Sabtu, 08 Juni 2013

PANGGILAN PELAYANAN



PANGGILAN PELAYANAN

(2 Timotius 4:1-8)

Surat II Timotius merupakan kiriman Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius. Timotius seorang muda yang lahir di luar Palestina namun sejak kecil telah mendapatkan pelajaran agama Judaism dengan baik dari neneknya. Ibu Timotius seorang Yahudi tetapi ayahnya seorang Yunani: “Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.” (Kisah Para Rasul 16:1)

Paulus menulis surat ini ketika dia di penjara dan berada pada saat akhir dari pelayanan dan hidupnya. Jadi surat ini seperti sebuah wasiat yang tentunya sangat penting. 4:6 “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.”



II Timotius  4:5: “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” adalah point utama dari wasiat Paulus kepada anak rohaninya Timotius (1 Korintus 4:17). Dalam terjemahan KJV: “But watch thou in all things, endure afflictions, do the work of an evangelist, make full proof of thy ministry.” Kita mendapatkan 4 pesan yang dalam dalam tulisan Paulus.
Paulus menekankan  4 hal yang harus melekat pada diri Timotius yang menjadi gambaran ciri-ciri pelayan Tuhan yang sejati:

1.      But watch thou in all things, (tetapi perhatikanlah dirimu dalam segala hal). Seorang pelayan haruslah seorang yang dapat menjaga, mengamati, dan menonton, dirinya sendiri:  Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.”(1 Timotius 4:16) Kecenderungan manusiawi kita adalah melihat apa yang ada di depan mata. Kita susah melihat kelemahan kita tetapi sangat cepat mengamati kekurangan orang: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3), sehingga kita sangat senang menghakimi: “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.” (Matius 7:4). Padahal pekerjaan menghakimi bukanlah hal yang patut dikerjakan oleh manusia: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Karena sudah jelas ukuran penghakiman kita tidak layak dan kita sendiri pun penuh kelemahan: “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Matius 7:2)

2.      Endure afflictions, (tahan menderita). Kristianitas adalah tindakan secara rela untuk memikul salib. “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24) Kita tidak dipanggil menjadi umat kristiani dengan garansi tanpa penderitaan. Bahkan sejatinya kekristenan adalah penderitaan. Mengapa? Karena kita ditempatkan di dunia ini dengan kewajiban untuk tidak menjadi sama dengan dunia. Kita harus berbeda dengan gaya hidup duniawi: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2) Bahkan secara khusus Paulus mengatakan bahwa orang yang hendak menjadi pelayan Tuhan, akan menderita aniaya: Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,” (2 Timotius 3:12) Jadi orang yang menganggap bahwa menjadi hamba Tuhan akan selalu baik-baik saja harus mulai mengerti bahwa jawatan palayanan dalam gereja adalah sebuah pekerjaan memikul salib yang berat, namun demikian Paulus berpesan kita tidak perlu khawatir karena Dia akan selalu menolong dan menguatkan kita untuk menahan penderitaan.
3.      Do the work of an evangelist, (lakukanlah pekerjaan pemberita Injil). Dalam terjemahan CEV di sebut: You must work hard to tell the good news. Pemberita Injil bukan sekedar jawatan, tetapi merupakan pengabdian tanpa mengenal batas dan waktu. Seorang pelayanan bukanlah seorang pemalas yang ogah-ogahan dan berpangku tangan. Seorang hamba Tuhan tidak cukup berdiri di depan pintu gereja dengan senyum dan menyalami jemaat saat pulang gereja, tetapi dia harus pergi dan berusaha dengan keras agar Injil diberitakan. Gereja di mana kita hidup hari ini mengalami degradasi. Para pendeta menjadi gemuk dengan perut membuncit  karena lebih senang duduk-duduk di kantor gereja tanpa merasa perlu lagi memberitakan Injil. Kebanyakan pendeta juga terlena dengan jumlah pengunjung ibadah raya sehingga tidak merasa perlu bekerja dengan keras lagi menjangkau jiwa di luar sana. Yang paling menyedihkan adalah banyak pelayan di gereja yang bekerja karena dorongan perut bukan dorongan hati. Mereka melayani karena perut mereka. Atau dengan kata kasar. Mereka hanyalah sebatas pelayan amplop: Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.” (Roma 16:18) Sejatinya, Alkitab mengatakan bahwa pelayanan yang benar adalah pelayanan yang menjangkau jauh keluar tembok gereja: “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” (Yakobus 1:27)

4.      Make full proof of thy ministry. (Tuntaskanlah pelayananmu). Pelayanan seorang kristiani adalah sampai akhir hayat. Tidak ada istilah pensiun dalam pelayanan. Saya adalah salah seorang yang menentang aturan emiritus (pensiun) dalam jawatan gereja. Kita tidak boleh pensuin sampai Tuhan memanggil kita pulang. Rasul Paulus mengatakan bahwa ia sudah sampai ke garis finish. Dia telah berhasil mengakhiri pertandingan imannya “melawan” dunia. Ia telah setia memelihara iman kepada Yesus Kristus selama hidup: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7). Ada sebuah terjemahan yang indah: to do your job well, (CEV). Benar, dalam menunaikan tugas pelayanan, kita harus bekerja dengan baik. Jangan serampangan dan asal jadi. Jadilah pelayan yang mengerjakannya dengan sungguh dari dasar hati sampai engkau kelak kembali dipanggil pulang olehNya. Amen.

(INTISARI Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Chapter Induk Semper Jakarta Utara. Minggu, 05 Agustus 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar