MENGELOLA
PIKIRAN
“Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di
antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang
patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu
menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.” (Roma 12:3)
Mengelola
pikiran mungkin suatu hal yang baru, namun sejatinya itu bukanlah perkara baru
sama sekali. Setiap saat, saat seorang lahir di bumi ini, ia telah menjalankan
pikirannya. Bahkan orang yang gila sekalipun, ia masih mengelola pikirannya,
hanya saja ia menjalankannya dengan salah.
Mengelola
pikiran adalah hal yang sangat penting. Dalam bahasa aslinya, kata sophroneo (so-fron-eh'-o) bermakna; to
be of sound mind. Menggemakan, atau membuat bersuara, ini bermakna
menggaungknnya dengan indah pikiran. Terjemahan KJV menyebutknya sebagai: be in right mind, be sober (minded),
soberly.
Menggaungkan
buah pikiran dengan benar adalah seni menjalankan pikiran yang berdampak
positif bagi kehidupan iman. Rasul Paulus menjelaskan bahwa dengan mengelola
pikiran, itu akan menghasilkan ukuran iman yang tepat. Kata yang paling tepat
untuk menjelaskannya adalah, semakin bijak mengelola pikiran, maka semakin
bertumbuhlah iman. Pikiran dan iman itu adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
Awal tahun 2010, saya
memutuskan untuk mendaftar sebagai Mahasiswa Pascasarjana di Institut Filasafat
Teologi dan Kepemimpinan Jaffray Jakarta. Keputusan ini sebenarnya sangat berat
karena saya belum memperoleh dukungan sponsor atau beasiswa. Namun, oleh
dukungan istri, saya meneguhkan hati untuk melakukannya. Saya diterima sebagai
mahasiswa melalui ujian saringan mahasiswa.
Istri saya harus
mengatur pengeluaran keuangan dengan bijak agar dapat disisihkan sebagian untuk
membayar biaya kuliah. Pada awal perkuliahan terasa sangat berat, namun seiring
perjalanan saya pun terbiasa. Saya menetapkandalam hati untuk menyelesaikan
study. Tuhan pun mengaruniakan kasihNya dengan mengirimkan orang-orang yang
terbeban membantu keuangan.
Pikiran saya berkata,
saya tidak mungkin menyelesaikan study di Jaffray. Selain karena tuntutan
akademisnya yang berat, saya pun harus memilih antara pelayanan dan studi. Saya
hampir menyerah dan mundur. Persoalannya adalah, pada saat yang sama terjadi
guncangan hebat dalam pelayanan gereja. Saya mengalami “kudeta” secara tidak etis
oleh orang-orang sendiri dan “dibuang” seperti sampah. Tangisan dan air mata
waktu peristiwa demisioner kepengurusan selaku sekretaris umum di sinode,
sungguh sangat memilukan hati saya.
Namun yang tersisa
adalah iman. Didukung oleh para sahabat seperjuangan, seperti Pdm. Antonius
Saragih, saya memutuskan untuk meneguhkan hati dan pikiran. Pelayanan dan study
harus tetap berjalan. Dukungan dari keluarga pun sangat kuat sehingga tidak
lama berselang, saya menemukan kembali kekuatan pikiran dan iman saya.
Sabtu, 8 Agustus 2012.
Nama saya dibacakan oleh Puket 1 STT Jaffray sebagai wisudawan terbaik predikat
Cum Laude dengan IPK 4,0. Saya
dipersilahkan maju kedepan dan menerima penghargaan akademik yang diserahkan
langsung oleh ketua STT Jaffray, DR Yakob Tomatala. Ini menjelaskan kepada saya
bahwa pikiran harus tetap dikelola dengan benar, untuk menemukan formasi iman
yang sepadan dengannya. Semakin pikiran terurus dengan baik, maka semakin
tinggi tingkatan iman. Pencapaian maksimal oleh pikiran yang terkelola dengan
benar.
Selamat mengelola
pikiran dan menerima iman yang maksimal. Selamat mencapai tingkat kehidupan
jasmani dan rohani yang dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar