Rabu, 30 September 2015

PERJAMUAN KUDUS



PERJAMUAN KUDUS
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, MTh

Perjamuan Kudus atau sering juga disebutkan Perjamuan Suci, adalah satu dari dua sakramen Kristen. Perjamuan Kudus adalah perintah sehingga kita yang menjadi pengikut Kristus harus melakukannya dengan taat. Sebelumnya marilah kita membaca 1 Korintus 11: 23-34 berikut ini dengan saksama:

23  Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
24  dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
25  Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
26  Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
27  Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
28  Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.
29  Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
30  Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.
31  Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
32  Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
33  Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain.
34  Kalau ada orang yang lapar, baiklah4)   Siapa yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?
 
Melakukan Perjamuan Kudus adalah perintah Tuhan Yesus (Lukas 22:19). Ini bukan acara yang dikemas dalam ritus liturgi semata. Ini adalah pesan dan perintah langsung dari Yesus Kristus. Tujuan dari Perjamuan Kudus sangat jelas yaitu untuk  memperingati pengorbanan Yesus yang tujuannya adalah bagi keselamatan umat manusia yang telah terjual dalam dosa dan maut.

Ada dua hal yang wajib dilakukan orang percaya untuk “mengesahkan” komitmen mereka dalam mengikuti Yesus, yaitu memberi diri dibaptis (cukup dilakukan sekali saja) dan menerima Perjamuan Kudus (dilakukan secara teratur pada waktu-waktu yang ditentukan gereja). Ini merupakan perwujudan jasmani dari pengakuan iman kita secara rohani. Ini bentuk kesaksian secara nyata dalam perbuatan untuk menjelaskan iman kristiani kepada dunia. Dunia mengetahui bahwa orang-orang Kristen secara teratur mengadakan Perjamuan Kudus. Dan ketika mereka bertanya apa maksud dari sakramen ini, bisa menjelaskan tentang kematian Yesus dan kemenanganNya atas dosa.

Melakukan Perjamuan Kudus berarti memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (I Korintus 11:26). Ini berarti Perjamuan Kudus adalah suatu perintah bagi gereja selama masih ada di bumi ini. Apabila kelak Kristus datang, atau disebut dengan peristiwa Rapture, maka Perjamuan Kudus tak perlu lagi. Karena kalau Kristus datang, maka segala pengenangan terhadap penderitaan Kristus tidak perlu lagi. Kristus sudah dalam segala kemuliaan dan itu menandakan bahwa tidak ada lagi kesedihan dan penderitaan bersama dengan Dia. Namun demikian, sampai rapture tiba, orang-orang kristiani harus mengabarkan kematianNya. Ini adalah tugas yang mengandung pelayanan misi bagi semua bangsa. Sejatinya, dengan mengadakan atau mengikuti Perjamua Suci, kita sedang mengobarkan berita Injil. Berita baik bahwa Juruselamat dunia sudah melakukan pelayanan penebusan dengan menderita dan hingga mati di kayu salip. Berita baik bahwa semua manusia yang berdosa, akan diselamatkan apabila ia bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Perjamuan Kudus adalah tanda persekutuan semua orang percaya. Paulus menegaskan bahwa kita adalah satu tubuh karena kita mengambil bagian dalam perjamuan yang sama (I Korintus 10:17). Karena itulah semua orang percaya yang telah menyatakan komitmen iman mereka pada Kristus lewat baptisan juga bersama-sama mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, karena kita semua adalah satu di dalam Kristus.

Namun demikian, ada suatu pertanyaan penting. Siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus? Secara tradisional gereja menganut konsep-konsep berikut mengenai siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus.

1.    Hanya mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Hal ini penting sekali untuk dipahami. Ini memang menjadi sedikit rumit karena batasan orang percaya adalah suatu hal yang bias. Percaya seperti apa? Dalam hal ini harus ditegaskan sebagai orang percaya yang telah lahir baru. Ada hal yang perlu penjelasan bahwa kata orang percaya ini mengacu pada gereja, yaitu mereka yang telah menjadi anggota kerajaan Allah sebab iman mereka kepada Yesus Kristus. Namun demikian, menjadi anggota salah satu denominasi gereja bukanlah sebuah jaminan bahwa seorang telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus. Jadi yang disebutkan sebagai orang yang telah percaya kepda Yesus Kristus disini tentulah mereka yang telah lahir baru, hidup bertumbuh dan berbuah dalam Kristus, serta akhirnya mereka pun tentu harus tertanam dalam salah satu gereja lokal.

Perjamuan Kudus bukan untuk orang-orang yang tidak percaya kepda Yesus Kristus. Bukan untuk orang-orang duniawi yang sakit dan yang ingin sembuh atau untuk orang-orang yang tidak mengenal Yesussecara umum. Paulus memperingatkan jemaat Korintus tentang bahayanya memperlakukan Perjamuan Kudus sekehendak mereka (I Korintus 11:29-30). Perhatikan bahwa peringatan itu sangat keras dan ditujukan kepada Jemaat. Dapatkah kita bayangkan bagaimana kerasnya lagi apabila Perjamuan Suci diperlakukan secara tidak hormat oleh mereka yang bukan termasuk jemaat?

2.      Hanya mereka yang telah dibaptis yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat tidak boleh mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48). Karena itu dalam Perjanjian Baru, orang yang belum dibaptis juga tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Ini sebetulnya logis, karena orang yang belum mengikuti sakramen pertama yaitu Baptisan, tentu tidak boleh mengikuti sakramen yang kedua.

Masing-masing gereja menentukan peraturan yang berbeda dalam hal ini: ada yang mensyaratkan baptisan untuk menerima Perjamuan Kudus, ada juga yang tidak. Sesungguhnya, secara hirarki, Baptisan merupakan syarat yang layak untuk menerima Perjamuan Kudus. Baptisan sebagai tanda seseorang berkomitmen untuk mengikut Yesus dan terlibat dalam gereja, adalah syarat yang penting agar kita secara sah (terutama di mata manusia) menjadi anggota yang diizinkan menerima Perjamuan Kudus.

Apabila ada orang percaya yang belum dibaptis namun ingin mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, maka tentu memberi diri untuk dibaptis tidaklah berat (mengingat ia telah berani mengambil keputusan untuk mengikut Kristus). Dan apabila ada orang percaya yang mengalami halangan untuk dibaptis, atau tidak bisa menerima Perjamuan Kudus karena satu dan lain hal, sebagai institusi yang diberi otoritas oleh Allah, bisa mengambil kebijakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Baptisan merupakan perintah Tuhan Yesus dan memang baptisan mendahului Perjamuan Kudus, jadi hal itu tidak tentatif melainkan wajib. Gereja membuat batasan-batasan, termasuk yang sedang kita bicarakan ini, karena para pemimpin gereja diberi otoritas oleh Allah untuk mengatur kehidupan dan ibadah korporat jemaat. Ini adalah tanggung jawab yang besar, karena itu batasan-batasan yang jelas sangat dibutuhkan. Lagipula baptisan adalah perintah Tuhan Yesus, jadi sudah selayaknyalah kita mengikuti perintahNya.

Ada suatu pertanyaan yang mungkin perlu dibahas disini. Apakah anak-anak boleh mengikut perjamuan suci. Dalam beberapa gereja tertentu, baptisan dilakukan terhadap bayi sehingga secara hirarki mereka telah menjadi bagian dari orang percaya. Apakah anak-anak yang sudah dibatis diperkenankan mengikuti perjamuan suci? Dalam pandangan saya sebagai pendeta dalam gereja Bethany, ini pun menjelaskan pandangan Gereja Bethany Indonesia sebagai organisasi, bahwa anak-anak tidak dibaptis. Mereka hanya diserahkan kepada Yesus oleh orang tuanya kemudian menerima doa berkat penyerahan anak dari pendeta.

Gereja Bethany tidak mengenal baptisan anak sehingga secara otomatis anak-anak tidak diperkenankan ikut perjamuan Suci. Namun setelah mereka akil balik, atau umur 12 tahun, mereka dapat dibaptis (selam) dan sejak itulah mereka dapat mengikuti Sakrament Perjamuan Suci.


3.      Hanya mereka yang telah menguji diri sendiri yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Peringatan Paulus pada jemaat Korintus agar tak seorang pun berlaku tidak pantas dalam Perjamuan Suci dalam I Korintus 11:27-29 adalah serius. Ada orang-orang yang tidak hormat ketika mereka menerima roti dan anggur yang melambangkan tubuh dan darah Kristus; ada yang berselisih dengan sengit satu dengan yang lain; ada yang berperilaku seenaknya saat Perjamuan Kudus; banyak juga yang hidup dalam dosa. Perjamuan Kudus – seperti namanya – adalah kudus. Orang percaya tidak diperkenankan menista kekudusan Allah dalam ibadah; konsekuensi dari tindakan itu adalah Allah akan mendisiplin kita dengan keras (I Korintus 11:30-34). Bagi jemaat yang telah berdosa, sebaiknya ia membereskan terlebih dahulu dosa tersebut, kemudian dengan rendah hati datang kepada Kristus. Setelah pertobatan, barulah ia diundang kembali masuk dalam Sakramen Perjamuan Suci.



2 komentar:

  1. Saya baru mengerti bahwa perjamuan kudus tidak mensucikan kita melainkan Kristuslah yang menguduskan. Perjamuan kudus adalah peringatan bagi semua orang percaya. Terimakasih
    menang BERSAMA
    Hidup Adalah Perjuangan

    BalasHapus
  2. Apakah "harus" Pendeta yg melakukan Acara Perjamuan Kudus? Jika harus Pendeta, apa landasan alkitabnya. Mohon petunjuk.

    BalasHapus