Yesus Datang Sebagai Hamba
Nast: Yesaya
42:1-4
Natal adalah peristiwa kelahiran Yesus sebagai manusia di
dunia. KedatanganNya adalah sebuah pengorbanan yang sangat besar. Dia tidak
datang dengan hinggar binggar pesta atau sambutan seremonial seperti layakknya
seorang raja duniawi. Dia datang bukan juga dalam pakaian raja yang Maha Agung
namun dalam kesederhanaan sebagai bayi kecil di kandang domba. Sungguh sangat
berbeda bila dibandingkan dengan kelahiran raja-raja duniawi yang disambut dan
dipersiapkan dengan begitu khusus dan istimewa.
Kita melihat teladan Yesus yang datang justru sebagai
hamba yang mengunjungi umatNya:
1. BERSIKAP SEBAGAI SEORANG PELAYAN.
42:1 Lihat,
itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku
telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada
bangsa-bangsa.
Dalam terjemahan KJV disebut my servant yang
berarti pelayanKU. Yesus hadir di dunia sebagai pelayan Bapa dengan cara
mengosongkan diriNya dari atribut ilahi: Filipi
2:7 “melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Itulah sebabnya Allah sungguh
berkenan kepadaNya.” Yesus dengan rela menanggalkan atribut ilahiNya dan
mengambil rupa sebagai manusia sama seperti kita. ini adalah satu bentuk
pengabdian yang tertinggi ketika seorang Tuan dan segalanya rela mengambil
tempat sebagai palayan bagi hamba-hambanya.
Inilah yang sulit kita temukan dalam dunia yang
egosentris. Manusia melayani dirinya sendiri dan tidak peduli orang lain. Dalam
lingkup keluarga kita bertemu dengan anggota keluarga yang sibuk mempertahankan
posisi masing-masing. Suami merasa hebat dengan jabatan kepala keluarga
sehingga menindas istri. Istri merasa memiliki hak azasi sehingga tidak merasa
perlu tunduk pada suami. Anak-anak memberontak pada otoritas orang tua.
Yesus lahir dan memberi teladan yang sungguh berbeda
dengan apa yang dikejar manusia. Yesus yang adalah pemilik dari segala sesuatu,
justru meninggalkan haknya dan mengambil tempat sebagai pelayan. Natal ini
seharusnya mendorong kita untuk kembali kepada panggilan kita yaitu melayani.
Melayani sesama dengan kasih. Karena hanya dengan semangat itulah, maka kita
dapat efektif menjanggkau jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah.
2. BUKAN PRIBADI YANG HAUS PUBLIKASI
42:2 Ia tidak akan berteriak atau
menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.
Ketika Yesus melayani, kita mengetahuinya melalui Injil,
tidak pernah sekalipun Ia menginginkan promosi. Ia bahkan selalu berusaha untuk
menyembunyikan segala kebaikan dan kebajikan yang dikerjakananNya. Ia tidak sombong namun rendah hati dalam
setiap langkahNya. Ia juga tidak memanfaatkan posisinya untuk mengambil
keuntungan pribadi, tetapi memberikan segala sesuatu untuk kebaikan umatNya.
Manusia yang hidup
di zaman ini sungguh ironis. Manusia berlompa memasang iklan, memperomosikan
diri, mengangkat diri sendiri, dan lain sebagainya untuk mendapatkan
penghormatan, pengakuan, dan atau jabatan tertentu. Yang sungguh menyedihkan
adalah ada orang yang memproklamasikan dirinya rasul atau nabi? Manusia menjadi
tamak dan serakah. Manusia tidak merasa malu untuk berbuat curang hanya untuk
sekedar mendapat pujian atau pengakuan. Tidak terkecuali dengan orang-orang
yang mengunjungi gereja. Kita sedang berhadapan dengan kejahatan terselubung
dari para mafia pelayanan yang dengan buasnya menghimpit dan mematikan
pelayanan lain dengan kemampuan finasial, kemampuan khotbah, dan keterkenalan
mereka.
Ini sunggguh
berbeda dengan keheningan malam natal di Betlehem. Yesus lahir bahkan hanya di
kandang domba. Tempat tidurNya pun hanyalah palungan tempat kambing domba
minum. Selimutnya hanya lampin dingin. Tidak ada iklan atau selebaran. Yang ada
adalah lagu malaikat dan tanda bintang yang hanya dapat di mengerti oleh segelintir
orang. Namun pun demikian, kelahiranNya telah mengguncangkan surga dan seluruh
peradaban manusia.
Sekarang kita
mengerti bahwa rahasia untuk mendapatkan promosi adalah memiliki hati sebagai
seorang pelayan: (Matius 20:27)
“dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hambamu;” Tanpa gembar-gembor kalau kita talah memiliki hati pelayan, maka
promosi akan datang.
3. PENUH BELAS KASIH
42:3 Buluh yang patah terkulai tidak
akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya,
tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.
Yesus sungguh pribadi yang luar biasa. Dia penuh dengan
belas kasih. Dia tidak menghakimi bahkan dosa yang terang-terang sudah
dilakukan. Seperti perempuan yang kedapatan berjinah dan hendak di rajam dengan
batu. Yesus mengajarkan kita bahwa untuk menyelamatkan seseorang, kita harus
berani mengampuninya sehingga sumbu yang pudar itu akhirnya dapat bersinar
terang lagi. Yesus tidak sekalipun mengajarkan kita untuk menghakimi (Matius
7:1-2)
Yesus adalah Gembala yang baik karena dengan rela memberikan
nyawaNya untuk menyelamatkan domba-dombaNya: (Yohanes 10:11, 14) “Akulah gembala yang baik. Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; Akulah gembala yang baik dan
Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Seharusnyalah
kita digerakkan oleh belas kasih dalam seluruh aktifitas kita. Mulai dari
keluarga, gereja, hingga masyarakat luas. Gereja seharusnya mengalirkanbelas
kasih yang nayta khususnya di hari natal ini.
4.
BERDIRI TEGUH UNTUK KEBENARAN
42:4 Ia
sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia
menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Yesus setia sampai mati di kayu
salip dan tidak berubah oleh tawaran atau godaan apapun. (Matius 4) Yesus tidak
berubah karena godaan kebutuhan jasmaniah walaupun kita tahu semua bahwa Yesus
tidak memiliki lumbung persediaan gandum tetapi kita tahu setiap hari Dia
selalu mendapatkan roti untuk kebutuhan jasmaniahNya.
Godaan kebutuhan jasmaniah tidak
membuat Dia berubah. Keangkuhan dan kesombongan sering menjadi jerat dan mematikan
karakter Kristus dalam diri kita seiring dengan perubahan dalam tingkat
kesejahteraan kita. Seringkali kita terjebak dalam kemakmuran dan akhirnya
menjadi berubah. Yesus mengajarkan agar kita tidak berubah seturut pertumbuhan
dan perkembangan kita. seperti Yesus yang setia sampai akhir dan tidak berubah
dalam kebenaran sampai mati, kita yang merayakan natal ini pun hendaknya jangan
berubah oleh apapun dengan berpegang teguh pada firmanNya. Amin
INTISARI khotbah Pdt. Joshua M.
Sinaga, S.Th pada Ibadah Perayaan Natal 23 Desember 2007 Hati Nurani Ministries
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar