Rabu, 27 Februari 2013

Siapa Anda di Mata Tuhan, itu tergantung isi hati Anda!


HATI YOSUA
Yosua 1:1-10

Persoalan paling penting kita urus adalah HATI. Hati adalah pusat kehidupan yang sesungguhnya. Tidak ada yang lebih penting dari pada melihat hati dipemandangan Tuhan. Anda boleh mengesankan manusia dengan tampilan pisik, namun sayang Allah tidak terlalu memusingkan itu. Mata Allah tertuju langsung ke hati anda. Siapa anda di mata Tuhan, itu tergantung ada apa dengan hati anda.


Kita akan melihat seorang pemimpin berhati Kristus. Dialah Yosua. Banyak pengkhotbah kurang menyorot isi hati Yosua. Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan diri pada keberanian dan kesuksesan Yosua. Namun sesungguhnya inti dari semua itu adalah ketulusan hati Yosua. Walau dikatakan Musa berhati paling lembut, namun Yosua adalah seorang pribadi berhati paling tulus.

Ketika Musa mati, Allah menemui Yosua dan berkata: “Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.” (2) Tongkat estapet kepemimpinan dalam pelayanan akan sangat menentukan kelanjutan sebuah visi/misi. Kita melihat tidak terjadi chaos saat Musa meninggal. Allah telah melihat Yosua yang sungguh-sungguh melekatkan hati pada Allah. Mengapa Allah memilih Yosua bukan Kaleb? Mengapa juga bukan generasi baru yang lahir dipadang gurun? Bukankah semgat muda perlu untuk sebuah penetrasi ke wilayah musuh? Jawabannya sederhana! Allah mengenal isi hati Yosua yang sepenuh hati mengasihi Tuhan.

Allah tahu bahwa kita perlu sarana. Sarana untuk mengejawantahkan iman kita. Allah tahu kita membutuhkan sesuatu untuk hidup yang lebih layak. Namun yang lebih penting kita ketahui adlah bahwa Allah  telah menyediakan yang terbaik bagi kita bahkan sebelum kita sempat menyadari itu semua. Perhatikanlah, Allah menyediakan segala yang terbaik untuk Israel di Tanah Kanaan. Semua itu telah disiapkan Tuhan, dengan syarat Israel terutama Yosua sebagai pemimpin memilih untuk taat kepada Tuhan dengan jalan mengikuti firmanNya: “Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa. Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu.” (3-4) Ini berarti bahwa Allah tidak membuat hidup kita mengambang tanpa arah. Kita diciptakan untuk satu tujuan yang jelas dan pasti. Hidup yang benar adalah hidup yang memiliki tujuan yang pasti, bukan abu-abu (tidak jelas)

Namun untuk itu, Yosua harus mendapatkan penyertaan Tuhan. Harus ada garansi yang tak bisa dibatalkan. Yaitu garansi penyertaan Tuhan saat Yosua melangkah mengikuti firman Tuhan. Rasul Paulus mengatakan: “Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” Roma 8:31. Jika Tuhan bersama kita, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengacau hidup kita. Segala musuh tak akan mampu bertahan mengahadapi kita: “Seorang pun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.” (5) Jadi pahamilah bahwa Penyertaan Tuhan menjadi garansi paling hebat.

Ini yang menjadi inti pelajaran kita malam ini: ISI HATI YOSUA. Kita membaca: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.” (6) Kunci kemangan pertama adalah kekuatan dan keteguhan hati. Yosua memiliki hati yang kuat dan teguh, “Be strong and of a good courage.” Ini adalah modal terbesar saat kita juga sedang berperang menghadapi dunia yang jahat ini. Bila anda punya hati lemah, anda akan menjadi korban keganasan musuh. Tetapi sekarang jadilah kuat karena Tuhan yang menyertai kita lebih besar kuasanya dari apapun dan siapaun seteru kita.

Kuncinya ternyat terletak pada kita: “Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi.” (7) kita harus melatih agar hati kita kuat. Hati yang kuat tidak datang secara langsung. Hati yang kuat itu berasal dari pengalaman berperang bersama Kristus. Yosua telah terlatih selama mengabdi kepada Nabi Musa. Musa telah mengajarkan teladan hidup yang membentuk hati Yosua.

Bagaimana agar hati kita kuat? Intinya adalah dengan melatihnya merenungkan firman Tuhan: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (8) Ada energia (Yunani =kuasa) yang mengalir deras jika kita belajar duduk dikaki Tuhan dan merenungkan firmanNya siang dan malam.

Langkah selanjutnya yang tentu sangat penting adalah belajar dengan tekun mempraktekkan firman Tuhan. Jadi kunci selanjutnya untuk menjadi seorang yang berhati kuat adalah adalah meditasi firman (but thou shalt meditate therein day and night). Sisihkan lebih banyak waktu untuk membaca dan merenungkan  firman Tuhan karena saat itu kita akan memperoleh kekuatan supranatural oleh Roh Kudus: “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi." (9) dan perhatikan juga tindakan iman setelah merenungkan itu sangat penting. Yosua telah menerima kekuatan dan dengan kekuatan itu dia bertindak danmemimpin Israel melakukan penetrasi terbesar ke wilayah musuh sepanjang sejarah Israel: “Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa itu, katanya.” (10)

Intisari khotbah Pdt. Joshua Mangiring Sinaga, S.Th  pada Ibadah Raya Hati Nurani Ministries Jakarta, Minggu, 14 September 2008.

1 komentar: