ALLAH
MASIH DI SINI
(Yeremia
12)
Dunia yang kita
tempati bekangan ini semakin tidak nyaman. Bencana demi bencana silih berganti.
Seolah-olah sudah terprogram dengan baik, musibah demi musibah merobek-robek
tatanan kehidupan manusia. Indonesia
yang dijuluki negeri nan permai sepertinya hanya di lirik lagu saja. Belakangan
ini, Indonesia tidak lebih dari negeri pesakitan yang gemar
bersenda gurai dengan malapetaka. Indonesia adalah negara yang begitu
akrab dengan bencana. Sebuah pertanyaan yang mengemuka adalah, apakah ini semua
hanyalah sebagai kejadian fenomenal semata? Ataukah memang benar Allah sudah
pergi dari bangsa ini?
Ribuan tahun
yang lalu, Israel
mengalami kejadian buruk yang sangat bertolak belakang dengan apa yang
diharapkan. Berikut di urai oleh Nabi Yeremia kejadian yang terjadi di Tanah
Perjanjian (covenant land) itu:
1.
Ketidakadilan merajalela
“Engkau
memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau
berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang
fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? Engkau membuat mereka
tumbuh, dan mereka pun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah
juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.” (ayat
1-2)
Pertanyaan
mengapa orang fasik seolah lebih mujur dari pada orang tulus sudah ada sejak
zaman dulu? Sejak dulu sepertinya orang munafik lebih mudah beradaptasi dan
survive di tengah segala kondisi. Bahkan dalam dinamika spiritual, orang
munafik sepertinya lebih mendapat tempat di hati jemaat dari pada orang yang
secara jujur dan terang menyatakan kebenaran. Nabi mengeluhkan mengapa orang
munafik bertumbuh, berakar, dan bahkan menghasilkan buah.
Mungkin pertanyaan ini adalah hal
yang paling mengganjal dalam hati kita juga bukan? Mengapa orang jahat
bertambah kaya? Mengapa orang yang tidak peduli agama semakin makmur? Mengapa
tetangga kita yang menyembah berhala
makin makmur saja? Ada
demikian banyak pertanyaan yang timbul saat kita melihat hal yang tidak sesuai
dengan apa yang sepatutnya. Yang kita lihat di sekitar kita adalah keadaan yang
bertolak belakang dari nilai-nilai kebenaran yang hakiki.
2.
Negeri yang tidak memperdulikan ALLAH.
“Berapa
lama lagi negeri ini menjadi kering, dan rumput di segenap padang menjadi layu? Karena kejahatan
penduduknya binatang-binatang dan burung-burung habis lenyap, sebab mereka
telah mengira: "Ia tidak akan melihat tingkah langkah kita!” (Ayat
4)
Penduduk negeri telah berubah. Mereka sudah tidak lagi
takut kepada Tuhan. kejahatan mereka membuat negeri gersang. Poin ini menjadi
sangat penting karena keadaan sebuah negeri akan selalu berkaitan erat dengan
kedaan hati penghuni sebuah negeri. Mengapa keadaan di bumi nusantara menjadi
demikian berat? Dulu anak-anak sekolah bernyanyi tentang megeri yang permai dan
melimpah. Bahkan orang tak perlu susah untuk bertani. Cukup melemparkan sepotong kayu, besok kita
akan memanen hasil yang menakjubkan. Kini semua itu tinggal kenangan dalam
lirik lagu saja. Bumi ini telah enggan untuk memberi hasilnya. Yang kita temui
adalah betapa sulitnya memanen hasil bumi. Bahkan wabah kelaparan sedang
mengintip di setiap sudut negeri.
3.
Komunitas tanpa kesetiaan.
“Sebab
saudara-saudaramu dan kaum keluargamu, mereka sendiri juga berbuat khianat terhadap
engkau; mereka juga bersama-sama di belakangmu. Janganlah percaya kepada
mereka, sekalipun mereka berkata manis kepadamu!” (Ayat 12:6)
Satu kejahatan yang paling
memilukan hati Tuhan adalah pengkhianatan terhadap keluarga. Allah memulai
karya paling mengesankan ketika mendesain pernikahan di taman eden . Tuhan Yesus pun mengawali debutNya di
pesta pernikahan Kana. Dan dalam ilmu eskatologi, kita akan bertemu dengan
pesta rohani pernikahan Anak Domba Allah dengan gereja. Jadi jelas keluarga
sejati merupakan sebuah rencana yang suci. Namun kita melihat dewasa ini orang
telah mengkhiati keluarga. Orang tua menelantarkan anak-anak. Anak-anak
mengabaikan orang tua. Suami mengkhianati istri. Istri berselingkuh. Dan
demikian banyak lagi kejahatan yang telah mengoyak-ngoyak lembaga perkawinan.
4.
Bumi yang tak lagi ramah.
“Mereka
telah menabur gandum, tetapi yang dituai adalah semak duri; mereka telah
bersusah payah, tetapi usaha mereka tidak berguna; mereka malu karena hasil
yang diperoleh mereka, akibat dari murka TUHAN yang menyala-nyala.” (Ayat
13)
Bumi ini telah keberatan
menanggung beban kenajisan yang diperbuat penghuninya. Segala kejahatan yang
terjadi di bumi ini puluhan kali lebih jahat dari dosa Sodom dan Gomorah. Itulah sebabnya, bumi ini
pun tak lagi ramah seperti dulu. Bencana demi bencana menimpa oleh karena
perbuatan penghuninya. Banjir, penyakit, kelaparan, virus, bencana alam, dan
demikian banyak lagi yang terjadi di alam ini sebab kejahatan penghuninya.
Lantas apakah jawaban Allah atas
semua kejadian ini kepada Nabi Yeremia? Ada
dua hal yang dirangkum begitu indah.
1.
Membawa umatNya kembali kepadaNya.
“Tetapi
setelah Aku mencabut mereka, maka Aku akan menyayangi mereka kembali. Aku akan
mengembalikan mereka masing-masing ke milik pusakanya dan masing-masing ke
negerinya.” (Ayat 15). Allah mengijinkan semua kesulitan ini agar
umatnya sadar dan meninggalkan dari jalan-jalan yang jahat. Tuhan merindukan
kita dan tidak pernah berniat untuk membuang kita sama sekali dan binasa dalam
dosa serta kejahatan kita.
2.
Meneguhkan janji FirmanNya.
“Dan jika mereka sungguh-sungguh
belajar cara hidup umat-Ku sehingga bersumpah demi nama-Ku: Demi TUHAN yang
hidup, seperti tadinya mereka mengajar umat-Ku untuk bersumpah demi Baal, maka
mereka akan dibangun di tengah-tengah umat-Ku” (Ayat 16).
Dengan berbalik kepadaNya, dapat membuktikan kesetiaan Allah dan kebenaran
janjiNya. Jadi marilah kita merendahkan hati, bertobat, dan kembali kepadaNya.
Allah masih ada di sini. Dinegeri ini.
||||Intisari
khotbah Pdt. Joshua MS Ibadah Raya HN
Ministries Chapter Induk Semper, Minggu, 11 Maret 2007.