SUDAH SELESAI
(Yohanes 19:16b-30)
Salah satu penyebab kehadiran Yesus di tolak oleh
Israel adalah berhubungan dengan penantian politis. Kaum zelot yang mana Petrus
merupakan salah satu dalam golongan ini mengharapkan kehadiran Mesias yang akan
memimpin mereka melepaskan diri dari penjajahan romawi. Tentu Yesus menolak
“diperalat” menjadi alat politis karena kehadiranNya ke dunia ini tidak
sesempit itu. Oleh karena perbedaan kepentingan beberapa golongan dalam
komunitas Israel, mereka akhirnya secara tragis bahkan memanfaatkan dan memaksa
pemerintahan romawi untuk menyalibkan Yesus. Sungguh ironis dan memiriskan
hati, Israel yang terjual di bawah belenggu penjajahan romawi, dengan garang
berteriak-teriak dengan lantang: “Salibkan Dia, salibkan Dia!” terhadap Raja
segala raja yang sesungguhnya akan membebaskan mereka lebih dari apa yang
mereka harapkan.
Yesus yang
terbelenggu di giring seperti seorang pendosa yang terkutuk. Dia bahkan
disalibkan di antara pendosa dan termasuk dalam hitungan orang yang terkutuk
(Galatia 3:13). Dia menutup mulutNya dan tidak mengucap sepatah kata pun untuk
membela diri. Sesaat setelah matahari tergelincir di ufuk barat, kira-kira
pukul 3 sore Dia berseru: “Eli, eli lama sabak tani. Yang berarti Bapa,
Bapa mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dalam kesakitanNya Dia berkata: “Aku
haus.” Dan setelah mencicip anggur asam yang dicucukkan dengan tidak sopan oleh
tentara romawi, Dia pun berkata untuk yang terakhir kalinya: “Sudah selesai.”
Dia pun menundukkan kepalaNya dan menyerahkan rohNya. “When Jesus therefore had received the
vinegar, he said, It is finished: and he bowed his head, and gave up the
ghost.” (ayat 30).
Kristus telah menyelesaikan tugasNya.
Iblis pun terpana dan menjerit karena kepalanya telah diremukkan “Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.” (Kej.
3:15). Walau dengan segala upaya, setan mencoba
menghalangi agar Yesus tidak perlu mati di kayu salib, namun Yesus dengan teguh
sampai di Golgota dan taat sampai akhir. Mati untuk menyelesaikan puncak dari
tugas penebusan. Jumat yang agung, Yesus telah mati. MisiNya telah di selesaikan dan oleh kematianNya kita
memperoleh kemenangan sejati.
Kematian Kristus
pada Jumat Agung telah memberikan 3 hal yang sangat mendasar yaitu:
- Pemulihan Relasi ALLAH dengan umatNya yang di tandai dengan Tabir Bait Suci terbelah dua. Dosa telah memisahkan Allah dari kita. karena Allah itu suci maka kita yang najis harus terpisah denganNya. Sebagai lambang pemisah itu maka Allah memerintahkan untuk membuat tirai pemisah dalam bait suci. “Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun. Haruslah engkau menggantungkannya pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. Haruslah tabir itu kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemisah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus.” (Keluaran 26:31-33). Manusia pun terpisah dan harus melalui para iman yang masuk sekali setahun ke ruang Maha Kudus untuk mewakilinya menghadap Allah. Ketika Kristus mati, tabir bait suci terbelah. Lambang di mana Allah membuka diriNya untuk bersekutu dengan semua orang yang beriman. Tanpa perantara lagi. Allah berdamai dengan umatNya sehingga siapa saja dari semua suku bangsa dapat menjadi imam atas dirinya sendiri. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9). Sejatinya, karena Yesus mati untuk memperdamaikan kita dengan Allah. Bukankah kita pun harus berdamai dengan semua orang?
- Pelunasan Hutang Dosa.
Kita tidak pernah sanggup untuk membayar dosa kita. Karena seseorang
yang tidak bernoda dosa harus membayarnya dengan nyawa. Kristus yang tidak
berdosa telah mati untuk membayar lunas semua dosa kita: “Sebab juga Kristus telah
mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak
benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh.” (1 Petrus 3:18). Seperti Yunus tinggal 3 hari dalam perut ikan,
demikianlah Yesus tinggal dalam maut selama tiga hari untuk membayar lunas
semua dosa-dosa umatNya (Matius 12:40). Tuhan Yesus sebelumnya berfirman: “Sesudah itu Yesus keluar
dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-murid-Nya dan menunjuk kepada
bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat
semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini
akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan
diruntuhkan." (Matius 24:1-2). Yesus berbicara
tentang dirinya yang akan mati untuk menebus umat manusia yang terjual dalam
belenggu dosa yang tak terbayarkan. Dengan kematianNya, kita pun bebas dan
lepas dari hutang. Kita bebas dari segala dosa. Perhatikan, segala dosa. Bukan
sebagian atau 2/3 dosa. Tetapi segala dosa kita.
- Kemenangan atas tipu daya setan dan daya tarik dosa.
Maut adalah sengat dosa. Setiap orang yang berdosa akan binasa dalam
maut. Namun kematian Kristus membuat maut tak lagi memiliki sengat. (1 Kor
15:55-56) Kematian tak lagi berkuasa atas orang percaya. Sekiranya pun daging
fana ini harus mati namun kita tidak mati namun beroleh hidup yang kekal dimana
aliran air kehidupan yang tak henti-hentinya menagalir dalam hati orang percaya
(Yohanes 7:38). Kita akan di sertai
dengan kuasa sebagai anak-anak Allah untuk menghardik setan dan mematahkan
semuat tipi daya dan daya tarik dosa. (Markus 16:16-18). Puji Tuhan dan selamat
merayakan Jumat Agung.
Intisari khotbah Pdt. Joshua Mangiring Sinaga, M.Th pada Ibadah
Jumat 6 April Agung 2007 GKBI Hosana Warakas Jakarta Utara
Pdt. Joshua Mangiring Sinaga, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar