Unconditioal Prophecy
(Sikap dan Tindakan yang Mempengaruhi Nubuat )
(Yesaya
38)
Sebuah nubuatan tidak selalu
merupakan kabar baik. Nubutan kadang-kdang merupakan sebuah vonis yang
menyakitkan. Dalam kitab Yesaya kita dapat mengetahui kejadian ini. “Pada hari-hari itu Hizkia
jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata
kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada
keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." (38:1)
Dapat kita semua
bayangkan bagaimana terkejut dan sedihnya Raja Hizkia. Raja yang kita ketahui
begitu berbakti dan saleh ini harus menerima nubuatan buruk. Sebuah vonis mati.
Barangkali hanya sedikit orang yang bisa dengan tenang dan bersikap bijaksana
menghadapi kasus beperti ini. Sebelum kita lebih lanjut, marilah kita belajar
sedikit tentang nubuat. Ada tiga jenis nubuat yaitu:
1.
Unconditional Prophecy yang berarti
nubuatan tak bersyarat. Sifat nubuatan ini final dan tak dapat dibatalkan.
Nubuatan ini banyak berhubungan dengan akhir zaman (eskaton, Yunani), nubuatan
Messianik, danlain sebagainya.
2.
Conditional Prophecy yaitu nubuatan
bersyarat. Sifat nubuat ini tidak final dan sangat berhubungan dengan sikap
seseorang dalam merespon nubuat tersebut. Kisah yang terjadi kepada Raja Hizkia
merupakan sebuah conditional prophetic. Sebuah nubutan yang dapat dimentahkan
oleh respon dari pihak yang menerima.
3.
Deviate Prophecy yaitu nubuatan
sesat. Nubutan ini adalah nubuat yang dihasilkan oleh rekayasa sesorang menurut
keinginan hatinya sendiri. Biasanya disampaikan oleh nabi-nabi palsu. (lihat
dalam 1 Raja-Raja 22). Tafsir mimpi, jampi-jampi, rajah tangan, horoscope, bola
ajaip paranormal, dan masih banyak yang lain merupakan sarana yang sering
dipakai para nabi palsu untuk menyampaikan nubutan yang sesat. Anda tidak perlu
menarus minat dan apalagi mempercayai ini. Ini adalah pekerjaan yang
dibelakangnya adalah setan sang penipu yang licik.
Lantas tindakan apa yang seharusnya kita lakukan
jika kita harus berhadapan dengan conditional prophecy?
Berikut kita pelajari dari sikap dan tindakan Raja Hizkia yang telah
menggerakkan hatiNya untuk “menganulir” sebuah nubuatan.
Sikap dan
tindakan yang menggerakkan hati Tuhan untuk menganulir sebuah conditional
prophecy adalah:
- KESALEHAN HIDUP. Kesalehan hidup sudah menjadi barang langka di zaman ini. Namun kesalehan adalah sebuah energi yang bukan saja sanggup menggugah hati manusia, tetapi juga hati Allah. “Ia berkata: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.” (38:3). Apakah arti dari hidup saleh? Ada tiga hal yang menjadi ciri orang yang saleh hidupnya:
-
Setia. Arti dari kata setia yang paling sederhana adalah pegang teguh
komitmen. Sebuah komitmen entah dengan Allah, atau dengan manusia, yang tetap
dipegang teguh merupakan bukti seorang yang setia. contoh yang paling sederhana
adalah janji atau komitmen pernikahan. Dalam kekristenan tidak mengenal
perceraian dan hanya maut yang dapat menceraikan apa yang sudah dipersatukan
oleh Allah. Orang yang setia akan terus memegang janji nikahnya hingga maut
menjemput.
-
Tulus. Orang yang tulus hati artinya orang
yang sama bahasa hati dan mulutnya. Tulus berarti apa yang dimulutnya sama
dengan apa yang ada dihatinya. Lawan dari tulus adalah munafik. Orang yang
seleh pasti tulus hatinya.
-
Melakukan apa yang benar
di mata Tuhan. Mungkin inilah yang secara
spesifik menunjuk kepada sebuah tindakan rohani. Kalau setia dan tulus itu
adalah ajaran etika dan moral secara universal, maka tindakan melakukan apa
yang benar di mata Tuhan sangat berkaitan dengan kehidupan spiritual seseorang.
Orang yang saleh hidupnya dapat dilihat dari kehidupan rohaninya. Banyak orang
yang hidup penuh etika moral tetapi tidak rohani. Orang yang seperti ini
bukanlah orang yang saleh. Karena tanpa lehidupan rohani yang benar, kesalehan
seseorang hanyalah bersifat semu bagai fatamorgana.
- KESUNGGUHAN HATI. Sungguh-sungguh atau segenap hati dan segenap jiwa merupakan warna dari kehidupan rohani yang sehat.
-
Raja Hizkia bersungguh-sungguh berdoa
sepanjang malam hingga fajar menyingsing (38:13). Maka dengan ini jelaslah bagi
kita komentar orang bahwa berdoa tidak harus lama adalah satu kesimpulan yang
kurang tepat. Doa memang tidak di ukur dari berapa lama durasinya, tetapi
berapa sungguh-sungguhnya. Dan orang yang sungguh-sungguh tentu tidaklah
memikirkan waktu apalagi hanya berdoa sebentar sepintas lalu. Kesungguhan
memerlukan waktu yang panjang.
-
Dia tetap menghadap tembok dan tidak
mencoba untuk mencari jalan yang lain (the second opinion). Hizkia telah
menaruh dengan segenap hati dan jiwanya untuk menggugah hati Allah. Kebanyakan
kita selalu berusaha untuk mencari jalan kedua jika kira-kira kita telah
menemukan sebuah jalan buntu. Seorang yang saleh tidak pernah merasa ada jalan
yang buntu. (38:2)
-
Berurai air mata. Banyak orang
berprasangka bahwa sungguh-sungguh tidaklah selalu menangis. Tetapi yang jelas,
kesungguhan dengan berurai air mata bukanlah satu hal yang salah. Ingatkah anda
kapan terakhir kali anda berdoa dengan mencucurkan air mata? Ingatkah anda
terakhir kali merasa tersentuh demikian deras sehingga tidak dapat menahan diri
untuk tidak menangis. Orang yang sungguh-sungguh sangat sering berdoa dengan
berurai air mata. (38:5) Puji Tuhan Halleluyah.
INTISARI
khotbah Pdt Joshua Mangiring Sinaga,
28-01-07, Hati Nurani Ministries Chapter Induk Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar