Mukjizat Itu Nyata
(Lukas 1:26-38)
Mukjizat (miracle) adalah peristiwa di mana hal yang tidak
mungkin tapi telah menjadi kenyataan. Jadi mukjizat itu bersifat supranatural
dan berada di luar kemampuan manusiawi. Hari ini kita akan mendengarkan
mukjizat terbesar sepanjang peradaban manusia. Mukjizat itu adalah peristiwa
kelahiran Yesus Kristus oleh seorang perawan bernama Maria. Mengapa menjadi
mukjizat? Karena kelahiran Yesus bukan merupakan peristiwa biasa seperti
biasanya seorang manusia lahir. Yesus lahir karena campur tangan Allah.
Peristiwa natal menjadi mukjizat terbesar karena pada saat itu dan hanya saat
itulah Allah mengambil rupa sebagai manusia yang lahir ke dunia ini dalam wujud
bayi kecil tak berdosa.
Kita akan mengerti hari ini
bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Sebagaimana kita mengerti bahwa Allah
membutuhkan peranan umatNya untuk menyatakan kemuliaanNya. Walau Dia Mahakuasa,
namun Allah memerlukan keberadaan umatNya untuk menyatakan mukjizat itu. Tokoh
paling menyentuh pada peristiwa Natal
adalah seorang gadis perawan bernama Maria. Seorang perempuan Ibrani yang
berhati lembut.
Suatu hari malaikat turun dari
Sorga dan menjumpai Maria. Malaikat itu berkata: “Salam, hai engkau yang
dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Ayat 28. Adalah suatu hal yang istimewa
jikalau Allah mengutus Malaikat Gabriel menemui Maria di desanya Galilea karena
pada saat itu ada masa hampir 400 tahun Allah tidak lagi mengunjungi umatNya
karena ketegaran hati dan dosa-dosa yang tak terlukiskan dilakukan Israel. Peristiwa
Gabriel mengunjungi Maria tentu merupakan karunia yang besar.
Malaikat Gabriel kemudian
berkata: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di
hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar
dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan
kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum
keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan
berkesudahan.” Ayat 30-33. Mukjizat selalu diawali ketika Allah hadir dan
bersama umatNya. Yesus adalah Imanuel yang berarti Allah bersama umatNya.
Ketika malaikat hadir, maka mukjizat sedang terjadi. Mukjizat terjadi oleh
karena Allah dan umat yang merespon dengan hati yang percaya. Bila tiada
bersama denganNya, maka mukjizat hanya akan menjadi harapan-harapan yang semu semata.
Namun ada
penghalang terbesar yang membuat mukjizat tidak pernah terjadi. Penghalang itu
adalah pikiran. Ketika Malaikat Gabriel menyampaikan berita suukacita itu,
Maria bergumul dengan pikirannya yang mengatakan: “"Bagaimana hal itu
mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Ayat 34. Pikiran adalah penghalang
dan merupakan jerat yang menghalangi
kita menerima mukjizat. Pikiran kita
menjadi medan
peperangan yang setiap saat berusaha di serong oleh Iblis agar tidak percaya
dan ragu-ragu. Paulus berpesan agar kita menawan segala pikiran kita dan
menaklukkannya kepada Kristus dan kita kenakan pikiran Kristus. (2 Korintus
10:5). Karena dengan pikiran yang diperbaharui oleh Kristuslah kita dapat
menjadi percaya bahwa Allah sanggup melakukan segala hal bahkan yang paling
mustahil sekalipun menurut pikiran manusiawi kita.
Agar pikiran kita
sejalan dengan Allah, maka kita harus mengijinkan Allah memperbaharui pikiran
kita. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2) Hanya
dengan pikiran yang dibaharuilah, kita dapat menjadi orang yang percaya dan
menikmati karunia Allah yaitu mukjizat.
Maria adalah
perempuan yang telah mengalami pembaruan pikiran sehingga dengan
sungguh-sungguh dia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu.” Tahukan anda betapa berat pergumulan pikiran
maria ketika Malaikat Gabriel berkata bahwa dia akan mengadung dan melahirkan
seorang Anak? Kita mengerti bahwa tradisi Yudaisme begitu keras terhadap
perempuan-perempuan Ibrani yang hali diluar pernikahan. Bagian untuk perempuan
seperti ini adalah hukum rajam dengan batu hingga mati? Aib yang tak tertutupi
ini juga membuat seluruh keluarga akan menjadi malu karena tercoreng muka di
hadapan umum. Inilah yang saya sebutkan dengan pikiran yang telah diperbaharui
Kristus sehingga Maria dapat mengaminkan ayat: “Sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil.” Ayat 37
Rumus sederhana
untuk menerima mukjizat adalah: kenali diri + gerakkan iman = mukjizat. Maria mengenal siapa dirinya dengan
mengatakan: “I’am the Lord servant.” Kita juga harus mengetahui bahwa
kita adalah hamba Allah yang harus percaya sepenuh pada apa yang
difirmankanNya. Maria telah menggerakkan
imannya dengan berkata: “May it happen to me as you have said.” Demikian
juga persoalan untuk menerima mukjizat adalah apakah kita telah percaya apa
yang dikatakanNya? Banyak sekali kita gagal karena kita hanya sekedar berwacana
namun tak berani untuk percaya wacana itu menjadi nyata. Itulah mengapa banyak
di antara kita menjadi kristen teori yang melewatkan begitu banyak karunia
untuk menikmati mukjizat.
Jadi
sekarang janganlah kita bersusah-susah untuk berkenan di mata manusia, karena
itu akan membuat kita seteru Allah. (Galatia 1:10).
Seperti Maria yang memilih untuk mengakui Allah dan menggerakkan imannya. Dia
tidak membiarkan pikirannya menghalangi dia mengalami karunia terbesar yaitu
kelahiran Juruselamat manusia melalui rahimnya. Maria telah memberikan teladan
yang luar biasa bagi kita tentang bagaimana mengalirkan mukjizat. Amen
Intisari khotbah Pdt. Joshua MS. S.Th
Pada Perayaan natal Keluarga Besar SLTPN 65 Sunter
Jakarta Utara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar