Persaudaraan dalam KRISTUS
GALATIA 6:1-5
Kita
sering mendengar tentang persaudaraan dalam Kristus.
Bahkan kata-kata yang paling sering kita katakan dalam persekutuan Kristen
salah satunya adalah SAUDARA. Persaudaraan memang adalah ajaran yang sangat
mengemuka dalam kristianitas, namun sayang popularitas kata atau ajaran tentang
persaudaraan ini tak indah kenyataannya. Bila boleh disebutkan, kata
persaudaraan seringkali hanya manis di mulut, tetapi pahit dikenyataan.
Hal ini akan
kita pelajari dari surat
Rasul Paulus kepada gereja di Galatia. Pertanyaannya sekarang adalah: APA YANG
MENUNJUK PERSAUDARAAN DALAM KRISTUS?
Mari kita
melihat ayat ini: “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu
pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang
benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga
jangan kena pencobaan.” (1)
Ciri-ciri
pertama dari persaudaraan dalam Kristus adalah PENERIMAAN. Seorang saudara
Kristen sejati dapat menerima keadaan baik dan buruk saudaranya. Keadaan baik
tentu terhubung dengan kondisi yang menyenangkan secara jasmani dan rohani.
Tetapi keadaan buruk juga harus bisa diterima misalnya kejatuhan seorang
saudara dalam dosa.
Menerima keadaan
saudara waktu semua baik-baik saja tentu bukanlah hal sulit. Kita mengerti
bahwa sangat gampang mencari teman tertawa, namun betapa sulitnya mencari
sahabat untuk sama-sama menangis.
Suatu saat saya
melakukan sebuah kesalahan. Kesalahan itu sungguh memukul seluruh sendi hidup
saya sehingga rasanya saya telah hancur. Hancur berkeping-keping sehingga tak
ada lagi harapan untuk hari depan. Saya sungguh hancur dan satu-satunya yang
saya butuhkan adalah sahabat yang bisa mendukung saya. Namun sungguh sangat malang, dari sekian banyak
teman, tak seorang pun yang mengulurkan tangan. Hampir semua mereka menjauh dan
menghakimi. Keadaan penolakan itu sungguh lebih buruk dari masalah yang saya
hadapi.
Bagaimana
rahasia agar kita dapat menerima segala kondisi seorang saudara? Dalam terjemahan
KJV disebutkan: “Brethren, if a man be overtaken in a fault, ye which are
spiritual, restore such an one in the spirit of meekness; considering thyself,
lest thou also be tempted.” Kata kuncinya adalah memiliki roh yang lemah
lembut: “restore such an one in the spirit of meekness.” Roh yang lemah lembut
ini meolong kita dapat menerima saudara sekalipun saudara itu telah berbuat
salah atau bahkan telah melukai kita. Roh ini juga yang dapat menjaga kita agar
tetap kuat dan tidak ikut terjerembab dalam pelanggaran saudara tersebut.
Hati yang penuh
prasangka dan penghakiman, bukanlah hati orang yang memiliki roh lemah lembut.
Kepemimpinan kristiani akan menjadi teladan yang sangat memberkati jika para
pemimpin kristen tidak menerapkan “kekerasan” dalam menghukum tiap-tiapo
pelanggaran anggota gereja. Jika saja pemimpin tidak “membuang dan menghukum”
tetapi membimbing saya ketika telah jatuh dalam dosa diawal-awal pelayanan saya
5 tahun silam dalam roh lemah lembut, tentu akan berdampak lebih baik bagi
kepemimpinan saya hari ini. Memang Allah turu bekerja dalam segala hal untuk
medatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28), tetapi sikap kepemimpinan kita yang
salah dapat membuat perjalanan rohani seseorang menjadi berliku-liku.
Seharusnya 40 hari tiba di Kanaan, tetapi menjadi 40 tahun?
Yang kedua dari
ciri persaudaraan dalam Kristus adalah sikap SALING MENOLONG: “Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (2) Kekristenan
adalah panggilan untuk memikul salip, untuk meringankannya kita harus saling menolong (Matius 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.) Dengan saling menolong, kita dapat mengerjakan lebih
cepat. Dengan sikap ini pula kita dapat mencapai suatu tujuan dengan lebih
cepat dan lebih baik. Sikap yang sering kita sebut gotong royong adalah ajaran
Alkitab yang seharusnya bertumbuh dalam gereja.
Mengapa kita
semakin sulit menemukan prilaku gotong royon gdalam persekutuan kristiani?
Mengapa orang Kristen belakang ini bertumbuh hampir sama seperit orang duniawi
yang individulistis? Paulus mengatakan bahwa itu imbas dari sikap egosentris
yang beranggapan tanpa orang lain pun dia mampu: “Sebab kalau seorang
menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu
dirinya sendiri.” (3)
Dewasa ini
berkembang sikap egosentris yang sebenarnya jerat setan untuk mematahkan
persekutuan kristianitas. Sikap egosentris ini juga tercermin dari semangat
denominasional gereja-gereja. Gereja membangun tembok denominasi yang tinggi
dan semangat oikumenis menjadi dingin tak lebih dari slogan semata. Tidak
menjalani hidup SHOW OFF, self
oriented, adalah cara agar persaudaraan dalam Kristus dapat kembali
terbangun. (Filipi 2:3 dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri;)
Yang ketiga adalah BUAH-BUAH HIDUP
KRISTIANI. Persaudaraan dalam Kristus itu tercermin dari buah-buah kristiani
yang ranun dalam diri seseorang. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kata-kata tak
selalu seirama dengan perbuatan? Untuk menguji seseorang adalah saudara dalam
Kristus, kita harus melihat buah-buah dalam hidupnya. Apakah dia seorang yang
memiliki roh lemah lembut? Apakah dia seorang yang suka bergotong-royang?
Ataukah dia seorang yang suka menghakimi dan menghukum? Apakah orang yang
segereja dengan kita seorang yang egosentris? Baiklah tiap-tiap kita terlebih
dahulu menguji diri kita: “ Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya
sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat
keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.”
(4-5)
Pohon dikenal dar buahnya dan seorang
saudara dikenal dari buah kehidupannya:
(Matius 12:33 Jikalau suatu pohon kamu
katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak
baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.)
Intisari Khotbah Pdt Joshua MS, Ibadah Raya
Hati Nurani Ministries, Minggu, 07 Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar