Rabu, 06 Februari 2013

MASALAH bukan Berarti Akhir Segalanya!


BUKAN AKHIR SEGALANYA
Lukas 8:22-25

Penderitaan sering kali menjadi alasan untuk orang putus asa. Penderitaan baik phisik (tubuh) atau psikhis (mental, jiwa) adalah alasan utama yang membuat seseorang  menyerah. Dalam keputusasaan itu, beberapa mengambil jalan pintas. Dunia ini semakin tak karuan ketika angka bunuh diri semakin tinggi. Alasan bunuh diri selalu berkisar pada penderitaan yang menurut pelaku sudah tak terperi. Belum lama ini kita mendengar berita bahwa seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Jepang ditemukan tewas menggenaskan tergantung di kamarnya. Belakangan diketahui mentri ini bunuh diri karena terlibat dalam skandal dana politik dan manipulasi kontrak bisnis. (Kompas, Selasa, 29 Mei 2007, hal. 11)


Dalam kitab Injil kita akan belajar satu hal bahwa penderitaan atau kesukaran bukanlah akhir dari segalanya.  Kesukaran bukan alasan bagi kita untuk berputus asa apalagi bunuh diri. Penderitaan tidak harus membuat kita menerah dan kalah.

1.      “Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka.” (22)

Saudara, kalau kita membaca ayat ini kita akan dapat menarik makna rohaninya. Yesus dan murid-murid memasuki perahu. Dan Yesus berkata: “Mari kita bertolak keseberang danau.” Hidup yang kita jalani sekarang ibarat kita sedang ada dalam perahu dan bertolak untuk sampai di seberang. Kristianitas adalah menyangkal diri dan memikul salib: Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24). Menjadi umat Kristiani adalah merupakan perjalanan wajib penuh ujian agar tiba sampai di seberang. Jadi tidak benar jika kita menjadi orang percaya dan hidup akan selalu baik-baik. Ajaran yang mengatakan kalau kita menjadi Kristiani akan selalu hidup sejahtera dan kaya raya bukan ajaran Injil. Namun satu yang kita perlu ingat bahwa kita tidak sendiri dalam perahu itu. Ada Kristus yang selalu menyertai kita melewati pergumulan untuk sampai keseberang.

2.      Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.” (23)

saudara, ada saat di mana perahu hidup kita ini di guncang oleh angin topan yang keras. Dan kisah ini mengatakan bahwa Yesus tidur. Sepertinya Yesus tidak peduli dan membiarkan para rasul berjuang sendirian menghadapi angin topan dan gelombang air yang bahkan sudah mulai masuk ke dalam perahu. Namun saudara, makna dari Yesus tertidur lebih kepada Yesus mengajar kita untuk belajar menghadapi ujian. Karena dengan jelas sekali Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah tidur: Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.” (Mazmur 121:4). Allah ingin kita bertambah dewasa dan jalan satu-satunya kita harus melewati ujian kehidupan. Dan ujian kehidupan itu selalu bernama penderitaan atau kesukaran. Kadang-kadang bahkan kita mendapati bahwa air sudah mulai memasuki perahu kehidupan kita. dalam hidup ini kita sering kali merasa seperti telur di ujung tanduk. Kita berada dalam masa yang kritis dan seolah tiada lagi harapan. Dan sungguh benar, kadang-kadang kita merasa dibiarkan. Kadang benar-benar kita merasa bahwa Allah telah tertidur dan membiarkan perahu hidup kita dipenuhi dengan air permasalahan.

  1. “Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh.” (24)

saudara, bahkan tindakan paling bodoh bila kita tujukan kepada Kristus pasti akan mendapatkan jawaban. Doa mungkin yang paling sering kita lakukan dalam ibadah kristiani, namun seringkali kita terjebak dalam bahasa doa yang agamawi dan mati. Doa adalah bahasa iman yang ditujukan dari hati kepada Allah. Dan doa lahir dari kebutuhan kita akan pertolongan Tuhan. Jadi mengapa kita tidak “membangunkan” Yesus dengan doa kita setiap saat. Hal yang paling bijaksana ketika kita berada dalam perahu yang hampir tenggelam adalah pergi keburitan dan membangunkan Yesus  lewat doa kita.

  1. “Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?” (25)

Iman adalah urat nadi rohani kita. bila kita tidak lagi memiliki iman, sesungguhnya rohani kita sudah mati. Jadi jagalah iman dengan cara mempraktekkan iman kita. Yesus bertanya hari ini kepada kita yang sedang berada dalam perahu hidup yang di terpa topan dan gelombang deras: “Dimanakah imanmu?” Imanlah yang dapat membuat kita melewati topan dan gelombang besar. Iman juga yang dapat mengantarkan perahu kehidupan kita tiba di seberang. Jadi marilah kita berdoa agar Tuhan juga mengaruniakan kepada kita iman yang besar untuk dapat menaklukkan gelombang yang besar pula: “Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" (Lukas 17:5). Jadi, kita tahu sekarang bahwa Allah selalu beserta kita dalam perahu itu. Tidak peduli sebesar apa gelombang yang sedang menerpa. Tidak peduli sebanyak apa air yang sudah masuk dalam perahu hidup kita. Sekali kita berdoa dan menggunakan iman, maka Kristus akan bangkit dan meneduhkan gelombang itu. Amen.

INTISARI Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th dalam Ibadah Raya HN Ministries Chapter Induk Semper, Minggu, 03 Juni 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar