Minggu, 13 Oktober 2013

SEPULUH CIRI-CIRI MANUSIA PENJILAT

10 CIRI-CIRI MANUSIA PENJILAT
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M.Th 



Sahabat mau tau apa ciri-ciri orang-orang penjilat? Mereka adalah sekelompok orang yang targetnya hanya memanfaatkan anda. Mereka bisa saja ada di dalam komunitas anda. Inilah 10 ciri-cirinya:

1. Mereka tidak takut melakukan dosa dan berkutat/berkubang disana (Hosea 7:2 Dan tidak terpikir mereka bahwa Aku mengingat segala kejahatan mereka. Sekarang pun perbuatan-perbuatan mereka mengepung mereka, semuanya ada di hadapan wajah-Ku.)

2. Mereka bermuka dua, manis dihadapan anda tapi pahit dibelakang anda. (Hosea 7:3 Mereka menyukakan raja dengan kejahatan mereka, dan para pemuka dengan kebohongan mereka.)

3. Mereka akan menjual apa saja demi mencapai tujuan. (Hosea 7:4 Sekaliannya mereka orang-orang berzinah, bagaikan dapur perapian yang menyala terus, ketika tukang bakar roti berhenti membesarkan apinya, sementara ia meremas adonan sampai menjadi muai oleh ragi.)

4. Mereka ahli dalam menjebak dan menjatuhkan. (Hosea 7:5 Pada pesta raja kita mereka membuat sakit para pemuka dengan anggur yang menghangatkan; ia bersekutu dengan para pencemooh.)

5. Hati mereka penuh dendam dan angkara murka. (Hosea 7:6 Batin mereka seperti dapur perapian; hati mereka menyala-nyala; semalam-malaman murka mereka surut, pada waktu pagi menyala kembali seperti api yang menjilat.)

6. Mereka sesungguhnya tidak perduli siapapun selain diri mereka sendiri. (Hosea 7:7 Mereka semua sudah panas seperti dapur perapian, dan memakan habis para hakim mereka. Semua raja mereka sudah tewas, tidak ada seorang di antara mereka yang berseru kepada-Ku.)

7. Mereka akan bersekongkol dengan siapa saja termasuk orang-orang yang jelas-jelas mereka anggap musuh. (Hosea 7:8 Efraim mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, Efraim telah menjadi roti bundar yang tidak dibalik.)

8. Mereka tidak tahu malu dan tidak tau diri. (Hosea 7:9 Orang-orang luar memakan habis kekuatannya, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya; juga ia sudah banyak beruban, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya.)

9. Hampir dalam segala hal, mereka adalah ahli sandiwara yang egois. (Hosea 7:10 Kecongkakan Israel menjadi saksi terhadap dirinya, namun mereka tidak berbalik kepada TUHAN, Allah mereka, dan tidak mencari Dia kendati semuanya ini.)

10. Sesungguhnya mereka orang-orang tolol namun merasa cerdas. (hosea 7:11 Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir, dengan pergi kepada Asyur.)

Kamis, 10 Oktober 2013

MENANG ATAS PENDERITAAN



MENANG ATAS PENDERITAAN
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra




Mazmur 34:7 “Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.”

Ayat diatas merupakan ungkapan daripada raja Daud ketika mengalami tindasan yang luar biasa dalam hidupnya. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan juga terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Perlu juga kita ketahui bahwa tindasan itu bisa dilakukan oleh iblis secara langsung maupun melalui teman dekat atau saudara kita yang sedang dipakai oleh iblis.
Tetapi kalau kita pelajari dengan cermat, maka kita akan tahu bahwa tindasan itu ternyata akan membuat kita semakin dewasa dalam kerohanian.

Selain itu, buah-buah roh akan keluar dalam kehidupan kita seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22. Dan jikalau buah-buah roh telah muncul dalam kehidupan kita, maka apa yang tidak pernah kita lihat maupun kita dengar, dan bahkan apa yang tidak pernah timbul dalam hati kita akan disediakan Allah.
Sejak kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, segala langkah kehidupan kita tidak bisa dilakukan menurut kehendak kita sendiri. Kerena hidup kita telah berada ditanganNya. Bagaikan perjalanan seorang lakon dalam sebuah cerita. Dan kita juga tahu, bahwa semua pengarang sebuah cerita baik itu dalam bentuk film, drama maupun sinetron selalu mengakhiri ceritanya dengan “happy ending”. Memang pada awalnya seorang lakon selalu mengalami tindasan. Dan ketika tindasan itu hampir membuat sang lakon celaka, maka pengarang cerita tersebut mengubah keadaan sang lakon menjadi seorang pemenang. Amsal Soleman menasehatkan kita supaya kita tetap rendah hati dan sabar saat mengalami tindasan yang sedang terjadi, karena kita akan disebut sebagai orang yang melebihi seorang pahlawan dan melebihi orang yang merebut kota (Amsal 16:32).

Namun sebaliknya, apabila saat kita menghadapi tindasan dengan emosi maka yang kita dapatkan adalah kerugian yang luar biasa. Misalnya : kita sebagai seorang pegawai di sebuah perusahaan, dan saat ini sedang meraih suatu prestasi dalam pekerjaan kita.  Sedangkan atasan kita mulai cemburu dan berusaha untuk menindas kita, maka langkah yang harus kita ambil adalah kita tetap menghadapinya dengan rendah hati dan sabar. Sebab apabila kita menghadapi dengan rendah hati dan sabar maka kerohanian kita akan semakin dewasa. Dan orang yang dewasa kerohaniannya tidak lepas dari berkat Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita belajar dari beberapa tokoh Alkitab yang mengalami pemulihan yang luar biasa setelah mengalami tindasan yang sangat berat dan hampir merenggut nyawanya. Salah satu diantaranya adalah : Ayub

Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi segala kejahatan. Bahkan iblispun mengakui bahwa Ayub adalah orang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Ia termasuk orang yang kaya raya. Tetapi kesemuanya itu tidak membuat Ayub bebas dari suatu masalah atau tindasan. Persoalan tetap Ayub alami; dan persoalan yang Ayub alami tidak hanya dalam segi ekonomi saja (Ayub 1:13-20), tetapi seluruh aspek kehidupannya. Namun ada sikap yang harus kita teladani dari Ayub yaitu ia tidak mengeluh maupun bersungut-sungut, bahkan kata-kata makian, hujatan terhadap Tuhan maupun terhadap orang lain tidak keluar dari mulutnya. Walaupun ia diolok-olok oleh teman-teman dekatnya bahkan istrinyapun ikut mengolok-olok dia (Ayub 2:9). Tetapi yang keluar dari mulut Ayub adalah puji-pujian bagi Allah dan doa permohonan supaya Allah tetap mengampuni teman-temannya dan juga istrinya.

Dan sebagai akibat tindakan daripada Ayub adalah  “Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.” (Ayub 42:10) Setelah Ayub dipulihkan ia tidak balas dendam atau dengki, baik terhadap sahabat-sahabatnya maupun terhadap istrinya, karena ia yakin bahwa tindasan yang sedang ia alami tidak keluar dari rencana Allah, tetapi justru membentuk ia pada suatu kesempurnaan. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita, maukah kita belajar untuk tetap rendah hati dan sabar saat mengalami tindasan ? Dan apakah kita tetap percaya bahwa Tuhan melindungi dan memagari kita walaupun kita berada dalam suatu tindasan ?. Jika kita mau belajar seperti Ayub dan tetap percaya bahwa Allah melindungi, memagari dan berada dipihak kita, maka berkat dua kali lipat akan kita dapatkan.

Demikianlah halnya Yusuf. Walaupun ia mengalami penganiayaan/tindasan dari saudara-saudaranya, tetapi ia tetap mengasihi mereka, tanpa ada balas dendam sedikitpun. Hal ini telah dijelaskan pada Kejadian 45:13-15 yang berbunyi “Sebab itu ceritakanlah kepada bapa segala kemuliaanku di negeri Mesir ini, dan segala yang telah kamu lihat, kemudian segeralah bawa bapa ke mari. Lalu dipeluknyalah leher Benyamin, adiknya itu, dan menangislah ia, dan menangis pulalah Benyamin pada bahu Yusuf. Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.”
Penindasan memang dapat terjadi dimana saja, baik itu di keluarga kita, pekerjaan kita maupun pelayanan kita; namun janganlah kita kuatir sebab Allah sedang mempersiapkan berkat atas kita.

Selain Ayub dan Yusuf, ada tokoh lain yang juga mengalami penindasan yaitu Daud seperti yang tertulis pada awal kalimat dalam pembahasan ayat tersebut di atas. Daud ditindas oleh Saul. Kedua orang ini adalah orang yang diurapi Tuhan tetapi ada penindasan diantara mereka. Daud mengalami ancaman dari Saul tetapi Daud tetap rendah hati dan sabar, sehingga berkat, perlindungan dan janji Allah tetap turun atas hidupnya seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:21-30.  Setelah kita melihat penjelasan dan contoh-contoh diatas, marilah kita mengambil keputusan untuk mau belajar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan apabila pencobaan/tindasan datang kepada kita, maka janganlah kita takut, tetapi sebaliknya, bersukacitalah karena Roh kemuliaan yaitu Roh Allah ada pada kita akan membawa kita hidup dalam kemenangan (I Petrus 4:12).

Senin, 07 Oktober 2013

MENANTIKAN TUHAN



RAHASIA MENANTIKAN TUHAN  (Habakuk 2:1-5)
Pdt. Prof.DR. Abraham Alex Tanuseputera, Ph.D


Pada saat bangsa Israel berada dalam kesesakan, Habakuk selaku seorang nabi telah menjadi perantara antara Tuhan dengan bangsa Israel, dan ia berkata : ”Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, akau mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawabNya atas pengaduanku.” Ia senantiasa menantikan firman Tuhan dan jawaban Tuhan untuk dapat disampaikan kepada bangsa Israel agar hati bangsa Israel tetap kuat dalam menghadapi pergumulan yang sedang terjadi.

Saudara, arti dari kalimat “berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara” adalah ia membawa segala pergumulan dan menantikan Tuhan dalam doa. Ia berusaha mencari wajah Tuhan dan kehendakNya lewat doa. Habakuk tidak jemu-jemu dalam menantikan jawaban Tuhan sebab ia telah menerima segala janji Tuhan, dan ia yakin apabila Tuhan berjanji pasti akan digenapi, seperti yang tertulis dalam II Petrus 3:9, ”Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.”

Lalu, bagaimana dengan kita, apakah kita saat ini sedang menantikan jawaban dari Tuhan atas pergumulan kita? Jika ya, marilah kita naik ke “menara doa” yaitu masuk dalam doa, sebab ketika kita menantikan Tuhan dalam doa,maka kita akan mendapatkan tiga hal diantaranya:

 1. Revelation (Wahyu) 

Apabila kita membaca dalam I Korintus 12:1-11, maka kita akan temukan salah satu dari ketiga hal tersebut di atas. Pada ayat 3 dijelaskan bahwa seseorang dapat menyebut bahwa Yesus adalah Tuhan karena di dalam orang tersebut ada Roh Allah, dan orang yang mendapat karunia bernubuat  atau wahyu itupun oleh karena karunia Roh. Jadi betapa pentingnya seseorang mendapatkan wahyu dari Tuhan, karena wahyu merupakan firman yang langsung disampaikan melalui Roh Kudus. Untuk itu apabila kita saat ini sedang dalam pergumulan, maka janganlah kita semakin menjauh dari Tuhan dan mulai mengandalkan kekuatan kita sendiri, sebab firman Tuhan menasehatkan, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5). Tetapi justru kita semakin dekat dengan Tuhan untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Dan orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mendapatkan kekuatan baru. Memang, sementara kita menunggu sangat dibutuhkan kesabaran. Sebab tanpa kesabaran seseorang tidak akan mendapatkan apa yang dirindukannya.

2. Wisdom (Hikmat)

Pada saat kita berdoa kepada Tuhan, maka kita akan mendapatkan hikmat. Dan hikmat yang kita dapatkan bukanlah hikmat yang dari dunia melainkan hikmat dari Tuhan, seperti yang tertulis dalam I Korintus 2:6-9, ”Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita telah menerima hikmat dari Tuhan. Saudara, ketika kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan maka di dalam diri kita ada Roh Allah. Dan apabila Roh Allah ada di dalam diri kita, maka kita akan memiliki pikiran Kristus, selain memiliki pikiran diri sendiri. Jikalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan melihat bahwa pada saat manusia mengajar manusia, maka itu pikiran manusia, sedangkan apabila Roh Allah ada di dalam hamba Tuhan, maka yang diajarkan oleh hamba Tuhan itu adalah pikiran Allah. Selanjutnya, apabila kita fokus kepada Tuhan dan mempersilahkan Roh Kudus berkuasa dalam kehidupan kita maka Roh Kudus itu akan memunculkan pikiran Allah, sehingga kita semua mendapat pikiran Allah/ Wisdom (Hikmat). Itulah yang sulit diterima oleh orang dunia, sebab mereka tidak menerima Roh Allah. Oleh sebab itu, kita perlu banyak berdoa supaya kita semakin sensitif terhadap Roh Allah yang senantiasa memberikan input mengenai pikiran Allah. Dan tentunya pikiran Allah itu tidak dapat diterima dengan akal manusia, melainkan dapat diterima dengan iman.

3. Power (Kuasa)

Roh Allah itu bisa memunculkan kuasa dalam kehidupan kita, sehingga apa yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah dilihat oleh mata maupun timbul dalam hati kita akan disediakan bagi mereka yang mengasihi Dia. Pikiran Allah menciptakan iman yang dapat mengadakan mujizat.

Pada permulaan tahun 2008, saya (Pdt. A. Alex Tanuseputra) berdoa dan Tuhan memunculkan dalam pikiran saya bahwa waktu ini adalah harvest time (masa penuaian). Hal ini dapat dilihat dari siklus yang telah kita alami mulai tahun 1977,1987, 1997 dan 2007. Dimana melalui siklus ini kita mendapatkan suatu pemahaman mengenai hukum tabur tuai. Dari sekian lama perjalanan dalam melayani Tuhan, Dia telah menunjukkan kuasaNya yang luar biasa yaitu kuasa yang tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dan perlu kita perhatikan bahwa kita tidak dapat memaksakan masa penuaian itu, sebab tuaian kita tergantung dari apa yang kita tabur. Firman Tuhan itu datang dalam kehidupan kita namun belum nyata, tetapi Tuhan berjanji bahwa suatu hari pasti akan digenapi. Pada waktu kita menunggu jawaban dari  Tuhan, waktunya tidak akan berlambat-lambat seperti yang dialami oleh Habakuk ketika menantikan jawaban Tuhan. 

Pada waktu firman Tuhan memerintahkan saya (Pdt. A. Alex Tanuseputra) untuk mengambil proyek Menara Jakarta itu merupakan nubuatan, dan didalamnya ada hikmat dan kuasa yang bekerja dalam kehidupan saya. Saya menunggu lama terwujudnya Menara Jakarta. Firman Tuhan akan dinyatakan meskipun hal itu mustahil untuk dikerjakan manusia. Pada waktu menunggu, saya senantiasa memperkatakan kata-kata iman. Memang orang yang tidak tahu telah menilai bahwa saya sombong. Dan itu merupakan ujian bagi saya. Sebab saya yakin bahwa orang benar akan melihat mujizat Tuhan. Saya harus hati-hati terhadap perkataan maupun tingkah laku saya. Demikian seperti yang saya alami dalam membangun Bethany Nginden, saya harus menantikan selama 13 tahun dengan berbagai pergumulan yang harus saya hadapi. Tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat saya dalam melaksanakan perintah Tuhan, sebab saya yakin bahwa bersama Tuhan akan melakukan perkara-perkara yang besar. Memang kata-kata iman dengan kesombongan itu memang tipis. Tetapi kalau kita benar-benar berlaku tulus di hadapan Tuhan maka kita akan melihat kuasa Tuhan dinyatakan. Amin.

Kamis, 03 Oktober 2013

Meet with God



BERTEMU DENGAN TUHAN
Ringkasan Khotbah Pdt Abraham Alex Tanuseputera



Segala kebajikan telah diberikan Tuhan kepada bangsa Israel, tetapi mereka justru lari dari hadapan Tuhan, sehingga Tuhan memberi tanda peringatan bagi mereka dengan melepaskan berbagai macam persoalan; baik itu kelaparan, maupun sakit penyakit. Jadi keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar sangat  mengerikan, seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup, apalagi untuk melihat masa depan seperti yang telah dijanjikan oleh Tuhan.

Mungkin dalam diri kita timbul pertanyaan: Apakah Tuhan sudah enggan atau bosan terhadap bangsa Israel ? Semua hal itu dilakukan oleh Tuhan karena Ia sangat rindu bertemu dengan bangsa Israel dan mencurahkan segala kasihNya, seperti yang tertulis pada ayat ke 12: “Sebab itu demikianlah akan Kulakukan kepadamu, hai Israel. -- Oleh karena Aku akan melakukan yang demikian kepadamu, maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu, hai Israel!” Saudara, bukankah persoalan demi persoalan sering kita hadapi seperti halnya bangsa Israel, walaupun tidak separah seperti yang dialami oleh bangsa Israel pada waktu itu. Tetapi itu semua bukti bahwa Tuhan masih sayang kepada kita, namun bukan berarti bahwa setiap orang yang menghadapi masalah itu karena berbuat dosa, sebab suatu saat Tuhan ingin menguji iman kita. Dan apabila saat ini kita sedang menghadapi masalah, maka percayalah bahwa Tuhan rindu bertemu dengan kita. Karena dengan demikian kita rindu untuk mencari Tuhan. Tetapi sebaliknya, ada orang yang tidak punya masalah karena segala sesuatu sudah tercukupi, sehingga orang tersebut meninggalkan Tuhan. Maka posisi orang tersebut sebenarnya terhilang dan sedang dicari Tuhan. Sebagai contoh adalah kisah anak yang terhilang. Dan anak yang terhilang ini telah mendapat hak waris yang luar biasa karena orang tuanya kaya. Segala sesuatu telah tercukupi, sehingga ia tidak ada masalah. Tetapi ia justru jauh dari bapaknya, sampai suatu saat ia menghadapi masalah dan kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan ia sampai makan makanan babi. Akhirnya ia mencari bapaknya, dan setelah bertemu dengan bapaknya, maka masalahnya selesai.

Lalu, apakah kita ingin mengalami seperti yang dialami oleh anak yang terhilang ini ? tentunya tidak. Untuk itu carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat (Yesaya 55:6). Jadi, yang pasti bahwa Tuhan selalu ingin bertemu dengan umatNya, baik dalam keadaan suka ataupun duka. Masalah memang kadang-kadang membuat kita lelah, tetapi apabila kita bertemu dengan Tuhan maka selesailah persoalan kita. Oleh sebab itu, biarlah kita senantiasa belajar setiap saat untuk bertemu dengan Tuhan. Kita ingat, ketika bangsa Israel berada di Mesir. Mereka bekerja keras sepanjang hari untuk mendapatkan nafkah, sebab apabila mereka tidak bekerja keras maka mereka tidak akan mendapatkan makan. Keadaan bangsa Israel pada waktu itu benar-benar dimanfaatkan oleh Firaun untuk membangun baik piramida maupun gedung-gedung yang lain. Maka Tuhan menyatakan kerinduanNya terhadap bangsa Israel dengan jalan mengutus Musa untuk membawa bangsa Israel keluar menuju kota Kanaan dengan melalui padang gurun. Dan dipadang gurunlah bangsa Israel dapat bertemu dengan Tuhan, sehingga masalah mereka dapat diselesaikan. Karena Tuhan tidak ingin bangsa Israel hidupnya bergantung dengan segala usahanya. Tetapi apabila mereka harus di padang gurun, mereka senantiasa mendapatkan kelegaan karena setiap hari mereka bertemu dengan Tuhan.

Walaupun di padang gurun tidak ada apa-apa; baik itu makanan atau minuman, tetapi apabila mereka membutuhkan sesuatu, mereka dicukupi oleh Tuhan karena Tuhan sanggup memelihara mereka. Jadi pertemuan dengan Tuhan itu tidak harus dibatasi oleh keadaan yang sedang kita alami, baik suka maupun duka kita harus bertemu dengan Tuhan (Keluaran 40:34-38). Saudara, jika kita membaca kitab Ayub maka kita akan melihat bahwa Ayub mendapatkan segudang masalah, dimana anak-anaknya terkena musibah, segala harta bendanya habis bahkan ia mengalami sakit penyakit.

Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa Ayub mendapatkan masalah yang berat, apakah ia telah berbuat dosa ? Tidak, Tuhan sedang menguji Ayub, dan Tuhan ingin supaya Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang, seperti yang tertulis dalam Ayub 42:5 : Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.  Dari ayat ini biarlah boleh menjadi pelajaran dalam kehidupan kita yaitu supaya kita bertemu dengan Tuhan secara pribadi dan bukan kata orang saja.

Dan setelah Ayub bertemu dengan Tuhan secara pribadi, maka ia mencabut segala perkataan yang salah yang telah ditujukan kepada Tuhan dan ia bertobat, dan akhirnya segala apa yang dia punya dan terhilang telah dikembalikan oleh Tuhan dua kali lipat. Sedangkan kalau kita bandingkan dengan kehidupan Daud maka kita akan menemukan sedikit berbeda dengan kehidupan Ayub. Dimana sejak kecil Daud pandai dalam menyelesaikan suatu masalah, karena ia senantiasa bertemu dengan Tuhan setiap saat dengan cara setiap hari main kecapi maupun seruling untuk memuji Tuhan. Dan ketika Tuhan hadir, Ia membawa segala kemuliaan dan kekuatanNya. Sehingga ketika ia menghadapi masalah, baik menghadapi singa maupun srigala atau beruang, Daud sanggup mengalahkannya, karena ada urapan dalam dirinya, bahkan masalah seberat apapun ia sanggup mengalahkannya, seperti saat ia berhadapan dengan goliat.

Mungkin kita bertanya : sejauh mana kerinduan hati Daud untuk bertemu dengan Tuhan ? kita akan membaca Mazmur 63:2-3, yang berkata : Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Walaupun demikian, suatu saat Daud mulai tidak mengandalkan Tuhan lagi karena ia sudah merasa kuat, dan ia mulai mengandalkan kekuatannya sendiri. Hal ini tampak ketika ia sedang menghitung pasukannya yang besar.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya ? suatu saat Daud mengalami kekalahan yang sangat besar dalam suatu pertempuran, tetapi pada akhirnya ia bertobat. Dan saat ia tidak memiliki masalah, ia mulai pergi ke padang gurun, bukan untuk mencari masalah, tetapi ia ingin mengingat bagaimana nenek moyangnya bertemu dengan Tuhan dan ditolong Tuhan ketika di padang gurun selama 40 tahun. Dan akhirnya Daud senantiasa rindu bertemu dengan Tuhan setelah mempelajari dari berbagai macam pergumulan yang telah dihadapi, sehingga nama Daud itu disebut orang yang disayangi Tuhan. Lalu, bagaimana dengan kita; apakah kita juga termasuk orang yang senantiasa ingin bertemu dengan Tuhan ? kalau kita senantiasa bertemu dengan Tuhan maka kita berada dalam posisi yang berkemenangan bahkan lebih dari pemenang. Amin.