SEGAMBAR
DAN SERUPA DENGAN ALLAH
BENTUKNYA?
Banyak orang bertanya, "sebelum menciptakan manusia, apakah Allah tahu bahwa nanti manusia akan menentangNya?" Jawabannya, "tentu Allah tahu!" Lalu mereka akan melanjutkan pertanyaan mereka, "kalau begitu mengapakah Allah mau menciptakan manusia?" Dan belum sempat kita menjawab biasanya pertanyaan demi pertanyaan akan mereka lontarkan seperti peluru senjata otomatis.
Banyak orang bertanya, "sebelum menciptakan manusia, apakah Allah tahu bahwa nanti manusia akan menentangNya?" Jawabannya, "tentu Allah tahu!" Lalu mereka akan melanjutkan pertanyaan mereka, "kalau begitu mengapakah Allah mau menciptakan manusia?" Dan belum sempat kita menjawab biasanya pertanyaan demi pertanyaan akan mereka lontarkan seperti peluru senjata otomatis.
Kalimat
"kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita" menunjukkan
bahwa Sang Pencipta memang telah merencanakan menciptakan Adam yang berbeda
dengan semua makhluk lain. Makhluk lain tidak segambar dan serupa Allah,
melainkan hanya Adam. Allah menghendaki agar ketika makhluk lain melihat Adam,
mereka melihat Sang Pencipta. Tujuan penciptaan telah diungkapkan dengan jelas
yaitu "supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata
yang merayap di bumi."
Allah
berencana menciptakan makhluk yang mewakiliNya menguasai semua ciptaanNya yang
lain. Ia menciptakan makhluk yang segambar dan serupa dengan diriNya sehingga
ketika makhluk lain melihat Adam, mereka sepertinya melihat Sang Pencipta itu
sendiri. [Selebihnya...] Seperti petani membuat boneka, agar ketika burung
pipit melihat boneka yang bergerak-gerak ia mengira sang petani itu yang sedang
menjaga sawahnya.
Sebagian
theolog tidak berani menafsirkan kesegambaran dan keserupaan manusia dengan
Allah adalah dalam hal bentuk, karena Yohanes 4:24 menyatakan bahwa Allah itu
Roh. Tetapi kata besalmenu (gambar kita) dan kidmatenu (rupa kita) itu
sesungguhnya menunjuk kepada bentuk. Pada Kej.9:6 dikeluarkan larangan membunuh
manusia dengan alasan manusia diciptakan segambar dengan Allah. Dapat
dimengerti bahwa penyerangan terhadap manusia yang adalah gambar Allah dapat
dilihat sebagai penyerangan terhadap Allah sendiri. Ketika seseorang
merobek-robek foto seseorang, memang dapat dilihat sebagai bentuk penyerangan
terhadap orang itu. Segambar dan serupa dalam roh? Lalu mengapakah ketika
manusia telah mati, ketika rohnya telah meninggalkan tubuhnya, masih perlu
dihormati? Apakah makna dibalik penguburan orang secara terhomat? Tuhan
menghendaki agar orang yang telah mati, dikuburkan ke dalam tanah dengan
hormat. Dengan hormat karena diciptakan sesuai gambar Allah, ke dalam tanah
karena bahan baku tubuh tersebut terbuat dari tanah. Bapa-bapa beriman di PL
telah tercatat menguburkan orang-orang mereka secara terhormat ke dalam tanah.
Kata
besalmenu dan kidmatenu adalah kata yang biasa dipakai untuk menunjuk pada rupa
seseorang. Set, anak Adam pengganti Habel dikatakan adalah seorang laki-laki
menurut gambar dan rupa Adam, kata yang dipakai adalah persis sama dengan kata
untuk menjelaskan bahwa Adam yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa
Allah.
DENGAN
KEHENDAK BEBAS
Adam
bukan hanya diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah, bahkan dalam pasal
2 dirinci bahwa Adam terbuat dari debu tanah dan dihembusi nafas. Selanjutnya
dikatakan bahwa Adam ditempatkan di taman Eden dan diberi tugas. Adam adalah
satu-satunya makhluk yang bisa bertugas karena ia satu-satunya yang diberi
kemampuan untuk berpikir. Kalau tidak, ia tidak mungkin bisa mengurus taman
Eden dan mengendalikan semua makhluk ciptaan yang lain. Ia bisa berpikir dengan
sangat cerdas, namun pikirannya belum terisi pengetahuan. Sama seperti seorang
bayi yang memiliki kemampuan berpikir namun belum ada pengetahuan di dalam
otaknya, demikianlah Adam sesaat selesai diciptakan. Bedanya hanyalah kemampuan
berpikir bayi bertumbuh gradual sedangkan kemampuan berpikir Adam langsung pada
tahap sempurna. Jadi otak Adam itu seperti prosesor komputer yang sangat
canggih, namun belum ada program terisi di dalam memorinya.
Selain
pikiran, Adam juga diberi kehendak bebas karena hanya makhluk yang berpikiran
dan berkehendak bebaslah yang bisa bekerja. Tidak ada satu makhluk pun di atas
muka bumi yang bisa diberi tugas selain manusia. Karena diberi kemampuan
berpikir dan kehendak bebas maka Adam harus mempertanggungjawabkan pikiran dan
kehendak bebas yang diberikan kepadanya. Dengan kemampuan berpikir dan kehendak
bebas, bahkan perasaan, ia bisa berpikir, memutuskan untuk melakukan sesuatu
yang berkenan kepada Allah atau sebaliknya tidak berkenan kepada Allah, bahkan
menentang Allah. Adam adalah pribadi (person) yang bisa berpikir, memutuskan
sesuatu, bertindak, bisa tersinggung, marah dan mengasihi.
Mengapa
Allah memutuskan menciptakan makhluk yang bisa menentangNya? Jawabannya, Allah
ingin menikmati sikap positif dari makhluk ciptaanNya. Allah ingin dicintai
sebagaimana Ia mencintai, itulah sebabnya Ia menciptakan makhluk yang bisa
mencintai, makhluk yang berpikiran dan berperasaan. Allah tidak mau dicintai
robot yang tidak berperasaan. Dan juga tidak mau dicintai oleh yang tidak ada
pilihan selain mencintai, atau semacam cinta yang terpaksa. Ia menginginkan
cinta dari makhluk yang bisa memilih yaitu yang berkehendak bebas. Jika makhluk
itu bisa mencintai dan membenci, dan juga bisa memilih, lantas ia memilih
mencintai, maka di situlah nikmatnya dicintai. Dicintai atas pemilihan subyek
yang mencintai, bukan atas pengaturan obyek yang dicintai.
Dan
efek samping dari bisa mencintai ialah bisa membenci. Singkatnya, Allah
menciptakan makhluk yang seperti diriNya. Tentu manusia tidak memiliki
kemampuan seperti diriNya melainkan memiliki sekedar kemampuan untuk
mengendalikan makhluk-makhuk lain. Manusia benar-benar serupa Allah yang
memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak bebas.
Jadi,
Allah tahu manusia akan jatuh ke dalam dosa, namun bukan Allah yang menyebabkan
mereka jatuh ke dalam dosa. John Calvin bikin kesalahan ketika ia berkata bahwa
Allahlah yang menyebabkan Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. [John Calvin,
Institutes of Christian Religion. Ed. by John T. Mcniel. Trans.by Ford Lewis
Battles (Philadelphia: The Westminster Press. 1960) hal.995].
Kegagalan
utama calvinisme ialah pada pemahaman mereka terhadap manusia yang Allah
ciptakan. Mereka gagal memahami Adam sebagai manusia berakal budi dan
berperasaan serta berkehendak bebas. Itulah sebabnya John Calvin memaksakan
kehendaknya kepada penduduk kota Geneva, karena ia berpikir bahwa Allah juga
selalu memaksakan kehendakNya kepada semua ciptaanNya. Padahal sejak Allah
menciptakan manusia yang berakal budi, berperasaan dan berkehendak bebas, Allah
selalu konsisten dengan ketetapanNya. Ia tidak akan merubah ketetapanNya karena
Ia tidak dapat menyangkal diriNya (II Tim.2:13).
SETELAH
KEJATUHAN
Allah
telah menciptakan manusia yang berakal budi, berperasaan, dan berkehendak
bebas, atau pribadi (Person). Allah mau mereka mempraktekkan kehendak bebas
yang Ia berikan. Itulah sebabnya Ia menempatkan dua jenis pohon ke dalam taman
Eden, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan baik-jahat. Adam diberitahu
bahwa kalau ia memakan buah pohon kehidupan maka ia akan hidup selamanya
(Kej.3:22) dan kalau ia memakan buah pohon pengetahuan baik-jahat maka ia akan
mati (Kej.2:16-17).
Jika
seseorang memberi kebebasan kepada anda untuk memilih, namun hanya disodorkan
pada satu alternatif, maka orang itu sedang membohongi anda. Allah tidak
berbuat demikian kepada Adam. Ia menciptakannya dengan kemampuan berpikir,
memberinya kehendak bebas untuk memilih, dan juga memberikan alternatif
kepadanya untuk dipilih.
Allah
menghendaki Adam memilih buah pohon kehidupan, dan melarangnya memakan buah
pohon pengetahuan baik dan jahat. Jika Adam dan Hawa percaya dan bersikap
positif kepada Allah, maka mereka akan memakan buah pohon kehidupan, serta
menjauhi pohon pengetahuan baik dan jahat.
Iblis
tahu persis kondisi manusia yang memiliki kehendak bebas sebagaimana dirinya
karena ia berasal dari malaikat. Hanya malaikat dan manusia yang diberi akal
budi, perasaan dan kehendak bebas. Banyak orang bertanya, mengapa Allah tidak
melarang iblis menguji Hawa? Jawabannya, kalau Allah berbuat demikian, maka apa
manfaatnya manusia diberi kehendak bebas dan di taman Eden ditaruh dua macam
pohon? Semua itu untuk mendapatkan sikap positif (kasih) makhluk pribadi yang
diciptakanNya. John Calvin, demikian juga dengan John Owen pengikut setianya,
menekankan tujuan penciptaan adalah untuk kemuliaan Allah terasa agak mengusik
karena seolah-olah Allah kurang mulia sebelum menciptakan manusia. Padahal
Allah telah memiliki kemuliaan dan telah sangat mulia serta tidak perlu tambah
mulia lagi sebelum menciptakan manusia, dan manusia tidak bisa menambah
kemuliaan Allah. Yang lebih tepat adalah Allah menciptakan makhluk pribadi, dan
ingin mendapatkan sikap positif dari makhluk pribadi yang diciptakanNya. Tentu
sikap positif yang timbul dari hati tiap-tiap pribadi, bukan yang ditentukan
Allah.
Apakah
Allah tahu Adam dan Hawa akan jatuh ke dalam dosa? Tentu Allah tahu! Tetapi
Allah juga tahu bahwa kemudian mereka akan menyesal dan akan mengerti bahwa
Allah sangat mengasihi mereka. Dan Allah tahu bahwa melalui mereka akan lahir
manusia yang akan memusuhiNya, namun juga tahu akan ada yang mengasihiNya.
Karena setelah kejatuhan manusia, Allah segera menjanjikan Juruselamat,
kemudian ada banyak keturunan Adam dan Hawa yang merespons positif kepada kasih
karunia Allah. Akibat dari memilih memakan buah pohon pengetahuan baik dan
jahat, manusia harus mati atau dihukum mati. Dosa tidak dapat dihapuskan dengan
apapun selain dengan penghukuman, dan hukumannya adalah hukuman mati
(Rom.6:23).
Juruselamat
dijanjikan untuk menerima penghukuman itu. Adam dan Hawa, dan siapa saja yang
hidup sebelum penjatuhan penghukuman kepada Sang Juruselamat harus percaya
kepada Sang Juruselamat yang AKAN datang. Dua ekor binatang dimatikan dan
mengambil kulitnya untuk membuat pakaian bagi mereka masing-masing. Walaupun
tidak dikatakan domba, namun kemungkinan besar adalah domba karena kulit domba
merupakan model pakaian kulit yang paling awal. Dan juga sekaligus sebagai
simbol tentang proses penyelamatan yaitu tindakan penjatuhan hukuman kepada
Sang Juruselamat yang dijanjikan.
Setelah
kejatuhan, ternyata manusia tidak sampai kehilangan kesadaran dirinya, atau
kehilangan kemampuan memutuskan atau kehilangan kemampuan memilih yang dimiliki
sebelum kejatuhan. Kemampuan inteligensi manusia pun masih tetap sama bahkan
Allah sendiri menyatakan (menyindir) bahwa manusia sudah sehebat Allah yaitu
tahu tentang yang baik dan yang jahat (Kej.3:22). Manusia telah tahu tentang
yang baik dan yang jahat, bahkan telah melakukan kejahatan, yaitu memihak iblis
untuk menentang Allah.
Manusia
memiliki inteligensi yang tetap sama sehingga sanggup menciptakan pesawat yang
beratnya ratusan ton dan terbang di angkasa. Bahkan perkembangan teknologi yang
sangat pesat di abad 21 ini telah menyebabkan sebagian manusia merasa
betul-betul menjadi Allah.
Ungkapan
"mati secara rohani" (Rom.6:13, Ef.2:1,Kol.2:13), tidak tepat
untuk diartikan sebagai kehilangan kemampuan mengerti penjelasan tentang Allah
dan keselamatan jiwa diri seseorang. Manusia setelah kejatuhan terbukti bisa
mengerti berbagai hal termasuk hal-hal baik-buruknya, untung-ruginya,
patut-tidaknya. Tentu sangatlah tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa pikirannya
berhenti ketika mempermasalahkan tentang penciptanya, atau keselamatan jiwanya.
"Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu
(Ef.2:1)" bisa diartikan `dalam keadaan tidak ada hubungan dengan Allah
yang adalah sumber kehidupan'. Dosa dan pelanggaran manusia telah menyebabkan
terputusnya hubungannya dengan Allah yang maha kudus. Diperlukan keputusan
untuk bertobat dan percaya kepada Kristus, Sang Penebus dosa, untuk menjadikan
dirinya suci di hadapan Allah, barulah hubungan dengan Allah dipulihkan.
Setelah
seseorang bertobat dan percaya kepada Kristus maka, "...telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,
dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa
dan mengancam kita" (Kol.2:13-14). Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa
orang yang tadi mati secara rohani dihidupkan bersama Kristus dengan cara
mengampuni pelanggarannya. Ia menjadi kudus di dalam Kristus dan memiliki
hubungan kembali dengan Allah yang adalah sumber hidup.
Jadi,
kematian rohani dan hidup kembali di dalam Kristus tidak ada hubungannya dengan
kesanggupan memberi respon terhadap berita Injil keselamatan. John Calvin yang
mengikuti Agustinus telah salah besar dalam menganalogikan kematian rohani
dengan kematian jasmani dan menyimpulkan bahwa kondisi kematian rohani itu
berarti tidak bisa bereaksi sama sekali terhadap rangsangan luar.
Manusia
yang telah jatuh ke dalam dosa ternyata bisa berhitung, bisa menciptakan
berbagai peralatan, bisa mengenang hal-hal yang telah lampau, dan bisa
berencana atas hal-hal yang akan datang. Terbukti manusia berdosa bisa memahami
perkara rohani bahkan terlibat aktif perkara rohani dari aspek negatif. Mereka
bisa menjalin hubungan dengan dunia iblis serta bisa menjadi alat-alat iblis.
Manusia berdosa juga terlibat acara sembah-menyembah berbagai dewa dan illah.
Timbulnya sikap menyembah kepada berbagai ilah walaupun salah tetap menunjukkan
adanya kerinduan terhadap perkara rohani dalam diri manusia yang telah jatuh ke
dalam dosa.
Rahab
bisa sampai pada keyakinan bahwa Jehovah adalah Allah yang berkuasa yang sudah
pasti akan mengalahkan bangsanya, bukankah itu sebuah kesadaran rohani yang
ditunjukkan manusia berdosa? Rut bisa memutuskan memilih Jehovah sebagai
Allahnya bukankah juga sebuah bukti bahwa setelah manusia berdosa mendengar
tentang kebenaran bisa membuat pilihan berpihak kepada kebenaran?
Kesimpulan
yang tepat adalah bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa, ia sama sekali
tidak kehilangan kesadaran diri, tidak kehilangan kemampuan berpikir, dan juga
tidak kehilangan kemampuan memutuskan serta memilih. Manusia yang telah jatuh
ke dalam dosa hanya kehilangan hubungan dengan Allah yang maha kudus karena
Allah yang maha kudus tidak mungkin dihampiri manusia yang berdosa. Manusia
yang jatuh ke dalam dosa telah Totally Depraved dalam arti telah kehilangan kemuliaan
Allah (Rom.2:23), terputus hubungannya dengan Allah atau mati secara rohani
oleh pelanggaran dan dosanya.
SETELAH DISELAMATKAN
Kondisi
diselamatkan dari dosa, oleh Rasul Paulus juga disebut dihidupkan kembali di
dalam Kristus. Jika dihubungkan dengan kehilangan kemuliaan Allah, maka dapat
dikatakan dipulihkan kembali, atau diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.
Alkitab juga memakai istilah `dikuduskan'dan disebut `orang-orang kudus'.
Proses
penyelamatan terhadap manusia berdosa ialah melalui penghukuman terhadap dosa,
dan penghukuman itu diambil alih oleh Sang Juruselamat. Melalui sikap bertobat
dan percaya kepada Sang Juruselamat seorang berdosa dihitung telah terhukum
pada penghukuman yang dijalani Sang Juruselamat. Manusia berdosa yang hidup sebelum
penghukuman Sang Juruselamat harus beriman kepada Sang Juruselamat yang akan
dihukumkan. Sedangkan manusia berdosa yang hidup sesudah penghukuman Sang
Juruselamat harus beriman kepada Sang Juruselamat yang sudah dihukumkan.
Manusia
berdosa yang tadinya telah totally depraved, artinya telah putus hubungan
dengan Allah karena dosa, atau telah mati secara rohani, dihubungkan kembali
atau dihidupkan kembali atau dipulihkan kembali. Keselamatan yang terjadi pada
seseorangsama sekali bukan pemaksaan, melainkan keputusan untuk merespon
positif terhadap kasih karunia Allah. Sebagaimana kejatuhan manusia itu adalah
keputusannya sendiri, demikian juga keselamatan adalah keputusan manusia itu
sendiri untuk menyambut uluran kasih Allah.
Setelah
pemulihan, atau penyelamatan, maka kondisi dan posisi manusia kembali seperti
semula, yaitu saat sebelum kejatuhan. Adam dan Hawa adalah pribadi yang bebas,
yang diberi kemampuan untuk memutuskan untuk dirinya sendiri. Demikianlah
keturunan mereka yang telah jatuh ke dalam dosa, dan telah diselamatkan, yaitu
memiliki kehendak bebas dan kemampuan untuk mengambil keputusan bagi mereka
masing-masing. Sama sekali tidak ada indikasi bahwa keturunan Adam dan Hawa
yang diselamatkan oleh Injil abstrak, bisa mempertimbangkan hal atas itu
kehilangan kebebasan dan kemampuan mereka untuk mengambil keputusan.
Setelah
diselamatkan, manusia tidak kehilangan kebebasan, karena manusia bukan
tertangkap Allah untuk dibawa ke Sorga, melainkan merespon kasih karunia yang
ditawarkan. Jika keselamatan itu terjadi karena terpengaruh
"hipnotis" Allah, maka manusia kehilangan kebebasan atau kemampuan
untuk memutuskan dan memilih.
Benar
bahwa Allah memelihara iman orang yang telah percaya, namun sama sekali tidak
berarti orang tersebut kehilangan kebebasannya untuk melepaskan kepercayaannya
atau mengundurkan diri (Ibr.10:35,38). Sedangkan mengenai banyak atau tidak,
bahkan ada atau tidak orang yang telah diselamatkan yang mau melepaskan
kepercayaannya, itu bukan kasus yang dibicarakan, melainkan bahwa orang yang
telah diselamatkan ternyata masih tetap pribadi yang bebas, bukan yang terjajah
atau tertangkap Allah untuk ditransfer ke Sorga secara paksa.
KESIMPULAN
Manusia
adalah ciptaan Allah yang diberi kemampuan berpikir, kesadaran diri, kehendak
bebas, atau suatu pribadi. Manusia tidak pernah kehilangan semua itu ketika
jatuh ke dalam dosa, melainkan hanya kehilangan kemuliaan Allah dan hubungan
atau komunikasi dengan penciptanya. Setelah diselamatkan, manusia tetap adalah
makhluk pribadi yang bebas, sebagaimana ketika manusia belum jatuh ke dalam
dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar