Kamis, 11 April 2013

SEBELUM Anda MENIKAH, PAHAMILAH INI!


 ~BIMBINGAN PRA NIKAH~
(Sebuah acuan untuk menuju pernikahan yang kuat dan berbahagai dengan mendasarkannya pada terang firman Tuhan)

Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M.Th


Pernikahan merupakan peristiwa universal yang ditemukan dalam semua peradapan manusia sepanjang masa (Kejadian 19:37). Pernikahan sudah ada sejak zaman permulaan dan tetap ada hingga zaman ini dan akan ada pada Zaman Baru kelak. Pernikahan adalah kreasi dari sorga. Pernikahan bukan produk dari peradaban manusia.  Pernikahan ada juga bukan rekayasa atau dorongan lahiriah. Alkitab mencatat bahwa Allah memulai debut sejarah manusia lewat peristiwa pernikahan paling spektakuler di Taman Eden (Kejadian 2:8-25). Perjanjian Baru juga mengisahkan pelayanan Yesus di awali dari pernikahan penuh mukzijat di Kana (Yohanes 2:1-11). Kita belajar dari Alkitab bahwa kelak saat Yesus kembali menjemput mempelainya yaitu gereja, akan ada pesta pernikahan paling dahsyat di Kerajaan Sorga (Wahyu 19:6-10). Jadi jelaslah bagi kita bahwa pernikahan itu merupakan hal yang rohani dan kudus.


Namun dalam perjalanan sejarah manusia, kita telah menemukan penyimpangan dan penyesatan yang memilukan. Manusia telah meninggalkan kaidah pernikahan sejati dan mengikuti keinginan dan hawa nafsu semata. Mulai dari perjinahan, poligami, perceraian, homoseksual, hingga penistaan terhadap lembaga pernikahan. Dunia yang kita tempati sekarang adalah dunia yang benar-benar kacau balau. Rasul Petrus menggambarkannya: “Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!” ( 2 Petrus 2:12-14)

Tetapi Allah memiliki rencana yang indah untuk pernikahan Kristiani. Dengan mempelajari BPN ini, maka diharapkan pasangan muda yang segera akan melangkah membangun rumah tangga akan beroleh pencerahan dan hikmat yang perlu. Karena kita tahu tanpa pengertian dan pemahanan yang benar, maka mereka yang kaan memasuki pernikahan sperti orang buta yang meraba-raba. Kita tahu persis, orang buta tinggal menunggu waktu jatuh kedalam lobang.


DASAR-DASAR PERNIKAHAN KRISTIANI

I.  ARTI PERNIKAHAN KRISTIANI

Banyak pengertian pernikahan dari berbagai sudut pandang. Namun kita mengacu kepada apa kata Alkitab. Pernikahan menurut Alkitab adalah peristiwa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan menjadi satu daging dengan seorang perempuan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24)

Pengertian kata menjadi satu daging di sini bukan semata-mata mengacu kepada hubungan seksual. Dalam terjemahan KJV “Therefore shall a man leave his father and his mother, and shall cleave unto his wife: and they shall be one flesh.” Ada dua kata yang dikontraskan. Leave:meninggalkan, menyerahkan; dan Cleave: menggantungkan diri, memegang erat-erat. Jadi sekarang kita mendapatkan makna dari pernikahan yaitu meninggalkan keluarga dan kemudian menggantungkan diri kepada pasangannya.

Namun harus diperhatikan bahwa Alkitab tidak mengajar seseorang yang telah menikah membuang (throw away) keluarganya. Kata meninggalkan bermakna penyerahan dimana keluarga menyerahkan anaknya untuk menyatu dengan pasangannya dan mengurus kehidupannya sendiri tanpa campur tangan atau intervensi keluarga. Keluarga (ayah,ibu, dan suadara) dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengamat dan penasehat yang bertindak jika di minta. Banyak pasangan yang baru menikah justru bermasalah ketika orang tua tidak memahami fungsinya dalam pernikahan anak-anak mereka dengan sikap intervensi. Tetapi ada demikian banyak pernikahan yang demikian memilukan hati orang tua karena mereka benar-benar membuang keluarga mereka.

II.  JODOH SEJATI

Topik mengenai jodoh selalu menjadi pembahasan serius dan ramai. Mulai dari pembicaraan sehari-hari hingga seminar, membahasnya tanpa habis-habisnya. Beberapa pandangan yang mencolok dapat kita bagi dalam dua kelompok besar:

 
1.    Kelompok Sekuler Liberal yang menganggap jodoh adalah semata-mata peristiwa pertemuan dua pasang manusia yang saling jatuh cinta bahkan pada pandangan pertama. Kelompok ini beranggapan bahwa jodoh merupakan keputusan pribadi semata-mata tanpa intervensi sesuatu yang bersifat spiritual di luar dirinya. Kelompok ini beranggapan bahwa jodoh adalah fenomena sosio kosmik sebagai akibat dan produk peradaban humanistik tanpa unsur spiritual.

2.  Kelompok Spiritual yang percaya bahwa jodoh merupakan kreasi dan mahakarya sang pencipta. Kelompok ini percaya bahwa jodoh sudah di atur oleh Tuhan bahkan sejak dari masa  seseorang dikandungan ibu. Dalam realisnya, kelompok ini menyatakan bahwa peran serta mereka juga berperan dalam pencarian jodoh.

Kelompok pertama tadi akan memiliki banyak pertimbangan dalam menetapkan jodoh dan dapat dipastikan berorientasi kepada hal yang berwujud materi/bendawi. Mulai dari persoalan tampang, raut wajah, tinggi badan, sampai kepada latar belakang sosial.

Kelompok kedua akan dibedakan lagi menjadi dua bagian besar:

1.      Kelompok Spiritual Ekstrim yaitu kelompok yang menganggap bahwa peristiwa di Taman Eden di mana Tuhan sendiri datang membawa Hawa ke hadapan Adam akan terjadi lagi dalam hidupnya. Akhirnya mereka berdoa dan berharap jodoh itu mereka temukan ketika mereka membuka mata dan mengatakan amin setelah berdoa. Ada contoh yang menggelikan dalam pergaulan pemuda-pemudi kristen yang menganut paham ini. Mereka tidak saling mengenal tetapi tiba-tiba seseorang datang dan menemui seseorang dan berkata bahwa dialah jodohnya. Konyol memang namun harus kita akui bahwa ada yang terjebak di sini.

2.      Kelompok Spiritual Realistis yaitu kelompok yang mengakui bahwa jodoh itu di tangan Tuhan (Kejadian 2:22) namun tetap membutuhkan peranan mereka. Allah dalam hal ini tidak menjadikan manusia sebagai boneka namun memberikan hak untuk memutuskan.

Nah, marilah kita belajar bagaimanakah caranya menilai dan menimbang bahwa seseorang itu adalah jodoh yang ditetapkan oleh Tuhan? Mari kita baca ayat berikut ini: “Lihatlah, ini yang kudapati, kata Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat kesimpulan, yang masih kucari tetapi tidak kudapati, kudapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka.” (Pengkhotbah 7:27-28) Namun dalam terjemahan KJV kita temukan makna yang lebih tepat pada naskah aslinya: “Behold, this have I found, saith the preacher, counting one by one, to find out the account: Which yet my soul seeketh, but I find not: one man among a thousand have I found; but a woman among all those have I not found.”

Kunci utama untuk menemukan jodoh sejati adalah menemukan apa yang di cari oleh jiwa (find your soul seeketh). Salomo memilik 700 istri resmi dan 300 selir namun dia berkata seorang jodoh sejati belum ditemukan oleh jiwanya. Perhatikanlah bahwa jodoh sejati hanya akan ditemukan oleh jiwa bukan oleh mata. Kebanyakan orang bahkan sekalipun itu orang kristen terjebak dalam pandangan mata jasmaniah dan membiarkan mata jiwa mereka tetap buta dalam mencari jodoh. Itulah sebabnya setiap kali kita bertanya apa ciri-ciri jodoh idaman hampir dapat dipastikan kategorinya selalu bersifat material/bendawi. Mulai dari rambut panjang, hidung macung, kulit putih, dan lain sebagainya. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada yang mengatakan bahwa jodoh itu adalah sesuatu yang ditemukan oleh jiwaku.


III. PRINSIP SEPADAN

Ada banyak pengertian yang salah dalam menafsirkan kata sepadan. Mari kita membaca Alkitab:

  • Kejadian  2:18 “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
  • Kejadian  2:20 “Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.”

Konteks kata sepadan dalam ke-2 ayat di atas berkaitan erat dengan semua mahluk ciptaan Tuhan yang tercipta selalu berpasang-pasangan. Kata sepadan ini berbicara tentang membedakan manusia dengan mahluk hidup ciptaan yang lain. Adam bertugas untuk memberikan nama kepada semua binatang yang selalu berpasangan namun dia tidak menemukan pasangan yang sepadan dengan dia. Binatang itu sepadan dengan binatang dan manusia hanya sepadan dengan manusia. Manusia tidak sepadan dengan binatang maka manusia tidak bisa menikah dengan binatang demikian sebaliknya.

Menurut konteknya sepadan berarti sesama manusia yang terdiri dari 3 bagian yang esa (trikotomous) roh, jiwa, dan tubuh. Namun tentu tidak berarti seseorang bisa menikah dengan sembarangan orang. Semua harus melalui pertimbangan jiwa antara lain:

1.  Perbedaan Suku. Tidak ada larangan untuk menikah dengan suku manapun namun perlu memahami dengan jelas tradisi atau budaya suku lain. Ini agar menghindarkan keluarga dari konflik yang lahir akibat perbedaan pandangan atau tradisi.

2.   Perbedaan Status Sosial Ekonomi. Tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang berbeda status sosial ekonomi, namun jelas sekali bahwa jurang pemisah yang menganga akibat strata sosial ekonomi seringkali menjadi sumber konflik.

3.     Perbedaan Tingkat Pendidikan. Tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang berbeda strata akedemik, namun sangat jelas bahwa perbedaan pendidikan bisa menjadi masalah besar jika terlalu jauh berbeda.

4.    Perbedaan Usia. Mamang tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang jauh lebih tua atau lebih muda. Idealnya walaupun memang tidak ada yang ideal, seorang laki-laki lebih tua. Tetapi menikah dengan perempuan yang lebih tua bukan berarti tidak boleh namun memerlukan seni dan kebijakan khusus. Perhatikan juga agar tidak menikah setelah usia lanjut. Idealnya walau tidak ada yang ideal, seorang pria menikah setelah 30 tahun dan seorang wanita 25 tahun dengan rasio umur manusia 70 tahun. Bila ini terjadi maka pasangan ini masih sempat menyaksikan anaknya menikah dan menimang cucunya kelak.

IV.  Pertimbangan-Pertimbangan yang Salah dalam Pernikahan

Dalam realitas, kita menemukan sangat banyak alasan seseorang akhirnya memutuskan menikah. Berikut akan  kita bahas beberapa alasan yang salah seseorang memutuskan untuk menikah:

1.    Tuntutan Adat Istiadat. Kita mesti memilah dengan kaca mata Alkitab semua adat istiadat yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Jika tradisi itu tidak bertentangan dengan Alkitab maka terima saja namun jika menista Alakitab maka sebagai orang kristiani, kita harus menolaknya.
2.    Desakan Keluarga. Banyak orang akhinya menikah bahkan dengan jodoh yang dipersiapkan orang tua. Memang tidak selalu jelek, tetapi dapat anda banyangkan betapa buruknya jika sepasang anak manusia menikah tanpa ikatan jiwa? Mereka akan segera memasuki neraka dunia yaitu keluarga yang penuh prahara.
3.    Alasan Fisik. Oleh karena kecantikan dan wajah tampan seseorang bisa mabuk dan tidak realistis. Jangan pernah menikah hanya karena alasan fisik karena faktor itu bukan dasar yang teguh. Suatu hari wajah tampan akan keribut, demikian juga suatu hari kecantikan akan pudar: “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.” (Amsal 31:30). Seseorang menasihatkan agar janganlah seseorang terpikat hanya karena bulu mata: “Janganlah menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya.” (Amsal 6:25)
4.    Dorongan Seksual. Memang Alkitab menulis: “Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” (1 Korintus 7:9) Namun ayat ini konteksnya bersifat situasional. Anda jangan pernah menikah hanya karena ingin memuaskan hawa nafsu libido. Jikalau seseorang menikah hanya untuk memuaskan hasrat libido, maka seseorang tidak akan pernah puas. Karena libido tidak akan pernah puas. Inilah yang menjadi cikal bakal perselingkuhan dan perjinahan dalam keluarga karena orientasi melulu adalah sex.
5.    Menghindari Masalah. Ada demikian banyak masalah di dalam hidup ini tetapi jangan pernah berharap dengan menikah maka masalah akan selesai. Ketika anda melangkah memasuki pernikahan justru segudang masalah akan segera menghadang. Bagi pernikahan yang tidak dalam jalur yang benar, maka pernikahan itu adalah gudang dari masalah. Ingatlah, pernikahan dapat menjadi seindah surga jika anda menikah dengan orang pilihan Tuhan, tetapi ingat juga bahwa pernikahan anda akan menjadi seperti neraka jika anda menikah dengan orang yang tidak tepat. Pernikahan dapat menjadi tempat perteduhan dan kelegaaan, tetapi sekaligus juga dapat menjadi sarang masalah yang menjerat. Jadi yang benar adalah, Tuhanlah tempat kita temukan jalan keluar dari masalah (Ibrani 4:16).
6.   Demi Status. Ini yang sering kali mendorong orang menikah. Mereka berharap dengan menikah akan memperbaiki status mereka. Apalagi di dunia timur, perempuan akan dicemooh jika belum menikah pada umur 30an ke atas. Saudara, pernikahan memang sepintas mengangkat status tetapi sejatinya pernikahan tidak akan bermanfaat lebih baik jika pernikahan itu sendiri tidak sesuai kehendakNya.
7.    Demi Harta. Yang paling sering di kejar orang di dunia mungkin adalah harta. Tapi jangan jadikan harta sebagai alasan anda menikah. Perhatikanlah bahwa demi mencari harta orang jatuh ke dalam dosa. Paulus menulis: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Timotius 6:10). Ingatlah baik-baik bahwa hanya berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya (Amsal 10:22). Jika anda menikahi seseorang karena melihat harta, maka anda akan segera memasuki lingkungan yang penuh dengan rupa-tupa kejahatan. Bagi anda yang kaya, hati-hatilah jika seseorang mau menikah dengan anda oleh karena kekayaaan anda.
8.   Kompromi Iman. Ada banyak orang yang merasa bahwa menikah dengan orang yang tak seiman itu bukan masalah besar. Mereka berpendapat bahwa ada banyak  yang menikah dengan lain iman tetapi kelihatan baik-baik saja.  Ada juga yang beralasan bahwa menikah dengan lain iman dapat menarik pasangannya kelak setelah menikah menjadi teman satu iman. Ini semua salah. Alkitab jelas menulis: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14). Ketika seseorang mengikatkan diri dalam pernikahan dengan seseorang, maka seterang apapun cahayanya akan segera meredup ditelan kegelapan pasangannya yang tidak seiman.


V.    PRINSIP-PRINSIP FIRMAN TUHAN

Kebenaran yang utama adalah Firman Tuhan. Maka dengan mempelajari Alkitab kita akan menemukan prinsip-prinsip yang sejati dalam pernikahan yang berbahagia.

1.  Pernikahan adalah Kehendak Allah. Marilah kita mengerti bahwa pernikahan bukan produk budaya dan peradaban manusia, Allah sudah menciptakan pernikahan sedari semula dan akan tetap ada kelak selamnya. Kita membaca: “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18) Allah yang memikirkan pernikahan sejak semula. Dialah kreator pernikahan.
2.  Seorang Laki-Laki menikah hanya dengan seorang Perempuan. Kita baca: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:26-28). Di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin manusia yang pertama adalah laki-laki (male) dan yang kedua adalah perempuan (female) diluar itu adalah penyimpangan atau mahluk jadi-jadian.

Dan seorang laki-laki hanya boleh menikah dengan seorang perempuan. Pernikahan dengan satu jenis kelamin yang sama adalah perilaku pemberontak yang menentang Allah dan pernikahan seperti ini akan menerima hukuman keras. Sama seperti Allah menghukum Sodom dan Gomorah (Kejadian 13)

·    I Korintus  6:9 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit.”
·         I Timotius  1:10 “bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.”

  1. Laki-Laki dan Perempuan mempunyai kedudukan dan harkat yang sama di hadapan Tuhan. Banyak produk budaya yang mengatakan perempuan lebih rendah dari laki-laki namun Alkitab mengatakan bahwa laki-laki dan perempauan sama dihadapan Tuhan: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27). Perbedaan hanya terletak pada FUNGSI dan TANGGUNG JAWAB.
  2. Seorang laki-Laki hanya boleh menikah dengan seorang perempuan demikian sebaliknya. Prinsip ini menekankan bahwa tindakan poligami dan poliandri adalah terlarang dan pemberontakan kepada Allah. Dalam kekristenan poligami dan poliandri adalah kejahatan. Kekristenan hanya mengakui pernikahan monogami.
  3. Seorang Kristiani hanya boleh bersatu dengan pasangan setelah diberkati. Memang dalam dunia hukum ada lembaga yang melegalkan sebuah pernikahan yaitu Kantor Catatan Sipil, tetapi hukum Kristiani tidak memperbolehkan seorang pria bersatu dengan seorang perempuan sebelum di berkati oleh Allah melalui institusi GEREJA. Jadi langkah yang benar adalah diberkati baru bersatu: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadia 1:28). Sex pra nikah adalah zinah.
  4. Seorang laki-laki hanya boleh bersatu dengan istrinya. Perselingkuhan dan segala alasannya adalah dosa. Seorang laki-laki tidak berhak tidur dengan perempuan selain istrinya demikian sebaliknya, seorang istri hanya boleh menyatu dengan suaminya. Perzinahan dalam keluarga adalah dosa berat yang mendatangkan kutuk.
  5. Pernikahan bersifat kekal dan tidak dapat dibatalkan oleh pihak apapun. Prinsip ini menekankan penolakan yang tegas terhadap perceraian. Hukum kristiani tidak mentolerir perceraian. Pernikahan adalah perjanjian (covenant) antara Alah, laki-laki, dan perempuan yang tidak dapat dibatalkan oleh apapun selain maut. Dalam bahasa Ibrani kata BRITH berarti perjanjian yang tidak bisa dibatalkan (irrevocable).
-        Allah membenci perceraian: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” (Maleakhi  2:16)
-          Perceraian hanya karena maut: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6)

8.      Pernikahan yang Allah Kehendaki hanya dengan seorang yang satu IMAN. Allah melarang keras Israel kawin campur dengan bangsa di sekitar mereka yang tidak mengenal Tuhan (Kejadian 24:3). Demikian juga kita sebagai Israel Rohani, umat kristiani dilarang keras kawin campur dengan orang yang tidak seiman dengan dengan alasan apapun: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14)


VI.  KEKUDUSAN

Alkitab berkata: “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16) karena tanpa kekudusan tidak seorangpun melihat Allah: “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14) Arti kata kudus adalah dipisahkah, dikhususkan (separated). Sehingga kita harus  mengejar kekudusan karena itulah pintu gerbang mengalirnya berkat Allah dalam keluarga.

Dalam konteks pernikahan, hubungan seksual adalah kudus sehingga tindakan persetubuhan diluar lembaga pernikahan adalah perjinahan. Allah menekankan betapa pentingnya menjaga kekudusan karena tanpa kekudusan kita tidak dapat menikmati berkatnya. Dalam konteks pernikahan, sex sebelum diberkati adalah melanggar kekudusan dan menghambat berkat Allah atas keluarga.

Keperawanan sangat penting bagi sebuah pernikahan. Karena keperawanan memang “dikhususkan” oleh seorang perempuan hanya untuk suaminya demikian juga seorang pria akan “mengkhususkan” keperjakaanya hanya untuk istrinya. Belakangan ini orang makin tak memandang pentingnya keperawanan dan keperjakaan. Manusia hidup dalam zaman yang tidak menghormati Allah. Generasi zaman ini memiliki perilaku seksual yang tak lebih baik dari binatang. mereka berganti pasangan seenak perut mereka. Namun perhatikanlah, bahwa Allah tidak akan membiarkan hukumnya dipermainkan. KedilanNya pasti akan bertindak.

Lantas apakah orang yang sudah tidak perawan atau sudah tidak perjaka tidak akan mendapat berkat Tuhan? Tentu tidak. Walaupun memang mereka yang sudah tidak perawan atau tidak perjaka lalu memasuki lembaga pernikahan akan menghadapi banyak “permasalahan” yang diijinkan Tuhan untuk memurnikan mereka. Kunci untuk menerima kembali berkatNya atas pernikahan yang telah jatuh dalam dosa adalah pertobatan. Pertobatan adalah pintu untuk menerima kembali berkat Allah atas keluarga. Jadi jika anda sudah melangkahi kekudusan, bertobatlah. Mengakulah dan hubungilah seorang konselor kristiani yang akan menuntun anda. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar