Kamis, 20 Juni 2013

Reformasi, Antara Tuhan dan Hati Manusia



Reformasi, Antara Tuhan dan Hati Manusia
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M,Th


Istilah Reformasi akhir-akhir ini mungkin kurang akrab di telinga kita. Kita begitu terlena dengan istilah transformasi yang berdengung begitu  keras. Sejatinya ada sebuah kata yang lebih hidup dan lebih berdampak universal. Kata itu ialah REFORMASI. Reformasi berasal dari dua kata. Re (latin) artinya berulang-ulang, dan Formation (inggris) artinya bentuk, formasi. Jadi Reformasi berarti di bentuk berulang-ulang.

Allah juga membentuk karakter umat manusia berulang-ulang. Ini berbicara tentang perilaku dan kecenderungan hati. Tubuh manusia memang tak perlu dirubah, namun hatinya harus terus dibaharui agar selalu berbalik dan condong kepada Allah. Nabi Yeremia mengambil contoh seperti tukang periuk yang bekerja dengan pelarikan, jika suatu saat menemukan lekukan tembikar itu tidak tepat seperti yang diinginkan hatinya, maka dia akan mengulang lagi dari awal. Oleh karena Allah ingin umatNya sampai kepada kehendak dan rencanaNya yang sempurna. FirmanNya melalui nabi Yeremia: “Sunguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel.” (Yeremia 18:6)

Bagaimana Proses Reformasi?

1.      Treadeth (menginjak-injak). Proses pembuatan keramik atau tembikar pertama-tama melalui proses pemilihan tanah liat yang baik. Setelah dipisah dari partikel lain maka tanah ini dibentuk menjadi seperti adonan dengan menginjak-injak setelah di campur dengan air secukupnya. Hal inilah yang terjadi terhadap proses reformasi hidup umat Allah. Allah akan bekerja dengan berbagai caraNya untuk memisahkan banyak partikel-partikel pengganggu yang merusak hidup umatNya. Kadang-kadang itu memang seperti suatu sayatan pisau yang perih, namun itu adalah suatu jalan yang harus dilakukanNya. Ijinkanlah Allah memisahkan karakter kita yang keras dan bercampur dengan hal-hal duniawi yang menajiskan dan kemudian menginjaknya. Bila ada saat dimana kita seperti terinjak-injak dan tak lagi punya harga diri, mengertilah bahwa Allah sedang menggunakan kekuatanNya untuk membawa kita kembali kejalanNya yang benar. Seperti tukang periuk menginjak-injak tanah liat, demikian dia akan menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur.” (Yesaya 41:25)

2.      Membuatnya kembali menjadi yang lain. Dalam Yeremia 18:4 kita baca: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” Inilah yang mungking paling sulit dalam proses reformasi. Kita sudah terlatih dan terbiasa untuk menyukai hal-hal di sekitar kita. Biasanya kita tidak suka di rubah. Allah akan membiarkan kita sedikit “terluka” agar dapat membentuk kita menjadi yang lain. Seperti misalnya, Allah mengijinkan seorang hambaNya yang masih muda stroke  agar dia mengerti dan dapat mengusai nafsu makannya. Dan masih banyak cara lain yang dapat Allah buat agar kita dibentuk ulang menjadi bejana lain yang tentu sesuai dengan keinginanNya. Banyak sekali momentum dimana Allah bekerja mengupah eksistensi jiwa manusia, kadang-kadang itu melibatkan perubahan jasmani, agar Ia dapat menemukan kembali citraNya dalam diri kita. Kita mendengarkan banyak sekali kesaksian bagaimana Allah harus menjadikan seorang Kristen yang kaya raya menjadi jatuh miskin melarat. Kita juga mendengarkan banyak sekali kesaksian yang menjelaskan bagaimana Allah menginjinkan orang-orang Kristen yang lahir dengan paras yang hampir sempurna, harus mengalami kecelakaana yang menyebabkan semua itu hilang. Bukankah kita telah menjadi sasngat sering mendengar dan menyaksikan bahwa orang-orang yang menghuni penjara, akhirnya terlepas dari penjara duniawi dan menemukan jalan keselamatan didalam Kristus. Jadi, reformasi itu memang sakit, namun itu adalah jalan Allah agar menemukan kembali citraNya yang terhilang dari manusia.

3.      Menurut RancanganNya. Allah adalah penjunan dan kita adalah buatan tanganNya. Maka sejatinya Dialah yang merancang, bukan kita. Allah yang merancang jadi sejatinya kita harus rela mengikuti rencanaNya. Sebab Dia menjamin rancanganNya yang terbaik. Setiap upaya memberontak terhadap rancangan Allah, akan menuai keputusasaan. Yesaya mengecam orang yang mengeraskan hati dan memberontak kepada Allah: “Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan!” (45:9)



Ada 2 hal utama menghalang terjadinya reformasi:

1.        Kemunafikan. Bibir yang Jahat. Dalam Amsal 26:23 kita baca: “Seperti pecahan periuk bersalutkan perak,demikianlah bibir manisdng hati jahat”. Allah ingin membentuk kita menjadi orang yang dapat mengendalikan bibir yaitu kata-kata kita. allah ingin membentuk ulang bibir kita menjadi bibir yang memuliakan Tuhan, bukan bibir yang tajam dan melukai orang lain. Dia juga hendak membentuk agar apa yang keluar dari bibir kita adalah apa yang terdapat di hati kita. bukan seperti kubur yang luarnya indah tetapi dalamnya busuk. “Demikianlah jugalah kamu,disebelah luar kamu tampaknya benat dimata orang,tetapi disebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius 23:28). Jadi kita harus membuang kemunafikan jauh-jauh.”Karena itu buanglah segala kejahatan,segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” Tanpa hati yang bersih, reformasi hanya tinggal slogan rohani yang tak bermakna.

2.        Kesombongan. Nabi Yesaya menulis: “Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? (29:16). Salah satu ciri orang yang sombong adalah ketidakmauan untuk tunduk pada otoritas. Orang ini senang memberontak. Berontak terhadap peraturan dan sebagainya. Ayat yang menggugah ini tentu sangat tidak disukainya: “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Amsal 18:12. Kecongkakan inilah yang menghalang Allah membentuk ulang umatNya. Nabi Yesaya mengatakan, orang seperti ini pasti binasa dalam keangkuhannya: “seperti kehancuran tempayan tukang periuk yang diremukkan dengan tidak kenal sayang, sehingga di antara remukannya tiada terdapat satu keping pun yang dapat dipakai untuk mengambil api dari dalam tungku atau mencedok air dari dalam bak.” (30:14)


Intisari khotbah Pdt. Joshua MS Minggu, 18 Maret 2997. IR HN Ministries Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar