KUASA VISI (Kejadian 12:1-9)
Oleh: Ps Joshua
Mangiring Sinaga, M.Th
Pernahkan anda berpikir bahwa
pencapaian terbesar selalu lahir dari visi yang kuat. Artinya tanpa sebuah visi
tidak akan pernah lahir sebuah pencapain yang besar. Visi adalah sesuatu yang
dapat dilihat oleh iman dan sifatnya jauh di depan dan hanya dapat dijangkau jika seseorang teguh mengejarnya.
Visi adalah sebuah kekuatan dan dibalik sebuah visi terkandung kuasa yang
mahadahsyat. Tergantung kepada siapa dan siapa yang menerima dan mengaplikasi
kuasa visi itu.
Untuk menjelaskan sebuah visi
dapat melalui cerita nyata berikut ini. Sebuah perusahaan sepatu mengirim dua
orang marketing ke Afrika. Ketika kedua marketing ini tiba, mereka sangat kaget
kerena tak menemukan seorangpun penduduk di tempat tersebut yang mengenakan sepatu.
Seorang kemudian segera mengirim berita ke kantor: “tak ada seorang pun yang
mengenakan sepatu di sini, segera kirimkan tiket, saya mau pulang!” Sementara
yang satunya lagi mengirim berita: “Segera kirimkan sepatu sebanyak banyaknya,
karena di sini belum ada yang pnya sepatu.” Seorang telah mendapatkan visi,
sementara yang lain tidak.
Visi mengandung kuasa yang dapat
sangat efektif menahan berbagai penderitaan sebagai akibat dari pencapaian visi
itu. Kita baca: “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu
dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu.” (1) Abram menerima visi dari Allah. Sekarang kita
mengerti bahwa visi yang benar ternyata hanya bersumber dari ALLAH. Dalam hal
ini kita harus memisahkan antara visi dengan obsesi atau cita-cita. Obsesi atau
cita-cita lahir dari interaksi sosial seseorang. Tetapi visi lahir dari
pergaulan pribadi seseorang dengan Allah.
Dalam ayat tadi kita melihat
bahwa Visi mengandung perintah yang sering/ kadang-kadang tidak masuk akal.
Jadi pointnya adalah visi tidak tergantung pada nalar dan logika manusiawi. Abraham
diperintahkan untuk keluar dari komunitasnya dan pergi kesuatu tempat yang akan
ditunjuk oleh Allah. Tentu sangat berat untuk meninggalkan sebuah komunitas
untuk suatu tempat yang masih sangat tidak jelas. Namun itulah visi. Seseorang
harus mampu bergerak dengan segala bebannya menuju visi.
Mari kita baca dua ayat lagi: “Aku
akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta
membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."(2-3)
Poinnya adalah bahwa Visi selalu
mengandung janji berkat dan perlindungan. Inilah yang menjadi salah satu
pendorong terbesar sehingga seseorang yang telah menerima satu visi akan
membayar apa saja untuk mencapai visi tersebut. Jadi ada satu hal yang sangat
kuat dan merupakan penghiburan yang
segar sepanjang jalan menuju perwujudan visi yaitu janji berkat dan pertolongan
atau perlindungan ilahi sepanjang penrjalanan menuju perwujudan visi tersebut.
Mari kita baca lagi ayat 4: “Lalu
pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut
bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima
tahun, ketika ia berangkat dari Haran.”
Di sini kita lihat bahwa Abram taat dalam membayar konsekwensi visi. Memang
visi selalu menuntut ketaatan. Tidak ada jalan kompromi atau negosiasi. Jalan
satu-satunya adalah taat melakukan atau mengerjakannya.
Dalam ayat 5: “Abram membawa
Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat
mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu
sampai di situ.” Jelas sekali ada pengorbanan yang besar dari Abram. Dia harus
meninggalkan negeri leluhurnya dan membawa semua keluarga dan harta miliknya.
Jadi harganya adalah keluar dari komunitas. Ini sering kali juga bicara tentang
meninggalkan adat dan tabiat lama. Kadang-kadang juga bisa bicara tentang
keluar dari pekerjaan kita yang sekarang. Banyak orang yang harus membanting
setir karean mengikuti visi dan dicela oleh banyak orang. Jadi Pengorbanan
adalah sahabat dekat sebuah visi.
Kita baca lagi ayat 6: “Abram
berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon
tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu.” Tentu ada
pengalaman pribadi dan Pengalaman pribadi adalah tantangan menuju wujud visi.
Banyak hal yang akan kita alami termasuk tantangan dari lingkungan sekitar.
Orang-orang atau komunitas kita dapat saja bereaksi negatif danitu adalah
tantangannya.
Dua ayat kita baca: “Ketika itu
TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan
negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi
TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke
pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah
barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan
memanggil nama TUHAN.” (7-8) Inilah inti dari pembahasan kita hari ini. Kekuatan
sebuah visi terletak pada keintiman spiritual seseorang. Tanpa intimacy, visi tetap akan kabur dan tak
akan pernah terwujud. Tanpa keintiman, maka visi akan tetap jauh dan hanya
seperti fatamorgana.
Yang terakhir kita pelajari dari
ayat9: “Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.”
Bahwa untuk sampai pada puncak pencapaian sebuah visi, hanya akan dicapai
melalui ketekunan. Tekun berarti juga tidak gampang menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar