Kecil Bukan Berarti
Tidak Berguna
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, S.Th
Tidak terasa kita telah memasuki
bulan yang paling sibuk dalam kekristenan. Bulan Desember yaitu bulan Natal.
Ini berarti bahwa kesetiaan Allah terbukti. Dia yang Mahakasih telah memelihara
kita sepanjang tahun dan menibakan kita di bulan yang sangat kita rindukan ini.
Memang kita tidak dapat mengundur walau sedetik pun waktu ini, tetapi dalam
perjalanan yang telah jauh dibelakang tentu kita mengalami banyak hal. Ada
kegagalan dan ada kesuksesan. Semua itu akan menjadi pelajaran untuk menjadi
lebih baik di tahun depan. Tahun 2007 sebagai tahun pemulihan dan tahun
kerendahan hati.
Nabi
Mikha menulis: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata,
hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala,
sejak dahulu kala.”
(5:1). Betlehem adalah kota yang kecil dan kurang mendapat perhatian. Kurang
lebih 10 KM dari Yerusalem. Kota ini di sebut The Smallest Town karena
dari sekian banyak kota-kota Yehuda, Betlehem terhitung sebagai daerah yang
terabaikan. Bahkan penguasa hampir-hampir melupakannya. (Matius 2)
Kata
Betlehem berasal dari dua akar kata Ibrani, Bayit yang berarti Rumah dan
Lehem yang berarti Roti. Betlehem berarti rumah roti. Saya mempelajari
mengapa kota ini disebut sebagai rumah roti padahal dalam masa paceklik, kota
ini juga mengalami kelaparan. (Rut 1:1). Apakah ada makna dari Betlehem?
Jauh
sebelum ayat ini di tulis oleh Nabi Mikha, di Betlehem lahir seorang anak
peternak bernama Daud. Dia begitu kecil dan tak dipandang oleh
saudara-saudaranya. Dia hanya di tugaskan untuk menjadi gembala dipadang.
Tetapi Allah melihat hatinya yang tulus dan mengambil dia dari padang
penggembalaan dan mengangkatnya menjadi raja Israel yang paling berpengaruh
sepanjang sejarah.
Betlehem
itu memang sunyi dan hampir tak dipandang oleh orang. Tetapi justru dari kota
sunyi itulah lahir seorang raja yang besar yaitu Daud. Dari kota sunyi itu
jugalah lahir Anak Daud, Raja segala raja yaitu Imanuel, Yesus Kristus.
Mengapa
bisa menjadi sedemikian hebat dari yang kecil tak berpengaruh? Intinya adalah
apa yang menjadi isi dari Betlehem. Apa yang menjadi isi hati Daud? Betlehem
memberikan roti bagi penduduknya. Itulah isi Betlehem. Walau sederhana tetapi
dia memberikan kehidupan. Artinya kota
ini menjadi tempat perteduhan bagi orang yang lapar dan papa. Seperti Paulus
menulis, Tetapi dari kesederhanaan dan bahkan dari kelemahanlah, kuasa Allah
menjadi sempurna (2 Korintus 12:9). Demikian juga Daud. Isi hatinya begitu
murni. Bahkan ketika dia bergelimang dosa pun, hatinya begitu tulus dan murni.
Jauh dari belat-belit. Jauh dari kemunafikan. Jauh dari sandiwara. Daud begitu
menjaga hatinya sehingga dalam penyesalan yang dalam, dia berdoa: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku
seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri
sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap
Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang
Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam
penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku
dikandung ibuku.”
(Mazmur 51:3-7)
Ayat ke dua yang akan kita
renungkan: “Bangsa yang berjalan
di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri
kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” (Yesaya 9:1) Nabi Yesaya
menulis ayat ini hampir bersamaan dengan Nabi Mikha, 700 tahun sebelum
kelahiran Mesias di Kandang Domba Betlehem Efratah. Dalam zaman kegelapan oleh
karena hati yang tidak memiliki terang, membuat bangsa-bangsa menjadi bar-bar,
menyembah berhala, menyembah harta, mengejar kekuasaan bahkan dengan cara-cara
yang tidak bermoral. Dalam zaman kegelapan ini timbul kejahatan yang untuk
mendengarnya saja orang yang bermartabat
sudah muak. Zaman yang gelap ini membuat manusia mengikuti apa saja yang
dipandang benar menurut keinginan hatinya. Tidak ada kontrol yang positif.
Semua manusia berjalan menurut keinginan hatinya. Bahkan para pemeluk agama pun
mengikuti apa yang mereka anggap benar menurut keinginan hati mereka.
Pada zaman yang gelap inilah,
Yesus lahir di kandang domba di Betlehem. Dia datang dengan bersahaja. Sangat
miskin dan tidak bersemarak. Dia lahir bahkan di kandang domba dan harus
berbaring di palungan domba. Yesus lahir di tempat yang sunyi dan sepi. Tidak
ada lagu atau musik ? Tetapi dari surga ada nyanyian nyaring yang melebihi
musik dunia ini. Surga bergetar karena Allah yang begitu agung rela turun ke
dunia dalam kebersahajaan. Dalam kesederhanaan yang terlalu. Dalam kemiskinan
yang papa.
Yesus
datang sehingga kegelapan yang menutupi bangsa-bangsa karena tidak mengenal
Allah tersibak. Yesus datang agar bangsa-bangsa yang berjalan dalam
keinginannya yang gelap dapat melihat sinarNya. Walau hanya datang di kandng
domba, walau hanya lahir di kota sunyi, Betlehem, tetapi Dia datang membawa hal
yang tidak didapatkan oleh manusia di mana pun. Itulah keselamatan yang datang
dalam kesederhanaan. Keselamatan yang datang justru dari kerendahan hati Allah
yang rela menjadi manusia agar manusia yang sudah meninggalkan kodratnya
sebagai gambar Allah dipulihkan. Yesus datang agar manusia kembali kepada
citranya sebagai gambar Allah dengan memberikan terangNya yang ajaib. Terang
yang menyinari hati yang gelap sehingga bangsa-bangsa yang berjalan dalam
tuntunan hati yang gelap menemukan keselamatan. Walaupun kecil Betlehem telah
berdampak besar oleh karena isinya. Walau sederhana dan tak dipandang dulunya,
Daud telah berjaya. Yesus pun yang hanya bayi lemah, telah menjadi begitu besar
karena kesucian hatiNya. Amin.
#Intisari Khotbah Pdt. Joshua MS pada Natal HN
Ministries Chapter Induk Semper, 25-12-06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar