BUKAN AKHIR SEGALANYA
Lukas 8:22-25
Penderitaan
sering kali menjadi alasan untuk orang putus asa. Penderitaan baik phisik
(tubuh) atau psikhis (mental, jiwa) adalah alasan utama yang membuat
seseorang menyerah. Dalam keputusasaan
itu, beberapa mengambil jalan pintas. Dunia ini semakin tak karuan ketika angka
bunuh diri semakin tinggi. Alasan bunuh diri selalu berkisar pada penderitaan
yang menurut pelaku sudah tak terperi. Belum lama ini kita mendengar berita
bahwa seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan Jepang ditemukan tewas
menggenaskan tergantung di kamarnya. Belakangan diketahui mentri ini bunuh diri
karena terlibat dalam skandal dana politik dan manipulasi kontrak bisnis.
(Kompas, Selasa, 29 Mei 2007, hal. 11)
Dalam
kitab Injil kita akan belajar satu hal bahwa penderitaan atau kesukaran
bukanlah akhir dari segalanya. Kesukaran
bukan alasan bagi kita untuk berputus asa apalagi bunuh diri. Penderitaan tidak
harus membuat kita menerah dan kalah.
1.
“Pada suatu hari Yesus naik ke dalam
perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka:
"Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka.” (22)
Saudara, kalau kita membaca ayat ini kita akan dapat
menarik makna rohaninya. Yesus dan murid-murid memasuki perahu. Dan Yesus
berkata: “Mari kita bertolak keseberang danau.” Hidup yang kita jalani sekarang
ibarat kita sedang ada dalam perahu dan bertolak untuk sampai di seberang.
Kristianitas adalah menyangkal diri dan memikul salib: “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku.” (Matius 16:24).
Menjadi umat Kristiani adalah merupakan perjalanan wajib penuh ujian agar tiba
sampai di seberang. Jadi tidak benar jika kita menjadi orang percaya dan hidup
akan selalu baik-baik. Ajaran yang mengatakan kalau kita menjadi Kristiani akan
selalu hidup sejahtera dan kaya raya bukan ajaran Injil. Namun satu yang kita
perlu ingat bahwa kita tidak sendiri dalam perahu itu. Ada Kristus yang selalu
menyertai kita melewati pergumulan untuk sampai keseberang.
2.
Dan ketika mereka sedang berlayar,
Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu
kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.” (23)
saudara, ada saat di mana perahu hidup kita ini di
guncang oleh angin topan yang keras. Dan kisah ini mengatakan bahwa Yesus
tidur. Sepertinya Yesus tidak peduli dan membiarkan para rasul berjuang
sendirian menghadapi angin topan dan gelombang air yang bahkan sudah mulai masuk
ke dalam perahu. Namun saudara, makna dari Yesus tertidur lebih kepada Yesus
mengajar kita untuk belajar menghadapi ujian. Karena dengan jelas sekali
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah tidur: “Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga
Israel.” (Mazmur 121:4). Allah
ingin kita bertambah dewasa dan jalan satu-satunya kita harus melewati ujian
kehidupan. Dan ujian kehidupan itu selalu bernama penderitaan atau kesukaran.
Kadang-kadang bahkan kita mendapati bahwa air sudah mulai memasuki perahu
kehidupan kita. dalam hidup ini kita sering kali merasa seperti telur di ujung
tanduk. Kita berada dalam masa yang kritis dan seolah tiada lagi harapan. Dan
sungguh benar, kadang-kadang kita merasa dibiarkan. Kadang benar-benar kita
merasa bahwa Allah telah tertidur dan membiarkan perahu hidup kita dipenuhi
dengan air permasalahan.
- “Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh.” (24)
saudara,
bahkan tindakan paling bodoh bila kita tujukan kepada Kristus pasti akan
mendapatkan jawaban. Doa mungkin yang paling sering kita lakukan dalam ibadah
kristiani, namun seringkali kita terjebak dalam bahasa doa yang agamawi dan
mati. Doa adalah bahasa iman yang ditujukan dari hati kepada Allah. Dan doa
lahir dari kebutuhan kita akan pertolongan Tuhan. Jadi mengapa kita tidak
“membangunkan” Yesus dengan doa kita setiap saat. Hal yang paling bijaksana ketika
kita berada dalam perahu yang hampir tenggelam adalah pergi keburitan dan
membangunkan Yesus lewat doa kita.
- “Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?” (25)
Iman adalah urat nadi rohani kita. bila
kita tidak lagi memiliki iman, sesungguhnya rohani kita sudah mati. Jadi
jagalah iman dengan cara mempraktekkan iman kita. Yesus bertanya hari ini
kepada kita yang sedang berada dalam perahu hidup yang di terpa topan dan
gelombang deras: “Dimanakah imanmu?” Imanlah yang dapat membuat kita melewati
topan dan gelombang besar. Iman juga yang dapat mengantarkan perahu kehidupan
kita tiba di seberang. Jadi marilah kita berdoa agar Tuhan juga mengaruniakan
kepada kita iman yang besar untuk dapat menaklukkan gelombang yang besar pula: “Lalu kata rasul-rasul itu kepada
Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" (Lukas 17:5).
Jadi, kita tahu sekarang bahwa Allah selalu beserta kita dalam perahu itu.
Tidak peduli sebesar apa gelombang yang sedang menerpa. Tidak peduli sebanyak
apa air yang sudah masuk dalam perahu hidup kita. Sekali kita berdoa dan
menggunakan iman, maka Kristus akan bangkit dan meneduhkan gelombang itu. Amen.
INTISARI
Khotbah Pdt. Joshua M. Sinaga, S.Th dalam Ibadah Raya HN Ministries Chapter
Induk Semper, Minggu, 03 Juni 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar