MAKNA BAPTISAN SELAM
(Roma 6:3-14)
Paskah
yang kita rayakan pada hari ini merupakan pengenangan kembali akan kebangkitan
Kristus dari kematian. Kristus bangkit setelah selama 3 hari berada dalam perut
bumi. Hari minggu adalah hari ketiga setelah kematianNya dan menjadi hari
kemenangan tentu bagi semua orang percaya. Itulah sebabnya maka kekristenan
menetapkan hari minggu sebagai hari pertemuan ibadah raya.
Peristiwa
Israel menyeberang laut Teberau (Keluaran 14:21-22) yang kering setelah disibakkan
Allah merupakan lambang baptisan. Tentara Firaun sedang mengejar namun
terhalang oleh tembok api yang dari Tuhan. Pada kesempatan itulah Musa
menyeberangkan semua orang Israel. Ketika semua telah tiba, maka tembok api itu
pun diangkat dan tentara mesir mengejar hingga jauh ke tengah laut. Musa pun
mengulurkan tangannya dan air kembali bersatu menenggelamkan semua tentara
Mesir. Peristiwa ini bermakna bahwa baptisan sangatlah bermakna dalam kehidupan
seorang kristiani. Jika saja israel tidak menyeberang (tidak dibaptis) maka
sewaktu-waktu Mesir dapat menawan mereka dan membawanya kembali ke tanah
perbudakan, namun setelah menyeberang (dibaptis) mereka menjadi lebih
terpelihara. Karena ada perlindungan dan mukjizat Allah. Demikian juga bagi
setiap orang Kristen, baptisan tentu membawa unsur keselamatan: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi
siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)
Rasul
Paulus menulis: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita
semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya.” (Roma 6:3).
Orang percaya tanpa terkecuali telah dibaptis dalam Kristus. Dalam kematianNya.
Itulah sebabnya sakrament baptisan sesuai dengan arti hurufiahnya dicelupkan
(baptizo-Yunani) dilaksanakan dengan menenggelamkan seseorang ke dalam air dan
kemudian mengangkatnya kembali. Baptisan ini melambangkan kita telah
dibaptiskan dalam Kristus yaitu dalam kematianNya dan juga mendapatkan bagian
dalam kebangkitanNya.
Ketika
seseorang dicelupkan (diselamkan) kedalam air itu bermakna kita dikuburkan
dalam kematianNya (ayat 4) sebagai lambang matinya manusia lama kita yang
berlumur dosa (ayat 6). Sehingga tubuh dosa kita hilang kuasanya dan kita tidak
lagi menjadi hamba dosa.
Peristiwa baptisan merupakan
lambang kematian manusia lama kita yang penuh dosa karena tanpa kematian
manusia lama, kita tidak bisa bebas dari dosa. Karena manusia lama kita mati
dalam Kristus, maka kitapun akan memperoleh kebangkitan di dalam namaNya. Sebab
Kristus telah bangkit dan hidup. Dia tidak mati selama-lamanya seperti yang
dituduhkan oleh beberapa pendengki dari kalangan agamawi.
Karena betapa pentingnya
baptisan, maka seharusnyalah kita menaruh hormat atas peristiwa sakrament ini.
Peristiwa baptisan bukan hanya sekedar seseorang masuk sebagai pemeluk agama
kristen, tetapi lebih dari pada itu, lewat peristiwa baptisan seseorang telah
dipersekutukan dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Maka sungguhlah tepat
apa yang di tulis oleh Markus, bahwa iman dan baptisan itu adalah dua hal yang
tidak boleh dipisahkan dalam peristiwa keselamatan.
Mengapa harus di baptis. Alasan
yang sangat sederhana dari peristiwa laut Teberau adalah menyangkut kualitas keselamatan.
Jika Israel tidak menyeberang (baca di baptis) maka kemungkinan mereka ditawan
kembali oleh Mesir yang merupakan lambang perbudakan dosa sangat besar. Tetapi
ketika mereka telah menyeberang (dibaptis) maka mereka menjadi lebih aman
(lebih selamat) karena Mesir dan tentara-tentaranya telah tenggelam. Ketika
kita dibaptiskan dalam kematian Kristus maka kemenangan Kristus juga menjadi
bagian kita. Karena Kristus telah menang atas maut dan menyelesaikan semua
urusan dosa, maka kitapun yang telah menerima baptisan dalam kematianNya akan
memperoleh keselamatan dengan jaminan perlindungan yang ekstra: “Sebab itu hendaklah dosa jangan
berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti
keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada
dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada
Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan
serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata
kebenaran.” (ayat 12-13).
Orang yang telah menerima
baptisan memiliki kuasa yang lebih kuat untuk berkata tidak terhadap godaan
daging. Mereka yang telah dibatis memiliki kuasa yang lebih kuat dalam
menangani godaan dari pada orang yang tidak di baptis. Karena kasih karunia
Kristus menyertai kelompok orang ini: “Sebab
kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah
hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” (Ayat 14).
Ketika kita menerima baptisan,
maka kita dapat mempersembahkan tubuh kita sebagai alat untuk melayaniNya. Kita
dapat mempergunakan tubuh kita sebagai senjata-senjata kebenaran yang
memperdengarkan Injil ke seantero dunia ini. Artinya, dengan di baptis didalam
kematian Kristus yang juga berarti menerima kebangkitan dalam melalui kebangkitanNya,
kita dapat menjadi bejana yang lebih berharga di dalam baitNya. MelayaniNya
tentu sangat indah namun hanya dengan menjadi bejana yang berharga dan yang
sudah dikuduskan melelui baptisanlah, kita menjadi lebih bermakna di dalam
ladangNya: “Dan janganlah kamu
menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata
kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang
dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota
tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Ayat
13).
Selamat merayakan paskah, hari
kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus yang juga bermakna untuk mengingatkan kita
bahwa kita pun telah mendapat bagian dalam kebangkitanNya kelak. Maranatha,
halleluyah.
INTISARI khotbah Pdt. Joshua Mangiring Sinaga, S.Th;
pada Ibadah Paskah HN Ministries Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar