PERJAMUAN KUDUS
Oleh: Ps Joshua
Mangiring Sinaga, MTh
Perjamuan Kudus atau
sering juga disebutkan Perjamuan Suci, adalah satu dari dua sakramen Kristen.
Perjamuan Kudus adalah perintah sehingga kita yang menjadi pengikut Kristus
harus melakukannya dengan taat. Sebelumnya marilah kita membaca 1 Korintus 11:
23-34 berikut ini dengan saksama:
23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu,
telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia
diserahkan, mengambil roti
24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya;
Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah
makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan
oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan
akan Aku!"
26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan
minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak
makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji
dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.
29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa
mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.
30 Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah
dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.
31 Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman
tidak menimpa kita.
32 Tetapi kalau kita menerima hukuman dari
Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
33 Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu
berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain.
34 Kalau ada orang yang lapar, baiklah4)
Siapa yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?
Melakukan
Perjamuan Kudus adalah perintah Tuhan Yesus (Lukas 22:19). Ini bukan acara yang dikemas dalam ritus liturgi semata.
Ini adalah pesan dan perintah langsung dari Yesus Kristus. Tujuan dari
Perjamuan Kudus sangat jelas yaitu untuk memperingati pengorbanan Yesus yang tujuannya
adalah bagi keselamatan umat manusia yang telah terjual dalam dosa dan maut.
Ada dua hal yang wajib dilakukan
orang percaya untuk “mengesahkan” komitmen mereka dalam mengikuti Yesus, yaitu
memberi diri dibaptis (cukup dilakukan sekali saja) dan menerima Perjamuan
Kudus (dilakukan secara teratur pada waktu-waktu yang ditentukan gereja). Ini
merupakan perwujudan jasmani dari pengakuan iman kita secara rohani. Ini bentuk
kesaksian secara nyata dalam perbuatan untuk menjelaskan iman kristiani kepada
dunia. Dunia mengetahui bahwa orang-orang Kristen secara teratur mengadakan
Perjamuan Kudus. Dan ketika mereka bertanya apa maksud dari sakramen ini, bisa
menjelaskan tentang kematian Yesus dan kemenanganNya atas dosa.
Melakukan
Perjamuan Kudus berarti memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (I Korintus 11:26). Ini berarti Perjamuan Kudus adalah suatu perintah bagi
gereja selama masih ada di bumi ini. Apabila kelak Kristus datang, atau disebut
dengan peristiwa Rapture, maka Perjamuan Kudus tak perlu lagi. Karena kalau
Kristus datang, maka segala pengenangan terhadap penderitaan Kristus tidak
perlu lagi. Kristus sudah dalam segala kemuliaan dan itu menandakan bahwa tidak
ada lagi kesedihan dan penderitaan bersama dengan Dia. Namun demikian, sampai
rapture tiba, orang-orang kristiani harus mengabarkan kematianNya. Ini adalah
tugas yang mengandung pelayanan misi bagi semua bangsa. Sejatinya, dengan
mengadakan atau mengikuti Perjamua Suci, kita sedang mengobarkan berita Injil. Berita
baik bahwa Juruselamat dunia sudah melakukan pelayanan penebusan dengan
menderita dan hingga mati di kayu salip. Berita baik bahwa semua manusia yang
berdosa, akan diselamatkan apabila ia bertobat dan menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Perjamuan
Kudus adalah tanda persekutuan semua orang percaya. Paulus menegaskan bahwa kita adalah satu tubuh karena kita
mengambil bagian dalam perjamuan yang sama (I
Korintus 10:17). Karena itulah semua orang percaya yang telah
menyatakan komitmen iman mereka pada Kristus lewat baptisan juga bersama-sama
mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, karena kita semua adalah satu di dalam
Kristus.
Namun demikian, ada suatu
pertanyaan penting. Siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus? Secara tradisional gereja menganut konsep-konsep berikut
mengenai siapa yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus.
1.
Hanya
mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang boleh ambil bagian dalam
Perjamuan Kudus. Hal ini penting sekali untuk
dipahami. Ini memang menjadi sedikit rumit karena batasan orang percaya adalah
suatu hal yang bias. Percaya seperti apa? Dalam hal ini harus ditegaskan
sebagai orang percaya yang telah lahir baru. Ada hal yang perlu penjelasan
bahwa kata orang percaya ini mengacu pada gereja, yaitu mereka yang telah
menjadi anggota kerajaan Allah sebab iman mereka kepada Yesus Kristus. Namun demikian,
menjadi anggota salah satu denominasi gereja bukanlah sebuah jaminan bahwa
seorang telah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus. Jadi yang
disebutkan sebagai orang yang telah percaya kepda Yesus Kristus disini tentulah
mereka yang telah lahir baru, hidup bertumbuh dan berbuah dalam Kristus, serta
akhirnya mereka pun tentu harus tertanam dalam salah satu gereja lokal.
Perjamuan
Kudus bukan untuk orang-orang yang tidak percaya kepda Yesus Kristus. Bukan untuk
orang-orang duniawi yang sakit dan yang ingin sembuh atau untuk orang-orang
yang tidak mengenal Yesussecara umum. Paulus memperingatkan jemaat Korintus
tentang bahayanya memperlakukan Perjamuan Kudus sekehendak mereka (I Korintus 11:29-30). Perhatikan
bahwa peringatan itu sangat keras dan ditujukan kepada Jemaat. Dapatkah kita
bayangkan bagaimana kerasnya lagi apabila Perjamuan Suci diperlakukan secara
tidak hormat oleh mereka yang bukan termasuk jemaat?
2.
Hanya
mereka yang telah dibaptis yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Dalam Perjanjian Lama, orang yang
belum disunat tidak boleh mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48).
Karena itu dalam Perjanjian Baru, orang yang belum dibaptis juga tidak boleh
mengikuti Perjamuan Kudus. Ini sebetulnya logis, karena orang yang belum
mengikuti sakramen pertama yaitu Baptisan, tentu tidak boleh mengikuti sakramen
yang kedua.
Masing-masing
gereja menentukan peraturan yang berbeda dalam hal ini: ada yang mensyaratkan
baptisan untuk menerima Perjamuan Kudus, ada juga yang tidak. Sesungguhnya,
secara hirarki, Baptisan merupakan syarat yang layak untuk menerima Perjamuan
Kudus. Baptisan sebagai tanda seseorang berkomitmen untuk mengikut Yesus dan
terlibat dalam gereja, adalah syarat yang penting agar kita secara sah
(terutama di mata manusia) menjadi anggota yang diizinkan menerima Perjamuan
Kudus.
Apabila
ada orang percaya yang belum dibaptis namun ingin mengambil bagian dalam
Perjamuan Kudus, maka tentu memberi diri untuk dibaptis tidaklah berat
(mengingat ia telah berani mengambil keputusan untuk mengikut Kristus). Dan
apabila ada orang percaya yang mengalami halangan untuk dibaptis, atau tidak
bisa menerima Perjamuan Kudus karena satu dan lain hal, sebagai institusi yang
diberi otoritas oleh Allah, bisa mengambil kebijakan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Baptisan
merupakan perintah Tuhan Yesus dan memang baptisan mendahului Perjamuan Kudus,
jadi hal itu tidak tentatif melainkan wajib. Gereja membuat batasan-batasan,
termasuk yang sedang kita bicarakan ini, karena para pemimpin gereja diberi
otoritas oleh Allah untuk mengatur kehidupan dan ibadah korporat jemaat. Ini
adalah tanggung jawab yang besar, karena itu batasan-batasan yang jelas sangat
dibutuhkan. Lagipula baptisan adalah perintah Tuhan Yesus, jadi sudah
selayaknyalah kita mengikuti perintahNya.
Ada suatu pertanyaan yang mungkin perlu dibahas disini. Apakah
anak-anak boleh mengikut perjamuan suci. Dalam beberapa gereja tertentu,
baptisan dilakukan terhadap bayi sehingga secara hirarki mereka telah menjadi
bagian dari orang percaya. Apakah anak-anak yang sudah dibatis diperkenankan
mengikuti perjamuan suci? Dalam pandangan saya sebagai pendeta dalam gereja
Bethany, ini pun menjelaskan pandangan Gereja Bethany Indonesia sebagai
organisasi, bahwa anak-anak tidak dibaptis. Mereka hanya diserahkan kepada
Yesus oleh orang tuanya kemudian menerima doa berkat penyerahan anak dari
pendeta.
Gereja Bethany tidak mengenal baptisan anak sehingga secara
otomatis anak-anak tidak diperkenankan ikut perjamuan Suci. Namun setelah
mereka akil balik, atau umur 12 tahun, mereka dapat dibaptis (selam) dan sejak
itulah mereka dapat mengikuti Sakrament Perjamuan Suci.
3.
Hanya
mereka yang telah menguji diri sendiri yang boleh ambil bagian dalam Perjamuan
Kudus. Peringatan Paulus pada jemaat Korintus
agar tak seorang pun berlaku tidak pantas dalam Perjamuan Suci dalam I Korintus 11:27-29 adalah
serius. Ada orang-orang yang tidak hormat ketika mereka menerima roti dan
anggur yang melambangkan tubuh dan darah Kristus; ada yang berselisih dengan
sengit satu dengan yang lain; ada yang berperilaku seenaknya saat Perjamuan
Kudus; banyak juga yang hidup dalam dosa. Perjamuan Kudus – seperti namanya –
adalah kudus. Orang percaya tidak diperkenankan menista kekudusan Allah dalam
ibadah; konsekuensi dari tindakan itu adalah Allah akan mendisiplin kita dengan
keras (I Korintus 11:30-34). Bagi
jemaat yang telah berdosa, sebaiknya ia membereskan terlebih dahulu dosa
tersebut, kemudian dengan rendah hati datang kepada Kristus. Setelah pertobatan,
barulah ia diundang kembali masuk dalam Sakramen Perjamuan Suci.