~BIMBINGAN PRA NIKAH~
(Sebuah
acuan untuk menuju pernikahan yang kuat dan berbahagai dengan mendasarkannya
pada terang firman Tuhan)
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M.Th
Pernikahan merupakan peristiwa
universal yang ditemukan dalam semua peradapan manusia sepanjang masa (Kejadian
19:37). Pernikahan sudah ada sejak zaman permulaan dan tetap ada hingga zaman
ini dan akan ada pada Zaman Baru kelak. Pernikahan adalah kreasi dari sorga.
Pernikahan bukan produk dari peradaban manusia.
Pernikahan ada juga bukan rekayasa atau dorongan lahiriah. Alkitab
mencatat bahwa Allah memulai debut sejarah manusia lewat peristiwa pernikahan
paling spektakuler di Taman Eden (Kejadian 2:8-25). Perjanjian Baru juga
mengisahkan pelayanan Yesus di awali dari pernikahan penuh mukzijat di Kana
(Yohanes 2:1-11). Kita belajar dari Alkitab bahwa kelak saat Yesus kembali
menjemput mempelainya yaitu gereja, akan ada pesta pernikahan paling dahsyat di
Kerajaan Sorga (Wahyu 19:6-10). Jadi jelaslah bagi kita bahwa pernikahan itu
merupakan hal yang rohani dan kudus.
Namun dalam perjalanan sejarah manusia, kita telah
menemukan penyimpangan dan penyesatan yang memilukan. Manusia telah
meninggalkan kaidah pernikahan sejati dan mengikuti keinginan dan hawa nafsu
semata. Mulai dari perjinahan, poligami, perceraian, homoseksual, hingga
penistaan terhadap lembaga pernikahan. Dunia yang kita tempati sekarang adalah
dunia yang benar-benar kacau balau. Rasul Petrus menggambarkannya: “Tetapi
mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang
hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang
tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri
akan binasa seperti binatang liar, dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai
upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan.
Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka
duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. Mata mereka penuh nafsu zinah dan
mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah.
Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang
terkutuk!” ( 2 Petrus 2:12-14)
Tetapi Allah memiliki rencana yang indah untuk pernikahan
Kristiani. Dengan mempelajari BPN ini, maka diharapkan pasangan muda yang
segera akan melangkah membangun rumah tangga akan beroleh pencerahan dan hikmat
yang perlu. Karena kita tahu tanpa pengertian dan pemahanan yang benar, maka
mereka yang kaan memasuki pernikahan sperti orang buta yang meraba-raba. Kita
tahu persis, orang buta tinggal menunggu waktu jatuh kedalam lobang.
DASAR-DASAR
PERNIKAHAN KRISTIANI
I. ARTI
PERNIKAHAN KRISTIANI
Banyak pengertian pernikahan dari berbagai sudut pandang.
Namun kita mengacu kepada apa kata Alkitab. Pernikahan menurut Alkitab adalah
peristiwa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan menjadi satu
daging dengan seorang perempuan: “Sebab
itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24)
Pengertian kata menjadi satu daging di sini bukan
semata-mata mengacu kepada hubungan seksual. Dalam terjemahan KJV “Therefore shall a man leave his father
and his mother, and shall cleave unto his wife: and they shall be one flesh.”
Ada dua kata yang dikontraskan. Leave:meninggalkan, menyerahkan; dan Cleave:
menggantungkan diri, memegang erat-erat. Jadi sekarang kita mendapatkan makna
dari pernikahan yaitu meninggalkan keluarga dan kemudian menggantungkan diri
kepada pasangannya.
Namun harus diperhatikan bahwa
Alkitab tidak mengajar seseorang yang telah menikah membuang (throw away)
keluarganya. Kata meninggalkan bermakna penyerahan dimana keluarga menyerahkan
anaknya untuk menyatu dengan pasangannya dan mengurus kehidupannya sendiri
tanpa campur tangan atau intervensi keluarga. Keluarga (ayah,ibu, dan suadara)
dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengamat dan penasehat yang bertindak
jika di minta. Banyak pasangan yang baru menikah justru bermasalah ketika orang
tua tidak memahami fungsinya dalam pernikahan anak-anak mereka dengan sikap
intervensi. Tetapi ada demikian banyak pernikahan yang demikian memilukan hati
orang tua karena mereka benar-benar membuang keluarga mereka.
II. JODOH SEJATI
Topik mengenai jodoh selalu
menjadi pembahasan serius dan ramai. Mulai dari pembicaraan sehari-hari hingga
seminar, membahasnya tanpa habis-habisnya. Beberapa pandangan yang mencolok
dapat kita bagi dalam dua kelompok besar:
1.
Kelompok Sekuler Liberal yang menganggap jodoh adalah
semata-mata peristiwa pertemuan dua pasang manusia yang saling jatuh cinta
bahkan pada pandangan pertama. Kelompok ini beranggapan bahwa jodoh merupakan
keputusan pribadi semata-mata tanpa intervensi sesuatu yang bersifat spiritual
di luar dirinya. Kelompok ini beranggapan bahwa jodoh adalah fenomena sosio
kosmik sebagai akibat dan produk peradaban humanistik tanpa unsur spiritual.
2. Kelompok Spiritual yang percaya bahwa jodoh merupakan
kreasi dan mahakarya sang pencipta. Kelompok ini percaya bahwa jodoh sudah di
atur oleh Tuhan bahkan sejak dari masa
seseorang dikandungan ibu. Dalam realisnya, kelompok ini menyatakan
bahwa peran serta mereka juga berperan dalam pencarian jodoh.
Kelompok pertama tadi akan
memiliki banyak pertimbangan dalam menetapkan jodoh dan dapat dipastikan
berorientasi kepada hal yang berwujud materi/bendawi. Mulai dari persoalan
tampang, raut wajah, tinggi badan, sampai kepada latar belakang sosial.
Kelompok kedua akan dibedakan
lagi menjadi dua bagian besar:
1.
Kelompok Spiritual Ekstrim yaitu kelompok yang menganggap
bahwa peristiwa di Taman Eden di mana Tuhan sendiri datang membawa Hawa ke
hadapan Adam akan terjadi lagi dalam hidupnya. Akhirnya mereka berdoa dan
berharap jodoh itu mereka temukan ketika mereka membuka mata dan mengatakan
amin setelah berdoa. Ada contoh yang menggelikan dalam pergaulan pemuda-pemudi
kristen yang menganut paham ini. Mereka tidak saling mengenal tetapi tiba-tiba
seseorang datang dan menemui seseorang dan berkata bahwa dialah jodohnya.
Konyol memang namun harus kita akui bahwa ada yang terjebak di sini.
2.
Kelompok Spiritual Realistis yaitu kelompok yang
mengakui bahwa jodoh itu di tangan Tuhan (Kejadian 2:22) namun tetap
membutuhkan peranan mereka. Allah dalam hal ini tidak menjadikan manusia
sebagai boneka namun memberikan hak untuk memutuskan.
Nah, marilah kita belajar
bagaimanakah caranya menilai dan menimbang bahwa seseorang itu adalah jodoh
yang ditetapkan oleh Tuhan? Mari kita baca ayat berikut ini: “Lihatlah, ini yang kudapati, kata
Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat
kesimpulan, yang masih kucari tetapi tidak kudapati, kudapati seorang laki-laki
di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka.”
(Pengkhotbah 7:27-28) Namun dalam terjemahan KJV kita temukan makna yang lebih
tepat pada naskah aslinya: “Behold, this have I found, saith the preacher,
counting one by one, to find out the account: Which yet my soul seeketh, but
I find not: one man among a thousand have I found; but a woman among all
those have I not found.”
Kunci utama untuk menemukan jodoh
sejati adalah menemukan apa yang di cari oleh jiwa (find your soul seeketh).
Salomo memilik 700 istri resmi dan 300 selir namun dia berkata seorang jodoh
sejati belum ditemukan oleh jiwanya. Perhatikanlah bahwa jodoh sejati hanya
akan ditemukan oleh jiwa bukan oleh mata. Kebanyakan orang bahkan sekalipun itu
orang kristen terjebak dalam pandangan mata jasmaniah dan membiarkan mata jiwa
mereka tetap buta dalam mencari jodoh. Itulah sebabnya setiap kali kita
bertanya apa ciri-ciri jodoh idaman hampir dapat dipastikan kategorinya selalu
bersifat material/bendawi. Mulai dari rambut panjang, hidung macung, kulit
putih, dan lain sebagainya. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada yang
mengatakan bahwa jodoh itu adalah sesuatu yang ditemukan oleh jiwaku.
III. PRINSIP SEPADAN
Ada banyak pengertian yang salah dalam menafsirkan kata
sepadan. Mari kita membaca Alkitab:
- Kejadian 2:18 “TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
- Kejadian 2:20 “Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.”
Konteks kata sepadan dalam ke-2 ayat di atas
berkaitan erat dengan semua mahluk ciptaan Tuhan yang tercipta selalu
berpasang-pasangan. Kata sepadan ini berbicara tentang membedakan manusia
dengan mahluk hidup ciptaan yang lain. Adam bertugas untuk memberikan nama kepada
semua binatang yang selalu berpasangan namun dia tidak menemukan pasangan yang
sepadan dengan dia. Binatang itu sepadan dengan binatang dan manusia hanya
sepadan dengan manusia. Manusia tidak sepadan dengan binatang maka manusia
tidak bisa menikah dengan binatang demikian sebaliknya.
Menurut konteknya sepadan berarti sesama
manusia yang terdiri dari 3 bagian yang esa (trikotomous) roh, jiwa, dan tubuh.
Namun tentu tidak berarti seseorang bisa menikah dengan sembarangan orang.
Semua harus melalui pertimbangan jiwa antara lain:
1. Perbedaan
Suku. Tidak ada larangan untuk menikah dengan suku manapun namun perlu memahami
dengan jelas tradisi atau budaya suku lain. Ini agar menghindarkan keluarga
dari konflik yang lahir akibat perbedaan pandangan atau tradisi.
2. Perbedaan
Status Sosial Ekonomi. Tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang
berbeda status sosial ekonomi, namun jelas sekali bahwa jurang pemisah yang
menganga akibat strata sosial ekonomi seringkali menjadi sumber konflik.
3.
Perbedaan
Tingkat Pendidikan. Tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang
berbeda strata akedemik, namun sangat jelas bahwa perbedaan pendidikan bisa
menjadi masalah besar jika terlalu jauh berbeda.
4.
Perbedaan
Usia. Mamang tidak ada larangan untuk menikah dengan seseorang yang jauh lebih
tua atau lebih muda. Idealnya walaupun memang tidak ada yang ideal, seorang
laki-laki lebih tua. Tetapi menikah dengan perempuan yang lebih tua bukan
berarti tidak boleh namun memerlukan seni dan kebijakan khusus. Perhatikan juga
agar tidak menikah setelah usia lanjut. Idealnya walau tidak ada yang ideal,
seorang pria menikah setelah 30 tahun dan seorang wanita 25 tahun dengan rasio
umur manusia 70 tahun. Bila ini terjadi maka pasangan ini masih sempat
menyaksikan anaknya menikah dan menimang cucunya kelak.
IV.
Pertimbangan-Pertimbangan yang Salah dalam Pernikahan
Dalam realitas, kita menemukan sangat banyak
alasan seseorang akhirnya memutuskan menikah. Berikut akan kita bahas beberapa alasan yang salah
seseorang memutuskan untuk menikah:
1.
Tuntutan
Adat Istiadat. Kita mesti memilah dengan kaca mata Alkitab semua adat istiadat
yang berlaku dalam tatanan masyarakat. Jika tradisi itu tidak bertentangan
dengan Alkitab maka terima saja namun jika menista Alakitab maka sebagai orang
kristiani, kita harus menolaknya.
2.
Desakan
Keluarga. Banyak orang akhinya menikah bahkan dengan jodoh yang dipersiapkan
orang tua. Memang tidak selalu jelek, tetapi dapat anda banyangkan betapa
buruknya jika sepasang anak manusia menikah tanpa ikatan jiwa? Mereka akan
segera memasuki neraka dunia yaitu keluarga yang penuh prahara.
3. Alasan
Fisik. Oleh karena kecantikan dan wajah tampan seseorang bisa mabuk dan tidak
realistis. Jangan pernah menikah hanya karena alasan fisik karena faktor itu
bukan dasar yang teguh. Suatu hari wajah tampan akan keribut, demikian juga
suatu hari kecantikan akan pudar: “Kemolekan
adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan
TUHAN dipuji-puji.” (Amsal 31:30). Seseorang menasihatkan agar janganlah
seseorang terpikat hanya karena bulu mata: “Janganlah
menginginkan kecantikannya dalam hatimu, janganlah terpikat oleh bulu matanya.”
(Amsal 6:25)
4. Dorongan
Seksual. Memang Alkitab menulis: “Tetapi
kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik
kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” (1 Korintus 7:9) Namun ayat
ini konteksnya bersifat situasional. Anda jangan pernah menikah hanya karena
ingin memuaskan hawa nafsu libido. Jikalau seseorang menikah hanya untuk
memuaskan hasrat libido, maka seseorang tidak akan pernah puas. Karena libido
tidak akan pernah puas. Inilah yang menjadi cikal bakal perselingkuhan dan
perjinahan dalam keluarga karena orientasi melulu adalah sex.
5. Menghindari Masalah. Ada demikian banyak masalah di
dalam hidup ini tetapi jangan pernah berharap dengan menikah maka masalah akan
selesai. Ketika anda melangkah memasuki pernikahan justru segudang masalah akan
segera menghadang. Bagi pernikahan yang tidak dalam jalur yang benar, maka
pernikahan itu adalah gudang dari masalah. Ingatlah, pernikahan dapat menjadi
seindah surga jika anda menikah dengan orang pilihan Tuhan, tetapi ingat juga
bahwa pernikahan anda akan menjadi seperti neraka jika anda menikah dengan
orang yang tidak tepat. Pernikahan dapat menjadi tempat perteduhan dan
kelegaaan, tetapi sekaligus juga dapat menjadi sarang masalah yang menjerat.
Jadi yang benar adalah, Tuhanlah tempat kita temukan jalan keluar dari masalah
(Ibrani 4:16).
6. Demi Status. Ini yang sering kali mendorong orang
menikah. Mereka berharap dengan menikah akan memperbaiki status mereka. Apalagi
di dunia timur, perempuan akan dicemooh jika belum menikah pada umur 30an ke
atas. Saudara, pernikahan memang sepintas mengangkat status tetapi sejatinya
pernikahan tidak akan bermanfaat lebih baik jika pernikahan itu sendiri tidak
sesuai kehendakNya.
7.
Demi Harta. Yang paling sering di kejar orang di dunia
mungkin adalah harta. Tapi jangan jadikan harta sebagai alasan anda menikah.
Perhatikanlah bahwa demi mencari harta orang jatuh ke dalam dosa. Paulus
menulis: “Karena akar segala
kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
(1 Timotius 6:10). Ingatlah baik-baik bahwa hanya berkat Tuhanlah yang menjadikan
kaya (Amsal 10:22). Jika anda menikahi seseorang karena melihat harta, maka
anda akan segera memasuki lingkungan yang penuh dengan rupa-tupa kejahatan.
Bagi anda yang kaya, hati-hatilah jika seseorang mau menikah dengan anda oleh
karena kekayaaan anda.
8. Kompromi Iman. Ada banyak orang yang merasa bahwa
menikah dengan orang yang tak seiman itu bukan masalah besar. Mereka
berpendapat bahwa ada banyak yang
menikah dengan lain iman tetapi kelihatan baik-baik saja. Ada juga yang beralasan bahwa menikah dengan
lain iman dapat menarik pasangannya kelak setelah menikah menjadi teman satu
iman. Ini semua salah. Alkitab jelas menulis: “Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14).
Ketika seseorang mengikatkan diri dalam pernikahan dengan seseorang, maka
seterang apapun cahayanya akan segera meredup ditelan kegelapan pasangannya yang
tidak seiman.
V.
PRINSIP-PRINSIP FIRMAN TUHAN
Kebenaran yang utama adalah Firman Tuhan. Maka dengan
mempelajari Alkitab kita akan menemukan prinsip-prinsip yang sejati dalam
pernikahan yang berbahagia.
1. Pernikahan adalah Kehendak Allah. Marilah kita
mengerti bahwa pernikahan bukan produk budaya dan peradaban manusia, Allah
sudah menciptakan pernikahan sedari semula dan akan tetap ada kelak selamnya.
Kita membaca: “TUHAN Allah
berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kejadian 2:18)
Allah yang memikirkan pernikahan sejak semula. Dialah kreator pernikahan.
2. Seorang Laki-Laki menikah hanya dengan seorang
Perempuan. Kita baca: “Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan
di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
(Kejadian 1:26-28). Di dunia ini hanya ada dua jenis kelamin manusia yang
pertama adalah laki-laki (male) dan yang kedua adalah perempuan (female)
diluar itu adalah penyimpangan atau mahluk jadi-jadian.
Dan seorang laki-laki hanya
boleh menikah dengan seorang perempuan. Pernikahan dengan satu jenis kelamin
yang sama adalah perilaku pemberontak yang menentang Allah dan pernikahan
seperti ini akan menerima hukuman keras. Sama seperti Allah menghukum Sodom dan
Gomorah (Kejadian 13)
·
I
Korintus 6:9 “Atau tidak
tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang
berzinah, banci, orang pemburit.”
·
I
Timotius 1:10 “bagi orang
cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan
seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat.”
- Laki-Laki dan Perempuan mempunyai kedudukan dan harkat yang sama di hadapan Tuhan. Banyak produk budaya yang mengatakan perempuan lebih rendah dari laki-laki namun Alkitab mengatakan bahwa laki-laki dan perempauan sama dihadapan Tuhan: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:27). Perbedaan hanya terletak pada FUNGSI dan TANGGUNG JAWAB.
- Seorang laki-Laki hanya boleh menikah dengan seorang perempuan demikian sebaliknya. Prinsip ini menekankan bahwa tindakan poligami dan poliandri adalah terlarang dan pemberontakan kepada Allah. Dalam kekristenan poligami dan poliandri adalah kejahatan. Kekristenan hanya mengakui pernikahan monogami.
- Seorang Kristiani hanya boleh bersatu dengan pasangan setelah diberkati. Memang dalam dunia hukum ada lembaga yang melegalkan sebuah pernikahan yaitu Kantor Catatan Sipil, tetapi hukum Kristiani tidak memperbolehkan seorang pria bersatu dengan seorang perempuan sebelum di berkati oleh Allah melalui institusi GEREJA. Jadi langkah yang benar adalah diberkati baru bersatu: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadia 1:28). Sex pra nikah adalah zinah.
- Seorang laki-laki hanya boleh bersatu dengan istrinya. Perselingkuhan dan segala alasannya adalah dosa. Seorang laki-laki tidak berhak tidur dengan perempuan selain istrinya demikian sebaliknya, seorang istri hanya boleh menyatu dengan suaminya. Perzinahan dalam keluarga adalah dosa berat yang mendatangkan kutuk.
- Pernikahan bersifat kekal dan tidak dapat dibatalkan oleh pihak apapun. Prinsip ini menekankan penolakan yang tegas terhadap perceraian. Hukum kristiani tidak mentolerir perceraian. Pernikahan adalah perjanjian (covenant) antara Alah, laki-laki, dan perempuan yang tidak dapat dibatalkan oleh apapun selain maut. Dalam bahasa Ibrani kata BRITH berarti perjanjian yang tidak bisa dibatalkan (irrevocable).
-
Allah
membenci perceraian: “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel --
juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta
alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!” (Maleakhi
2:16)
-
Perceraian
hanya karena maut: “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6)
8.
Pernikahan
yang Allah Kehendaki hanya dengan seorang yang satu IMAN. Allah melarang keras Israel kawin campur
dengan bangsa di sekitar mereka yang tidak mengenal Tuhan (Kejadian 24:3). Demikian
juga kita sebagai Israel Rohani, umat kristiani dilarang keras kawin campur
dengan orang yang tidak seiman dengan dengan alasan apapun: “Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (2 Korintus 6:14)
VI.
KEKUDUSAN
Alkitab
berkata: “sebab ada tertulis:
Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16) karena tanpa kekudusan
tidak seorangpun melihat Allah: “Berusahalah
hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan
tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14) Arti kata kudus
adalah dipisahkah, dikhususkan (separated). Sehingga kita harus mengejar kekudusan karena itulah pintu
gerbang mengalirnya berkat Allah dalam keluarga.
Dalam
konteks pernikahan, hubungan seksual adalah kudus sehingga tindakan
persetubuhan diluar lembaga pernikahan adalah perjinahan. Allah menekankan
betapa pentingnya menjaga kekudusan karena tanpa kekudusan kita tidak dapat
menikmati berkatnya. Dalam konteks pernikahan, sex sebelum diberkati adalah
melanggar kekudusan dan menghambat berkat Allah atas keluarga.
Keperawanan
sangat penting bagi sebuah pernikahan. Karena keperawanan memang “dikhususkan”
oleh seorang perempuan hanya untuk suaminya demikian juga seorang pria akan
“mengkhususkan” keperjakaanya hanya untuk istrinya. Belakangan ini orang makin
tak memandang pentingnya keperawanan dan keperjakaan. Manusia hidup dalam zaman
yang tidak menghormati Allah. Generasi zaman ini memiliki perilaku seksual yang
tak lebih baik dari binatang. mereka berganti pasangan seenak perut mereka.
Namun perhatikanlah, bahwa Allah tidak akan membiarkan hukumnya dipermainkan.
KedilanNya pasti akan bertindak.
Lantas
apakah orang yang sudah tidak perawan atau sudah tidak perjaka tidak akan
mendapat berkat Tuhan? Tentu tidak. Walaupun memang mereka yang sudah tidak
perawan atau tidak perjaka lalu memasuki lembaga pernikahan akan menghadapi
banyak “permasalahan” yang diijinkan Tuhan untuk memurnikan mereka. Kunci untuk
menerima kembali berkatNya atas pernikahan yang telah jatuh dalam dosa adalah
pertobatan. Pertobatan adalah pintu untuk menerima kembali berkat Allah atas
keluarga. Jadi jika anda sudah melangkahi kekudusan, bertobatlah. Mengakulah
dan hubungilah seorang konselor kristiani yang akan menuntun anda. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar