Jumat, 12 Juli 2013

Unconditioal Prophecy



Unconditioal  Prophecy
(Sikap dan Tindakan yang Mempengaruhi Nubuat )
(Yesaya 38)


Sebuah nubuatan tidak selalu merupakan kabar baik. Nubutan kadang-kdang merupakan sebuah vonis yang menyakitkan. Dalam kitab Yesaya kita dapat mengetahui kejadian ini. “Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."  (38:1)

Dapat kita semua bayangkan bagaimana terkejut dan sedihnya Raja Hizkia. Raja yang kita ketahui begitu berbakti dan saleh ini harus menerima nubuatan buruk. Sebuah vonis mati. Barangkali hanya sedikit orang yang bisa dengan tenang dan bersikap bijaksana menghadapi kasus beperti ini. Sebelum kita lebih lanjut, marilah kita belajar sedikit tentang nubuat. Ada tiga jenis nubuat yaitu:

1.      Unconditional Prophecy yang berarti nubuatan tak bersyarat. Sifat nubuatan ini final dan tak dapat dibatalkan. Nubuatan ini banyak berhubungan dengan akhir zaman (eskaton, Yunani), nubuatan Messianik, danlain sebagainya.
2.      Conditional Prophecy yaitu nubuatan bersyarat. Sifat nubuat ini tidak final dan sangat berhubungan dengan sikap seseorang dalam merespon nubuat tersebut. Kisah yang terjadi kepada Raja Hizkia merupakan sebuah conditional prophetic. Sebuah nubutan yang dapat dimentahkan oleh respon dari pihak yang menerima.
3.      Deviate Prophecy yaitu nubuatan sesat. Nubutan ini adalah nubuat yang dihasilkan oleh rekayasa sesorang menurut keinginan hatinya sendiri. Biasanya disampaikan oleh nabi-nabi palsu. (lihat dalam 1 Raja-Raja 22). Tafsir mimpi, jampi-jampi, rajah tangan, horoscope, bola ajaip paranormal, dan masih banyak yang lain merupakan sarana yang sering dipakai para nabi palsu untuk menyampaikan nubutan yang sesat. Anda tidak perlu menarus minat dan apalagi mempercayai ini. Ini adalah pekerjaan yang dibelakangnya adalah setan sang penipu yang licik.

Lantas tindakan apa yang seharusnya kita lakukan jika kita harus berhadapan dengan conditional prophecy? Berikut kita pelajari dari sikap dan tindakan Raja Hizkia yang telah menggerakkan hatiNya untuk “menganulir” sebuah nubuatan.

Sikap dan tindakan yang menggerakkan hati Tuhan untuk menganulir sebuah conditional prophecy adalah:

  1. KESALEHAN HIDUP. Kesalehan hidup sudah menjadi barang langka di zaman ini. Namun kesalehan adalah sebuah energi yang bukan saja sanggup menggugah hati manusia, tetapi juga hati Allah. “Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.” (38:3). Apakah arti dari hidup saleh? Ada tiga hal yang menjadi ciri orang yang saleh hidupnya:

-          Setia. Arti dari kata setia yang paling sederhana adalah pegang teguh komitmen. Sebuah komitmen entah dengan Allah, atau dengan manusia, yang tetap dipegang teguh merupakan bukti seorang yang setia. contoh yang paling sederhana adalah janji atau komitmen pernikahan. Dalam kekristenan tidak mengenal perceraian dan hanya maut yang dapat menceraikan apa yang sudah dipersatukan oleh Allah. Orang yang setia akan terus memegang janji nikahnya hingga maut menjemput.

-          Tulus. Orang yang tulus hati artinya orang yang sama bahasa hati dan mulutnya. Tulus berarti apa yang dimulutnya sama dengan apa yang ada dihatinya. Lawan dari tulus adalah munafik. Orang yang seleh pasti tulus hatinya.

-          Melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Mungkin inilah yang secara spesifik menunjuk kepada sebuah tindakan rohani. Kalau setia dan tulus itu adalah ajaran etika dan moral secara universal, maka tindakan melakukan apa yang benar di mata Tuhan sangat berkaitan dengan kehidupan spiritual seseorang. Orang yang saleh hidupnya dapat dilihat dari kehidupan rohaninya. Banyak orang yang hidup penuh etika moral tetapi tidak rohani. Orang yang seperti ini bukanlah orang yang saleh. Karena tanpa lehidupan rohani yang benar, kesalehan seseorang hanyalah bersifat semu bagai fatamorgana.

  1. KESUNGGUHAN HATI. Sungguh-sungguh atau segenap hati dan segenap jiwa merupakan warna dari kehidupan rohani yang sehat.

-          Raja Hizkia bersungguh-sungguh berdoa sepanjang malam hingga fajar menyingsing (38:13). Maka dengan ini jelaslah bagi kita komentar orang bahwa berdoa tidak harus lama adalah satu kesimpulan yang kurang tepat. Doa memang tidak di ukur dari berapa lama durasinya, tetapi berapa sungguh-sungguhnya. Dan orang yang sungguh-sungguh tentu tidaklah memikirkan waktu apalagi hanya berdoa sebentar sepintas lalu. Kesungguhan memerlukan waktu yang panjang.

-          Dia tetap menghadap tembok dan tidak mencoba untuk mencari jalan yang lain (the second opinion). Hizkia telah menaruh dengan segenap hati dan jiwanya untuk menggugah hati Allah. Kebanyakan kita selalu berusaha untuk mencari jalan kedua jika kira-kira kita telah menemukan sebuah jalan buntu. Seorang yang saleh tidak pernah merasa ada jalan yang buntu. (38:2)

-          Berurai air mata. Banyak orang berprasangka bahwa sungguh-sungguh tidaklah selalu menangis. Tetapi yang jelas, kesungguhan dengan berurai air mata bukanlah satu hal yang salah. Ingatkah anda kapan terakhir kali anda berdoa dengan mencucurkan air mata? Ingatkah anda terakhir kali merasa tersentuh demikian deras sehingga tidak dapat menahan diri untuk tidak menangis. Orang yang sungguh-sungguh sangat sering berdoa dengan berurai air mata. (38:5) Puji Tuhan Halleluyah.

INTISARI khotbah Pdt Joshua Mangiring Sinaga, 28-01-07, Hati Nurani Ministries Chapter Induk  Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar