BERTEMU DENGAN
TUHAN
Ringkasan Khotbah Pdt Abraham Alex
Tanuseputera
Segala
kebajikan telah diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, tetapi mereka justru lari
dari hadapan Tuhan, sehingga Tuhan memberi tanda peringatan bagi mereka dengan
melepaskan berbagai macam persoalan; baik itu kelaparan, maupun sakit penyakit.
Jadi keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar sangat mengerikan,
seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup, apalagi untuk melihat
masa depan seperti yang telah dijanjikan oleh Tuhan.
Mungkin
dalam diri kita timbul pertanyaan: Apakah Tuhan sudah enggan atau bosan
terhadap bangsa Israel ? Semua hal itu dilakukan oleh Tuhan karena Ia sangat
rindu bertemu dengan bangsa Israel dan mencurahkan segala kasihNya, seperti
yang tertulis pada ayat ke 12: “Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu,
hai Israel. -- Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka
bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!” Saudara, bukankah
persoalan demi persoalan sering kita hadapi seperti halnya bangsa Israel,
walaupun tidak separah seperti yang dialami oleh bangsa Israel pada waktu itu. Tetapi
itu semua bukti bahwa Tuhan masih sayang kepada kita, namun bukan berarti bahwa
setiap orang yang menghadapi masalah itu karena berbuat dosa, sebab suatu saat
Tuhan ingin menguji iman kita. Dan apabila saat ini kita sedang menghadapi
masalah, maka percayalah bahwa Tuhan rindu bertemu dengan kita. Karena dengan
demikian kita rindu untuk mencari Tuhan. Tetapi sebaliknya, ada orang yang
tidak punya masalah karena segala sesuatu sudah tercukupi, sehingga orang
tersebut meninggalkan Tuhan. Maka posisi orang tersebut sebenarnya terhilang
dan sedang dicari Tuhan. Sebagai contoh adalah kisah anak yang terhilang. Dan
anak yang terhilang ini telah mendapat hak waris yang luar biasa karena orang
tuanya kaya. Segala sesuatu telah tercukupi, sehingga ia tidak ada masalah.
Tetapi ia justru jauh dari bapaknya, sampai suatu saat ia menghadapi masalah
dan kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan ia sampai makan makanan babi. Akhirnya
ia mencari bapaknya, dan setelah bertemu dengan bapaknya, maka masalahnya
selesai.
Lalu,
apakah kita ingin mengalami seperti yang dialami oleh anak yang terhilang ini ?
tentunya tidak. Untuk itu carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah
kepadaNya selama Ia dekat (Yesaya 55:6). Jadi, yang pasti bahwa Tuhan selalu
ingin bertemu dengan umatNya, baik dalam keadaan suka ataupun duka. Masalah
memang kadang-kadang membuat kita lelah, tetapi apabila kita bertemu dengan
Tuhan maka selesailah persoalan kita. Oleh sebab itu, biarlah kita senantiasa
belajar setiap saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kita ingat, ketika bangsa
Israel berada di Mesir. Mereka bekerja keras sepanjang hari untuk mendapatkan
nafkah, sebab apabila mereka tidak bekerja keras maka mereka tidak akan
mendapatkan makan. Keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar
dimanfaatkan oleh Firaun untuk membangun baik piramida maupun gedung-gedung
yang lain. Maka Tuhan menyatakan kerinduanNya terhadap bangsa Israel dengan
jalan mengutus Musa untuk membawa bangsa Israel keluar menuju kota Kanaan
dengan melalui padang gurun. Dan dipadang gurunlah bangsa Israel dapat bertemu
dengan Tuhan, sehingga masalah mereka dapat diselesaikan. Karena Tuhan tidak
ingin bangsa Israel hidupnya bergantung dengan segala usahanya. Tetapi apabila
mereka harus di padang gurun, mereka senantiasa mendapatkan kelegaan karena
setiap hari mereka bertemu dengan Tuhan.
Walaupun
di padang gurun tidak ada apa-apa; baik itu makanan atau minuman, tetapi
apabila mereka membutuhkan sesuatu, mereka dicukupi oleh Tuhan karena Tuhan
sanggup memelihara mereka. Jadi pertemuan dengan Tuhan itu tidak harus dibatasi
oleh keadaan yang sedang kita alami, baik suka maupun duka kita harus bertemu
dengan Tuhan (Keluaran 40:34-38). Saudara, jika kita membaca kitab Ayub maka
kita akan melihat bahwa Ayub mendapatkan segudang masalah, dimana anak-anaknya
terkena musibah, segala harta bendanya habis bahkan ia mengalami sakit
penyakit.
Lalu
yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Ayub mendapatkan masalah yang berat,
apakah ia telah berbuat dosa ? Tidak, Tuhan sedang menguji Ayub, dan Tuhan
ingin supaya Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang,
seperti yang tertulis dalam Ayub 42:5 : Hanya dari kata orang saja aku mendengar
tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Dari
ayat ini biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita yaitu supaya kita
bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang saja.
Dan
setelah Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi, maka ia mencabut segala
perkataan yang salah yang telah ditujukan kepada Tuhan dan ia bertobat, dan
akhirnya segala apa yang dia punya dan terhilang telah dikembalikan oleh Tuhan
dua kali lipat. Sedangkan kalau kita bandingkan dengan kehidupan Daud maka kita
akan menemukan sedikit berbeda dengan kehidupan Ayub. Dimana sejak kecil Daud
pandai dalam menyelesaikan suatu masalah, karena ia senantiasa bertemu dengan
Tuhan setiap saat dengan cara setiap hari main kecapi maupun seruling untuk
memuji Tuhan. Dan ketika Tuhan hadir, Ia membawa segala kemuliaan dan
kekuatanNya. Sehingga ketika ia menghadapi masalah, baik menghadapi singa
maupun srigala atau beruang, Daud sanggup mengalahkannya, karena ada urapan
dalam dirinya, bahkan masalah seberat apapun ia sanggup mengalahkannya, seperti
saat ia berhadapan dengan goliat.
Mungkin
kita bertanya : sejauh mana kerinduan hati Daud untuk bertemu dengan Tuhan ?
kita akan membaca Mazmur 63:2-3, yang berkata : Ya Allah, Engkaulah Allahku,
aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti
tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu
di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Walaupun
demikian, suatu saat Daud mulai tidak mengandalkan Tuhan lagi karena ia sudah
merasa kuat, dan ia mulai mengandalkan kekuatannya sendiri. Hal ini tampak
ketika ia sedang menghitung pasukannya yang besar.
Lalu
apa yang terjadi selanjutnya ? suatu saat Daud mengalami kekalahan yang sangat
besar dalam suatu pertempuran, tetapi pada akhirnya ia bertobat. Dan saat ia
tidak memiliki masalah, ia mulai pergi ke padang gurun, bukan untuk mencari
masalah, tetapi ia ingin mengingat bagaimana nenek moyangnya bertemu dengan
Tuhan dan ditolong Tuhan ketika di padang gurun selama 40 tahun. Dan akhirnya
Daud senantiasa rindu bertemu dengan Tuhan setelah mempelajari dari berbagai
macam pergumulan yang telah dihadapi, sehingga nama Daud itu disebut orang yang
disayangi Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kita; apakah kita juga termasuk orang
yang senantiasa ingin bertemu dengan Tuhan ? kalau kita senantiasa bertemu
dengan Tuhan maka kita berada dalam posisi yang berkemenangan bahkan lebih dari
pemenang. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar