DUA
SISI PRIBADI ALLAH
Ps. Joshua
Mangiring Sinaga, M.Th
Salah
satu kelemahan manusia adalah menjadi tidak seimbang. Manusia, termasuk orang
percaya, cenderung untuk berlari kepada satu titik extrim. Suatu waktu berlari
menuju extrim kiri, tetapi lain waktu dia terjerembab di ektrim kanan.
Contohnya adalah pernyataan beberapa orang kristen karena akibat faktor budaya:
“Tunggulah sampai aku menjadi lebih baik sedikit lagi, maka aku akan datang ke
gereja dan beribadah kepadaNya.”
Atau “Aku masih sangat muda jadi waktu masih panjang.
Nantilah kalau sudah tua baru pergi ke gereja!”
Sungguh
sangat menyedihkan orang-orang seperti ini. Mereka adalah tipe manusia yang
kurang mengerti bahwa Allah memiliki dua sisi pribadi yang tidak dipisahkan. Dua
sisi pribadi yang tidak terpisahkan dan berjalan secara bersama-sama
senantiasa. Kita membaca: “Sesungguhnya, semuanya itu hanya ujung-ujung
jalan-Nya; betapa lembutnya bisikan yang kita dengar dari pada-Nya! Siapa dapat
memahami guntur
kuasa-Nya?" (Ayub 26:14) Ada
dua sisi pribadi Allah yang selalu hadir secara bersama-sama. Kedua sisi
pribadi Allah tersirat dalam ayat 14:
“Betapa lembutnya
bisikan yang kita dengar dari padaNya.” Ini menyingkap sisi Allah yang
Mahakasih. Dia begitu lembut dan panjang sabar. Tidak ada kata yang dapat
menggambarkan betapa kasihNya melebihi dari apa yang pernah dapat dipikirkan
oleh manusia. Kita membaca: “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti
domba yang tidak bergembala.”(Matius 9:36)
“Siapa
dapat memahami guntur
kuasaNya?” Sisi pribadi Allah yang kedua adalah Allah yang Mahaadil.
Sesungguhnya setiap pelanggaran harus menerima ganjaran yang patut. Tidak
memandang bulu. Alkitab mengatakan: “Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang
membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ayub 4:8) Jadi
kalau seseorang melakukan kejahatan, maka Allah yang Mahaadil akan mengganjar
dia sesuai dengan keadilanNya. Rasul Paulus menulis kepda jemaat Galatia: “Sebab
barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,
tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu.” (Galatia
6:8).
Dalam
istilah theologia, dikenal dua kata yang menggambarkan dua sisi pribadi Allah: Yang pertama adalah Allah yang Imanen,
artinya Allah yang begitu dekat sehingga sebenarnya tidak ada jarak yang
memisahkan Dia dengan umatNya. Alkitab berkata: “Tetapi apakah katanya? Ini:
"Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam
hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.” (Roma 10:8). Allah
adalah pribadai yang begitu mengasihi umatNya sampai Dia hadir ditengah-tengah
mereka dalam wujud yang sama (Yohanes 3:16). Allah dalam diri Yesus Kristus telah mengalami
semua penderitaan yang dialami oleh manusia karena ia mengasihi mereka. Alkitab
mengatakan bahwa Allah adalah Kasih. (I Yohanes
4:8 …sebab Allah adalah kasih.)
Yang
kedua adalah: Allah yang Transenden, artinya Allah begitu sangat
agung, sangat tinggi, sangat jauh, sehingga mustahil untuk menjangkauNya.
Manusia dengan segala daya upayanya tidak akan pernah dapat menjangkau Dia.
Moralitas yang luhur, perbuatan baik,
amal, bahkan agama sekalipun tidak dapat menjangkau Dia. Dia begitu agung
sehingga tak ada satu anazir apapun yang dapat menjangkau Dia.
Kita
mengerti bahwa Allah adalah pribadi yang imanen, tetapi Dia juga Allah yang
Transenden. Allah itu sungguh benar Mahakasih tetapi Dia juga sungguh Mahaadil.
Seharusnya kita semua binasa oleh karena kita telah berdosa dan jahat sejak
dari nenek moyang kita (ini sisi keadilan Allah), tetapi Dia rela mengorbankan
PutraNya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai ganti kita mati di kayu salip
(Ini sisi kasihNya).
Dalam waktu yang
bersamaan, Allah tidak dapat melupakan kasihNya, tetapi Dia juga tidak bisa
mengabaikan keadilanNya. Namun Alkitab menuliskan lebih banyak kata kasih dalam
Alkitab (853 ayat) bila dibandingkan dengan kata murka (315 ayat). Bagaimanapun
juga Alkitab jelas-jelas lebih menekankan sisi kebaikan Allah dari pada
murkaNya. Seorang theolog berkata: “Bahkan dalam murkaNya, Dia tetap tidak bisa
melupakan kasihNya.”
Akhirnya, hendaklah
kita mengasihi Dia karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu. Hendaklah
kita juga menaruh hormat dan takut akan Dia, karena Dia juga adalah Allah yang
adil dan akan mangganjar setiap pelanggaran kita. Memang
Dia adalah Allah yang penuh kasih, tetapi ingat jugalah murkaNya atas
setiap dosa. Jadi, jagalah hidupmu agar berpadanan dengan firmanNya. Haleluyah
(CATATAN
Khotbah Kebaktian Minggu, 7 Mei 2006 di Hatinurani Ministries Chapter Induk
Semper)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar