Senin, 10 Juni 2013

PEMBUNUH RAKSASA



PEMBUNUH RAKSASA
(1 Samuel 17)



Tentu kita sangat akrab dengan perikop ini. Kisah yang didengarkan oleh sekian banyak manusia lebih dari pada kisah apapun. Kisah di mana pernah terjadi seorang remaja penggembala domba mengalahkan seorang prajurit perang yang tangguh. Inilah kisah dimana seorang Daud yang masih sangat muda maju ke medan perang dan akhirnya dengan gemilang mengalahkan seorang raksasa bernama Goliath. Goliath dalam hal ini tidaklah selalu berupa orang yang tinggi besar dan bersenjata lengkap serta ingin membunuh kita. goliat dewasa ini justru lebih dahsyat dan lebih kejam. Goliath itulah yang kita sering sebut sebagai masalah. Beragam masalah siap menerkam kita. mulai dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Semua goliath ini setiap hari menunggu kita di medan pertempuran yaitu kehidupan kita sehari-harinya. Sekarang yang menjadi intinya adalah. Apakah kita menjadi seperti Daud yang walaupun masih sangat muda dan tidak pengalaman, namun gilang gemilang menghantam Goliath. Ataukah kita akan menjadi pecundang dan budak dari goliath itu?

Paling tidak kita akan mempelajari 3 kebenaran dari kisah luar biasa ini:

1.      Setiap raksasa akan membuat kita lebih mengenal siapa sejatinya kita. Suatu krisis sejatinya tidaklah membentuk kita tetapi menyingkapkan siapa kita. seseorang dapat dikenal dari bagaimana caranya menyelesaikan sebuah masalah. Dan dengan demikian seseorang akan kita kenal ketika dia berhasil keluar sebagai pemenang dalam mengahadapi goliatnya, ataukah dia menjadi pecundang dan menjadi budak goliath?
2.      Orang-orang yang meraih posisi puncak telah terlebih dahulu menjadi pembunuh raksasa.  Kita melihat bahwa setiap pemimpin yang telah mencapai puncak keberhasilan selalu telah terlebih dahulu melalui padang gurung pertempuran melawan “goliath” masalah. Seorang pemimpin yang sejati yang telah sampai di puncak karir telah terlebih dulu mengalami beratnya pertempuran menghadapi Goliath. Hampir semua orang telah mengalahkan rintangan-rintangan yang sangat sulit lebih dahulu sebelum akhirnya menjadi orang-orang yang hebat.
3.      Para raksasa sering menjadi alat yang di pakai Tuhan untuk membentuk kita menjadi pemimpin yang akan meraih peluang yang lebih besar. Sama seperti Daud  ketika berhasil memenggal kepala Goliath, sebuah kesempatan untuk meraih kepemimpinan nasional mulai terbuka di depannya. Hampir selalu berlaku hal yang sama sampai hari ini, setiap kita yang mau meraih kesempatan atau peluang yang lebih besar di depan, kita harus berhadapan dengan alat Tuhan yaitu MASALAH.

Marilah kita belajar beberapa ciri-ciri dari seorang Pembunuh Raksasa yang paling sukses yaitu Daud remaja berjerawat:

  1. Daud tidaklah mulai dengan spektakuler sebagai seorang pembunuh raksasa (ayat 14_24). Daud dikisahkan hanyalah seorang remaja berjerawat yang tinggal di padang untuk menggembalakan kambing domba ayahnya. Dia bukanlah seorang yang penting, bahkan dia adalah anak bungsu yang kurang dipandang ditengah keluarga. Ketika kakak-kakaknya menjadi tentara, dia hanyalah seorang gembala domba yang tak terlihat. Namun ada satu hal yang sangat penting dari hidup Daud. Dia adalah seorang yang setia dalam melakukan tugas-tugasnya. Dia setia dalam hal-hal yang kecil dan dapat dipercaya. Bila saudara hendak menjadi penakluk Goliath, jangan takut dan menjadi ciut bila engkau tak dipandang. Tetapi setialah terlebih dulu dalam hal yang kecil. Taatlah melalui semua proses walaupun itu terlihat sepele.

  1. Duad melihat POTENSI dari pertempuran menghadapi Goliath. (Ayat 25-27). ketika kita mencoba membayangkan keadaaan medan perang sewaktu pasukan Israel gemetar mengahadapi hujatan dan ancaman tentara pilistin yang dikomando Goliath. Tentara Israel yang dipimpin Saul ciut dan ketakutan. Tidaklah demikian dengan Daud. Mengapa? Karena tentara Israel melihat Goliath yang besar, sedangkan Daud melihat Tuhan yang lebih dahsyat dari apapun. Saudara harus tahu bahwa Allah yang menyertai kita lebih besar dari semua goliath di muka bumi ini. Inilah ciri seorang pembunuh raksasa.

  1. Daud tidak membiarkan telinganya mendengarkan KRITIK yang merusak jiwanya. (ayat 28-33, 41-44).  Paling tidak ada tiga kelompok pengkritik yang merusak. Yang pertama adalah Eliab kakak kandung Daud. Eliab menakut-nakuti Daud secara emosional. Yang ke dua adalah Saul. Raja yang menakut-nakuti Daud dengan posisinya. Dan yang ketiga adalah Goliath. Goliath menakut-nakuti dengan kemampuannya. Bukankah sering kitapun mengalami jiwa yang patah ketika diremehkan oleh saudara sendiri. Atau kadang-kadang pemimpin kita melecehkan kita. dan yang paling sering adalah goliat itu sendiri, yaitu masalah yang nampak begitu besar sehingga menciutkan kita dengan makian dan hujatannya. Daud menutup telinga untuk itu semua.

  1. Daud tidak merasa kewalahan menghadapi tantangan (ayat 32). DR. John Maxwell, seorang rohaniwan dan penulis sukses di Amerika mengatakan perbedaan mendasar antara tentara Israel dengan Daud. “Pasukan Saul melihat Goliath begitu besar untuk di pukul, Daud melihat Goliath sangat besar untuk meleset dari bidikannya.” Apa yang terjadi ketika Daud, remaja yang kecil dan berwajah kemerahan itu berlari melintasi lembah dan menghapiri Goliath, seorang tentara yang tinggi hampir 3.5 meter? Alu-alunya diputar dan akhirnya batu licin yuang dipungut Daud dari dasar sungai tepat mengenai dahi Goliath hingga melesak kedalam. Seketika robohlah Goliath yang perkasa itu.  Bukankah dahsyat jika saudara dan saya menjadi pembunuh raksasa? Walau tak ada orang yang melirik karena kita kecil, tak berpendidikan tinggi, bukan anak orang kaya dan tak punya kenalan bayak. Bahkan mungkin kita cacat tubuh. Tetapi jika kita melihat Allah dan berlari dalam namaNya menyongsong “goliath-goliath” yaitu segala masalah kita, maka kita akan menjadi pribadi yang merubuhkan Goliath. Menjadi pemimpin yang sukses dan mencapai puncak kepemimpinan kita.

(Intisari Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th. dalam Ibadah Raya Minggu, 19-11-06 HatiNurani Ministries Chaptaer Induk Semper Jakarta Utara.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar