermakna.
2.
Kesombongan. Nabi
Yesaya menulis: “Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu!
Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang
dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat
aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia
tidak tahu apa-apa"? (29:16). Salah satu ciri orang yang sombong adalah ketidakmauan untuk
tunduk pada otoritas. Orang ini senang memberontak. Berontak terhadap peraturan
dan sebagainya. Ayat yang menggugah ini tentu sangat tidak disukainya: “Tinggi
hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Amsal 18:12. Kecongkakan inilah yang menghalang Allah membentuk
ulang umatNya. Nabi Yesaya mengatakan, orang seperti ini pasti binasa dalam
keangkuhannya: “seperti
kehancuran tempayan tukang periuk yang diremukkan dengan tidak kenal sayang,
sehingga di antara remukannya tiada terdapat satu keping pun yang dapat dipakai
untuk mengambil api dari dalam tungku atau mencedok air dari dalam bak.” (30:14)
Intisari khotbah Pdt. Joshua MS Minggu, 18 Maret 2997. IR HN
Ministries Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar