PANGGILAN PELAYANAN
(2
Timotius 4:1-8)
Surat II Timotius merupakan kiriman Rasul
Paulus kepada anak rohaninya, Timotius. Timotius seorang muda yang lahir di
luar Palestina namun sejak kecil telah mendapatkan pelajaran agama Judaism
dengan baik dari neneknya. Ibu Timotius seorang Yahudi tetapi ayahnya seorang
Yunani: “Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada
seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi
percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.” (Kisah Para Rasul 16:1)
Paulus
menulis surat ini ketika dia di penjara dan berada pada saat akhir dari
pelayanan dan hidupnya. Jadi surat ini seperti sebuah wasiat yang tentunya
sangat penting. 4:6 “Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.”
II
Timotius 4:5: “Tetapi kuasailah dirimu
dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!” adalah point utama dari
wasiat Paulus kepada anak rohaninya Timotius (1 Korintus 4:17). Dalam
terjemahan KJV: “But watch thou in all things, endure afflictions, do the
work of an evangelist, make full proof of thy ministry.” Kita mendapatkan 4
pesan yang dalam dalam tulisan Paulus.
Paulus menekankan 4 hal yang harus melekat pada diri Timotius
yang menjadi gambaran ciri-ciri pelayan Tuhan yang sejati:
1. But watch thou in all things, (tetapi perhatikanlah dirimu
dalam segala hal). Seorang pelayan haruslah seorang
yang dapat menjaga, mengamati, dan menonton, dirinya sendiri: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.
Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan
menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.”(1 Timotius 4:16) Kecenderungan
manusiawi kita adalah melihat apa yang ada di depan mata. Kita susah melihat
kelemahan kita tetapi sangat cepat mengamati kekurangan orang: “Mengapakah
engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu
tidak engkau ketahui?” (Matius
7:3), sehingga kita sangat senang menghakimi: “Bagaimanakah
engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu
dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.” (Matius 7:4). Padahal pekerjaan menghakimi
bukanlah hal yang patut dikerjakan oleh manusia: “Jangan kamu
menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Karena sudah jelas ukuran
penghakiman kita tidak layak dan kita sendiri pun penuh kelemahan: “Karena
dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan
ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Matius 7:2)
2. Endure afflictions, (tahan menderita).
Kristianitas adalah tindakan secara rela untuk memikul salib. “Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius
16:24) Kita tidak dipanggil menjadi umat kristiani dengan garansi tanpa
penderitaan. Bahkan sejatinya kekristenan adalah penderitaan. Mengapa? Karena
kita ditempatkan di dunia ini dengan kewajiban untuk tidak menjadi sama dengan
dunia. Kita harus berbeda dengan gaya hidup duniawi: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah
dan yang sempurna.” (Roma 12:2) Bahkan secara khusus
Paulus mengatakan bahwa orang yang hendak menjadi pelayan Tuhan, akan menderita
aniaya: “Memang
setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita
aniaya,” (2 Timotius
3:12) Jadi orang yang menganggap bahwa menjadi hamba Tuhan akan selalu
baik-baik saja harus mulai mengerti bahwa jawatan palayanan dalam gereja adalah
sebuah pekerjaan memikul salib yang berat, namun demikian Paulus berpesan kita
tidak perlu khawatir karena Dia akan selalu menolong dan menguatkan kita untuk
menahan penderitaan.
3. Do the work of an evangelist, (lakukanlah pekerjaan pemberita
Injil). Dalam terjemahan CEV di sebut: You must work
hard to tell the good news. Pemberita Injil bukan
sekedar jawatan, tetapi merupakan pengabdian tanpa mengenal batas dan waktu.
Seorang pelayanan bukanlah seorang pemalas yang ogah-ogahan dan berpangku
tangan. Seorang hamba Tuhan tidak cukup berdiri di depan pintu gereja dengan
senyum dan menyalami jemaat saat pulang gereja, tetapi dia harus pergi dan
berusaha dengan keras agar Injil diberitakan. Gereja di mana kita hidup hari
ini mengalami degradasi. Para pendeta menjadi gemuk dengan perut membuncit karena lebih senang duduk-duduk di kantor
gereja tanpa merasa perlu lagi memberitakan Injil. Kebanyakan pendeta juga
terlena dengan jumlah pengunjung ibadah raya sehingga tidak merasa perlu
bekerja dengan keras lagi menjangkau jiwa di luar sana. Yang paling menyedihkan
adalah banyak pelayan di gereja yang bekerja karena dorongan perut bukan
dorongan hati. Mereka melayani karena perut mereka. Atau dengan kata kasar.
Mereka hanyalah sebatas pelayan amplop: “Sebab
orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut
mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka
yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.” (Roma 16:18) Sejatinya, Alkitab
mengatakan bahwa pelayanan yang benar adalah pelayanan yang menjangkau jauh
keluar tembok gereja: “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di
hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam
kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh
dunia.” (Yakobus
1:27)
4. Make full proof of thy ministry. (Tuntaskanlah pelayananmu).
Pelayanan seorang kristiani adalah sampai akhir hayat. Tidak ada istilah
pensiun dalam pelayanan. Saya adalah salah seorang yang menentang aturan
emiritus (pensiun) dalam jawatan gereja. Kita tidak boleh pensuin sampai Tuhan
memanggil kita pulang. Rasul Paulus mengatakan bahwa ia sudah sampai ke garis
finish. Dia telah berhasil mengakhiri pertandingan imannya “melawan” dunia. Ia
telah setia memelihara iman kepada Yesus Kristus selama hidup: “Aku
telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku
telah memelihara iman.”
(2 Timotius 4:7). Ada sebuah terjemahan yang indah: to
do your job well, (CEV). Benar, dalam menunaikan
tugas pelayanan, kita harus bekerja dengan baik. Jangan serampangan dan asal
jadi. Jadilah pelayan yang mengerjakannya dengan sungguh dari dasar hati sampai
engkau kelak kembali dipanggil pulang olehNya. Amen.
(INTISARI
Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries
Chapter Induk Semper Jakarta Utara. Minggu, 05 Agustus 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar