Kamis, 21 Februari 2013

DUA SISI PRIBADI ALLAH


DUA SISI PRIBADI ALLAH
Ps. Joshua Mangiring Sinaga, M.Th


Salah satu kelemahan manusia adalah menjadi tidak seimbang. Manusia, termasuk orang percaya, cenderung untuk berlari kepada satu titik extrim. Suatu waktu berlari menuju extrim kiri, tetapi lain waktu dia terjerembab di ektrim kanan. Contohnya adalah pernyataan beberapa orang kristen karena akibat faktor budaya: “Tunggulah sampai aku menjadi lebih baik sedikit lagi, maka aku akan datang ke gereja dan beribadah kepadaNya.”  Atau  “Aku  masih sangat muda jadi waktu masih panjang. Nantilah kalau sudah tua baru pergi ke gereja!”


Sungguh sangat menyedihkan orang-orang seperti ini. Mereka adalah tipe manusia yang kurang mengerti bahwa Allah memiliki dua sisi pribadi yang tidak dipisahkan. Dua sisi pribadi yang tidak terpisahkan dan berjalan secara bersama-sama senantiasa. Kita membaca: “Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya! Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?" (Ayub 26:14) Ada dua sisi pribadi Allah yang selalu hadir secara bersama-sama. Kedua sisi pribadi Allah tersirat dalam ayat 14:

“Betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari padaNya.” Ini menyingkap sisi Allah yang Mahakasih. Dia begitu lembut dan panjang sabar. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan betapa kasihNya melebihi dari apa yang pernah dapat dipikirkan oleh manusia. Kita membaca: “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”(Matius 9:36)

“Siapa dapat memahami guntur kuasaNya?” Sisi pribadi Allah yang kedua adalah Allah yang Mahaadil. Sesungguhnya setiap pelanggaran harus menerima ganjaran yang patut. Tidak memandang bulu. Alkitab mengatakan: “Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ayub 4:8) Jadi kalau seseorang melakukan kejahatan, maka Allah yang Mahaadil akan mengganjar dia sesuai dengan keadilanNya. Rasul Paulus menulis kepda jemaat Galatia: “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:8).

Dalam istilah theologia, dikenal dua kata yang menggambarkan dua sisi pribadi Allah: Yang pertama adalah Allah yang Imanen, artinya Allah yang begitu dekat sehingga sebenarnya tidak ada jarak yang memisahkan Dia dengan umatNya. Alkitab berkata: “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.” (Roma 10:8). Allah adalah pribadai yang begitu mengasihi umatNya sampai Dia hadir ditengah-tengah mereka dalam wujud yang sama (Yohanes 3:16). Allah  dalam diri Yesus Kristus telah mengalami semua penderitaan yang dialami oleh manusia karena ia mengasihi mereka. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah Kasih. (I Yohanes  4:8 …sebab Allah adalah kasih.)

Yang kedua adalah: Allah yang Transenden, artinya Allah begitu sangat agung, sangat tinggi, sangat jauh, sehingga mustahil untuk menjangkauNya. Manusia dengan segala daya upayanya tidak akan pernah dapat menjangkau Dia. Moralitas yang luhur,  perbuatan baik, amal, bahkan agama sekalipun tidak dapat menjangkau Dia. Dia begitu agung sehingga tak ada satu anazir apapun yang dapat menjangkau Dia.

Kita mengerti bahwa Allah adalah pribadi yang imanen, tetapi Dia juga Allah yang Transenden. Allah itu sungguh benar Mahakasih tetapi Dia juga sungguh Mahaadil. Seharusnya kita semua binasa oleh karena kita telah berdosa dan jahat sejak dari nenek moyang kita (ini sisi keadilan Allah), tetapi Dia rela mengorbankan PutraNya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai ganti kita mati di kayu salip (Ini sisi kasihNya).

Dalam waktu yang bersamaan, Allah tidak dapat melupakan kasihNya, tetapi Dia juga tidak bisa mengabaikan keadilanNya. Namun Alkitab menuliskan lebih banyak kata kasih dalam Alkitab (853 ayat) bila dibandingkan dengan kata murka (315 ayat). Bagaimanapun juga Alkitab jelas-jelas lebih menekankan sisi kebaikan Allah dari pada murkaNya. Seorang theolog berkata: “Bahkan dalam murkaNya, Dia tetap tidak bisa melupakan kasihNya.”

Akhirnya, hendaklah kita mengasihi Dia karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu. Hendaklah kita juga menaruh hormat dan takut akan Dia, karena Dia juga adalah Allah yang adil dan akan mangganjar setiap pelanggaran kita.  Memang  Dia adalah Allah yang penuh kasih, tetapi ingat jugalah murkaNya atas setiap dosa. Jadi, jagalah hidupmu agar berpadanan dengan firmanNya. Haleluyah


(CATATAN Khotbah Kebaktian Minggu, 7 Mei 2006 di Hatinurani Ministries Chapter Induk Semper)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar