RAHASIA MENANTIKAN TUHAN
(Habakuk 2:1-5)
Pdt. Prof.DR.
Abraham Alex Tanuseputera, Ph.D
Pada saat bangsa Israel berada dalam kesesakan, Habakuk selaku
seorang nabi telah menjadi perantara antara Tuhan dengan bangsa Israel, dan ia
berkata : ”Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara,
akau mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa
yang akan dijawabNya atas pengaduanku.” Ia senantiasa menantikan firman Tuhan
dan jawaban Tuhan untuk dapat disampaikan kepada bangsa Israel agar hati bangsa
Israel tetap kuat dalam menghadapi pergumulan yang sedang terjadi.
Saudara, arti dari kalimat “berdiri di tempat pengintaianku dan
berdiri tegak di menara” adalah ia membawa segala pergumulan dan menantikan
Tuhan dalam doa. Ia berusaha mencari wajah Tuhan dan kehendakNya lewat doa.
Habakuk tidak jemu-jemu dalam menantikan jawaban Tuhan sebab ia telah menerima
segala janji Tuhan, dan ia yakin apabila Tuhan berjanji pasti akan digenapi,
seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9, ”Tuhan tidak lalai menepati
janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia
sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,
melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”
Lalu, bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini sedang menantikan
jawaban dari Tuhan atas pergumulan kita? Jika ya, marilah kita naik ke “menara
doa” yaitu masuk dalam doa, sebab ketika kita menantikan Tuhan dalam doa,maka
kita akan mendapatkan tiga hal diantaranya:
1. Revelation (Wahyu)
Apabila kita membaca dalam I Korintus 12:1-11, maka kita akan
temukan salah satu dari ketiga hal tersebut di atas. Pada ayat 3 dijelaskan
bahwa seseorang dapat menyebut bahwa Yesus adalah Tuhan karena di dalam orang
tersebut ada Roh Allah, dan orang yang mendapat karunia bernubuat atau
wahyu itupun oleh karena karunia Roh. Jadi betapa pentingnya seseorang
mendapatkan wahyu dari Tuhan, karena wahyu merupakan firman yang langsung
disampaikan melalui Roh Kudus. Untuk itu apabila kita saat ini sedang dalam
pergumulan, maka janganlah kita semakin menjauh dari Tuhan dan mulai
mengandalkan kekuatan kita sendiri, sebab firman Tuhan menasehatkan,
”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5). Tetapi
justru kita semakin dekat dengan Tuhan untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Dan
orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Memang,
sementara kita menunggu sangat dibutuhkan kesabaran. Sebab tanpa kesabaran
seseorang tidak akan mendapatkan apa yang dirindukannya.
2. Wisdom (Hikmat)
Pada saat kita berdoa kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan
hikmat. Dan hikmat yang kita dapatkan bukanlah hikmat yang dari dunia melainkan
hikmat dari Tuhan, seperti yang tertulis dalam I Korintus 2:6-9, ”Sungguhpun
demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu
hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia
ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan
ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan,
telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.
Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita telah menerima
hikmat dari Tuhan. Saudara, ketika kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka
di dalam diri kita ada Roh Allah. Dan apabila Roh Allah ada di dalam diri kita,
maka kita akan memiliki pikiran Kristus, selain memiliki pikiran diri sendiri.
Jikalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan melihat
bahwa pada saat manusia mengajar manusia, maka itu pikiran manusia, sedangkan
apabila Roh Allah ada di dalam hamba Tuhan, maka yang diajarkan oleh hamba
Tuhan itu adalah pikiran Allah. Selanjutnya, apabila kita fokus kepada Tuhan
dan mempersilahkan Roh Kudus berkuasa dalam kehidupan kita maka Roh Kudus itu
akan memunculkan pikiran Allah, sehingga kita semua mendapat pikiran Allah/
Wisdom (Hikmat). Itulah yang sulit diterima oleh orang dunia, sebab mereka
tidak menerima Roh Allah. Oleh sebab itu, kita perlu banyak berdoa supaya kita
semakin sensitif terhadap Roh Allah yang senantiasa memberikan input mengenai
pikiran Allah. Dan tentunya pikiran Allah itu tidak dapat diterima dengan akal
manusia, melainkan dapat diterima dengan iman.
3. Power (Kuasa)
Roh Allah itu bisa memunculkan kuasa dalam kehidupan kita, sehingga
apa yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah dilihat oleh mata
maupun timbul dalam hati kita akan disediakan bagi mereka yang mengasihi Dia.
Pikiran Allah menciptakan iman yang dapat mengadakan mujizat.
Pada permulaan tahun 2008, saya (Pdt. A. Alex Tanuseputra) berdoa
dan Tuhan memunculkan dalam pikiran saya bahwa waktu ini adalah harvest time
(masa penuaian). Hal ini dapat dilihat dari siklus yang telah kita alami mulai
tahun 1977,1987, 1997 dan 2007. Dimana melalui siklus ini kita mendapatkan
suatu pemahaman mengenai hukum tabur tuai. Dari sekian lama perjalanan dalam
melayani Tuhan, Dia telah menunjukkan kuasaNya yang luar biasa yaitu kuasa yang
tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dan perlu kita perhatikan bahwa kita
tidak dapat memaksakan masa penuaian itu, sebab tuaian kita tergantung dari apa
yang kita tabur. Firman Tuhan itu datang dalam kehidupan kita namun belum
nyata, tetapi Tuhan berjanji bahwa suatu hari pasti akan digenapi. Pada waktu
kita menunggu jawaban dari Tuhan, waktunya tidak akan berlambat-lambat
seperti yang dialami oleh Habakuk ketika menantikan jawaban Tuhan.
Pada waktu firman Tuhan memerintahkan saya (Pdt. A. Alex Tanuseputra)
untuk mengambil proyek Menara Jakarta itu merupakan nubuatan, dan didalamnya
ada hikmat dan kuasa yang bekerja dalam kehidupan saya. Saya menunggu lama
terwujudnya Menara Jakarta. Firman Tuhan akan dinyatakan meskipun hal itu
mustahil untuk dikerjakan manusia. Pada waktu menunggu, saya senantiasa
memperkatakan kata-kata iman. Memang orang yang tidak tahu telah menilai bahwa
saya sombong. Dan itu merupakan ujian bagi saya. Sebab saya yakin bahwa orang
benar akan melihat mujizat Tuhan. Saya harus hati-hati terhadap perkataan
maupun tingkah laku saya. Demikian seperti yang saya alami dalam membangun
Bethany Nginden, saya harus menantikan selama 13 tahun dengan berbagai
pergumulan yang harus saya hadapi. Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat
saya dalam melaksanakan perintah Tuhan, sebab saya yakin bahwa bersama Tuhan
akan melakukan perkara-perkara yang besar. Memang kata-kata iman dengan
kesombongan itu memang tipis. Tetapi kalau kita benar-benar berlaku tulus di
hadapan Tuhan maka kita akan melihat kuasa Tuhan dinyatakan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar