Kamis, 20 Juni 2013

MENYIASAT SAUDARA PALSU



MENYIASAT SAUDARA PALSU
(Mazmur 52; 1 Samuel 21-22)



Dalam pelarian yang melelahkan dari kejaran Raja Saul, Daud suatu saat akhirnya tiba di Kota NOB. Sebuah kota imam. Ahimelek menjadi Imam Kepala di kota itu. Dalam kepatuhan kepada tugas pelayanan, Ahimelek menjamu Daud dan pengikutnya dengan Roti Sajian. Sesunguhnya Ahimelek kurang mengerti pergolakan politik yang sedang melanda pusat kekuasaan. Dia tidak mengerti bahwa Daud telah menjadi orang yang paling di cari oleh  Raja Saul untuk segera dieksekusi.

Di antara rombongan para imam yang melayani bersama Ahimelekh, ada seorang Edom bernama Doeg. Dia adalah pegawai dan sekaligus mata-mata Saul yang ditempatkan di antara rombongan para imam. Tepatnya dia adalah spionase yang sewaktu-waktu dapat melaporkan setiap perkembangan untuk melindungi tahta Raja Saul. Begitulah kisahnya, ketika Daud dan para pengikutnya tiba di hadapan Imam Ahimelekh, Doeg memperhatikannya dengan saksama dan menantikan waktu yang tepat untuk melaporkannya kepada Raja Saul. Selanjutnya, dapat kita membaca bahwa semua keluarga Ahimelekh, kecuali anak bungsunya, di bunuh karena dituduh bersekongkol melawan raja.  Yang paling mengharukan adalah, seluruh kota pun akhirnya dihancurkan oleh amarah seorang Raja Saul yang telah menjadi lalim.

Tidaklah heran bahwa pengkianat yang suka menjilat sudah ada sejak permulaan zaman. Di tengah dunia yang tidak setia ini, kita selalu akan bertemu dengan orang-orang yang seolah-olah adalah saudara padahal musuh dalam selimut. Bahkan Tuhan Yesus pun tidak terluput dari pengkhianatan seorang Yudas Iskariot. Kita juga telah bertemu dengan orang-orang yang kita berharap setia dan menjadi teman sekerja kita membangun Rumah Allah, namun mereka akan menjadi begitu cepat berlalu dan meninggalkan kita pada zaman akhir ini.

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Paling tidak ada 3 ciri-ciri khas dari kelompok Doeg, yaitu kelompok saudara palsu!

  1. Raja Daud menulis dalam salah satu mazmur: “Mengapa engkau memegahkan diri dengan kejahatan, hai pahlawan, terhadap orang yang dikasihi Allah sepanjang hari? (Mazmur 52:3). Kita akan segera dapat mengenali ciri-ciri saudara palsu dari ayat ini. Mereka adalah orang yang tidak suka mendengar tetapi senang mengumbar kata-kata dan pemikirannya sendiri. Mereka adalah kelompok orang yang merasa lebih benar, lebih baik, lebih bijak. Mereka adalah orang-orang sombong yang tidak segan-segan mencela dan menentang bahkan para pemimpin yang di urapi Allah.

Perhatikanlah, Doeg awalnya tinggal di rumah Ahimelek. Makan dari perbendaharaan Ahimelek. Namun dengan segera dia dapat menjadi pengkhianat bagi keluarga Ahimelek. Tidak sampai di situ saja, Doeg bahkan mengangkat parangnya dan membunuh Ahimilekh dan anak-anaknya. Perhatikanlah, bahwa seorang saudara yang palsu sesungguhnya tidak pernah tulus dalam pelayanan. Mereka adalah kelompok opurtunis yang menunggu waktu dan peluang untuk berbuat kejahatan untuk memenuhi rencananya .

  1. Selanjutnya, Daud kembali menulis: “Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu! (Mazmur 52:4). Ciri saudara palsu yang selanjutnya ini paling sulit untuk kita amati. Karena mereka adalah aktor-aktor yang pintar bersandiwara. Mereka dapat saja menjadi begitu manis dan setia dalam tampilan sehari-hari. Pada mereka bahkan hampir tidak kita temukan kesalahan yang mencolok. Namun bagaimana pun juga saudara palsu memang tidak pernah tulus. Saudara yang satu ini memang benar pribadi yang munafik yang penuh dengan sandiwara. Mereka adalah kelompok oprang yang merancang kejahatan di dalam hati sehingga mereka menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.

Nabi Yeremia menulis: “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yeremia 17:9). Saudara palsu itu pintar bersilat kata, namun dalam hatinya penuh dengan rancangan penghancuran. Mereka sesungguhnya adalah orang-orang licik yang hati nuraninya telah membatu. Satu-satunya yang mereka nantikan adalah kapan saatnya untuk menghancurkan. Dapatkah anda bayangkan, bagaimana Doeg tersenyum puas ketika seluruh kota Nob di bakar hangus dan penduduknya habis di bantai?

  1. Yang ketiga, Daud menjelaskan: “Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik, dan dusta lebih dari pada perkataan yang benar.” (Mazmur 52:5). Ciri yang paling dapat kita ketahui dari Saudara tipe Doeg adalah  karakternya yang minus. Dia benar-benar minus dalam hal yang baik. Kecenderungan hatinya semata-mata hanyalah menuju kejahatan. Pernahkah anda menemui orang yang kecenderungannya selalu negatif.  Orang seperti ini selalu menjadi pembawa masalah dalam setiap situasi.

Sesungguhnya kalau ada saudara palsu, pasti ada saudara yang sejati. Memang  zaman ini sudah tidak lagi menyukai yang asli. Orang-orang lebih suka bertopeng untuk menyembunyikan jati dirinya yang sesungguhnya. Orang-orang akhir zaman ini suka berpura-pura dan bersandiwara. Dan anehnya, manusia pun sekarang ini lebih menyukai orang-orang tipe munafik. Tidak terluputkan dari orang-orang yang pergi ke gereja. Kita bertemu dengan saudara-sudara yang pandai bersandiwara dan bermuka dua. Namun entah bagaimana hati nuraninya, mereka dengan begitu gampang berlalu. Sama seperti asap mereka ada dan dalam tempo yang singkat sudah hilang tak bersisa.


Daud mengatakan bahwa saudara-saudara palsu ini akan dirobohkan bahkan di cabut dari akarnya. Sama seperti Doeg yang akhirnya binasa oleh karena kejahatan lidahnya dan kelicikan hatinya, demikianlah kelompok yang sombong, tidak tulus, dan cinta kejahatan akan binasa. Oleh sebab itu jagalah hatimu saudaraku, janganlah engkau menjdi sama seperti Doeg. Jangan pernah menjadi seorang yang palsu. Jadilah saudara yang sejati sampai maranatha. Halleluyah. Amen

Intisari Khotbah Ps Joshua MS dalam Ibadah Raya Hati Nurani Ministries, Minggu, 16 Juli 2006)

Reformasi, Antara Tuhan dan Hati Manusia



Reformasi, Antara Tuhan dan Hati Manusia
Oleh: Ps Joshua Mangiring Sinaga, M,Th


Istilah Reformasi akhir-akhir ini mungkin kurang akrab di telinga kita. Kita begitu terlena dengan istilah transformasi yang berdengung begitu  keras. Sejatinya ada sebuah kata yang lebih hidup dan lebih berdampak universal. Kata itu ialah REFORMASI. Reformasi berasal dari dua kata. Re (latin) artinya berulang-ulang, dan Formation (inggris) artinya bentuk, formasi. Jadi Reformasi berarti di bentuk berulang-ulang.

Allah juga membentuk karakter umat manusia berulang-ulang. Ini berbicara tentang perilaku dan kecenderungan hati. Tubuh manusia memang tak perlu dirubah, namun hatinya harus terus dibaharui agar selalu berbalik dan condong kepada Allah. Nabi Yeremia mengambil contoh seperti tukang periuk yang bekerja dengan pelarikan, jika suatu saat menemukan lekukan tembikar itu tidak tepat seperti yang diinginkan hatinya, maka dia akan mengulang lagi dari awal. Oleh karena Allah ingin umatNya sampai kepada kehendak dan rencanaNya yang sempurna. FirmanNya melalui nabi Yeremia: “Sunguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel.” (Yeremia 18:6)

Bagaimana Proses Reformasi?

1.      Treadeth (menginjak-injak). Proses pembuatan keramik atau tembikar pertama-tama melalui proses pemilihan tanah liat yang baik. Setelah dipisah dari partikel lain maka tanah ini dibentuk menjadi seperti adonan dengan menginjak-injak setelah di campur dengan air secukupnya. Hal inilah yang terjadi terhadap proses reformasi hidup umat Allah. Allah akan bekerja dengan berbagai caraNya untuk memisahkan banyak partikel-partikel pengganggu yang merusak hidup umatNya. Kadang-kadang itu memang seperti suatu sayatan pisau yang perih, namun itu adalah suatu jalan yang harus dilakukanNya. Ijinkanlah Allah memisahkan karakter kita yang keras dan bercampur dengan hal-hal duniawi yang menajiskan dan kemudian menginjaknya. Bila ada saat dimana kita seperti terinjak-injak dan tak lagi punya harga diri, mengertilah bahwa Allah sedang menggunakan kekuatanNya untuk membawa kita kembali kejalanNya yang benar. Seperti tukang periuk menginjak-injak tanah liat, demikian dia akan menginjak-injak penguasa-penguasa seperti lumpur.” (Yesaya 41:25)

2.      Membuatnya kembali menjadi yang lain. Dalam Yeremia 18:4 kita baca: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” Inilah yang mungking paling sulit dalam proses reformasi. Kita sudah terlatih dan terbiasa untuk menyukai hal-hal di sekitar kita. Biasanya kita tidak suka di rubah. Allah akan membiarkan kita sedikit “terluka” agar dapat membentuk kita menjadi yang lain. Seperti misalnya, Allah mengijinkan seorang hambaNya yang masih muda stroke  agar dia mengerti dan dapat mengusai nafsu makannya. Dan masih banyak cara lain yang dapat Allah buat agar kita dibentuk ulang menjadi bejana lain yang tentu sesuai dengan keinginanNya. Banyak sekali momentum dimana Allah bekerja mengupah eksistensi jiwa manusia, kadang-kadang itu melibatkan perubahan jasmani, agar Ia dapat menemukan kembali citraNya dalam diri kita. Kita mendengarkan banyak sekali kesaksian bagaimana Allah harus menjadikan seorang Kristen yang kaya raya menjadi jatuh miskin melarat. Kita juga mendengarkan banyak sekali kesaksian yang menjelaskan bagaimana Allah menginjinkan orang-orang Kristen yang lahir dengan paras yang hampir sempurna, harus mengalami kecelakaana yang menyebabkan semua itu hilang. Bukankah kita telah menjadi sasngat sering mendengar dan menyaksikan bahwa orang-orang yang menghuni penjara, akhirnya terlepas dari penjara duniawi dan menemukan jalan keselamatan didalam Kristus. Jadi, reformasi itu memang sakit, namun itu adalah jalan Allah agar menemukan kembali citraNya yang terhilang dari manusia.

3.      Menurut RancanganNya. Allah adalah penjunan dan kita adalah buatan tanganNya. Maka sejatinya Dialah yang merancang, bukan kita. Allah yang merancang jadi sejatinya kita harus rela mengikuti rencanaNya. Sebab Dia menjamin rancanganNya yang terbaik. Setiap upaya memberontak terhadap rancangan Allah, akan menuai keputusasaan. Yesaya mengecam orang yang mengeraskan hati dan memberontak kepada Allah: “Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: "Apakah yang kaubuat?" atau yang telah dibuatnya: "Engkau tidak punya tangan!” (45:9)



Ada 2 hal utama menghalang terjadinya reformasi:

1.        Kemunafikan. Bibir yang Jahat. Dalam Amsal 26:23 kita baca: “Seperti pecahan periuk bersalutkan perak,demikianlah bibir manisdng hati jahat”. Allah ingin membentuk kita menjadi orang yang dapat mengendalikan bibir yaitu kata-kata kita. allah ingin membentuk ulang bibir kita menjadi bibir yang memuliakan Tuhan, bukan bibir yang tajam dan melukai orang lain. Dia juga hendak membentuk agar apa yang keluar dari bibir kita adalah apa yang terdapat di hati kita. bukan seperti kubur yang luarnya indah tetapi dalamnya busuk. “Demikianlah jugalah kamu,disebelah luar kamu tampaknya benat dimata orang,tetapi disebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.” (Matius 23:28). Jadi kita harus membuang kemunafikan jauh-jauh.”Karena itu buanglah segala kejahatan,segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.” Tanpa hati yang bersih, reformasi hanya tinggal slogan rohani yang tak bermakna.

2.        Kesombongan. Nabi Yesaya menulis: “Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: "Bukan dia yang membuat aku"; dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: "Ia tidak tahu apa-apa"? (29:16). Salah satu ciri orang yang sombong adalah ketidakmauan untuk tunduk pada otoritas. Orang ini senang memberontak. Berontak terhadap peraturan dan sebagainya. Ayat yang menggugah ini tentu sangat tidak disukainya: “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” Amsal 18:12. Kecongkakan inilah yang menghalang Allah membentuk ulang umatNya. Nabi Yesaya mengatakan, orang seperti ini pasti binasa dalam keangkuhannya: “seperti kehancuran tempayan tukang periuk yang diremukkan dengan tidak kenal sayang, sehingga di antara remukannya tiada terdapat satu keping pun yang dapat dipakai untuk mengambil api dari dalam tungku atau mencedok air dari dalam bak.” (30:14)


Intisari khotbah Pdt. Joshua MS Minggu, 18 Maret 2997. IR HN Ministries Jakarta.

Selasa, 18 Juni 2013

RAHASIA KELUARGA SHAKINAH



RAHASIA KELUARGA SHAKINAH
( Kejadian  18:9-15 )



Keluarga Abraham adalah keluarga yang sangat kaya namun ada yang kurang karena ternyata Sara adalah seorang perempuan mandul: “Sarai itu mandul, tidak mempunyai anak.” Kejadian  11:30 Namun, ALLAH berjanji akan mengaruniakan seorang anak bagi Abraham melalui SARA istrinya walaupun di samping mandul, SARA sudah mati haid (79 tahun) dan Abraham sudah sangat tua (99 tahun): “Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” (Kejadian  17:1) Secara logika memang sangat wajar jika Abraham dan Sara tertawa mendengar firman yang memang tidak masuk akal itu: “Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" (Kejadian  17:17) Namun sungguh luar biasa karen justru dari kemustahilan itulah lahir mukjizat. Saya sering mengatakan bahwa mukjizat hanya terjadi ketika semua pintu logika telah tertutup rapat. Dalam keadaan yang sangat tidak mungkin itulah, Allah memberkati rahim Sara seningga ia mengandung dan melahirkan seorang anak yang sehat dan kemudian dinamainya Tertawa (Ishak-Ibrani).

Berikut marilah kita belajar ada apa sebenarnya yang terjadi dalam rumah tangga Abraham dan Sara sehingga mukjizat dahsyat itu terjadi? Ayat emasnya adalah I Korintus  7:3: “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.” Jadi ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami dan isteri dalam rumah tangga mereka agar mukjizat Allah terjadi.

Mari kita melihat sosok Abraham yang memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami yang benar di mata Tuhan. Abraham mengasihi SARA: “Lalu kata mereka kepadanya: "Di manakah Sara, isterimu?" Jawabnya: "Di sana, di dalam kemah." (9) Abraham memberikan rasa nyaman dan aman di dalam tenda (in the tent). SARA tidak berkeliaran ke mana-mana seperti Hawa sehingga dia terjerat si Ular. Intinya Sara senang berdiam di rumah karena ada kasih sayang dari Abraham. Abraham memberikan home sweet home sehingga Sara betah disana. Adalah sebuah kewajiaban seorang kepala keluarga untuk mendirikan rumah yang menjadi tempat berteduh yang nyaman bagi semua anggota keluarga. Ini bukan berbicara tentang bangunan fisik rumah yang mewah, tetapi atmosfer yang menyenangkan. Rumah mewah dengan fasilitas sempurna, tidak akan otomatis menjadikannya kediaman yang nyaman. Idealnya memang rumah bagus menjadi rumah nyaman, namun rumah sederhana dengan atmosfer kasih yang melimpah jauh lebih baik dari gedung mewah namun hambar kasih sayang.

Tugas-Tugas Seorang Suami yang dikerjakan Abraham dengan sangat baik adalah:

·               Menjaga nama baik isteri:  Abraham sangat menjaga kehormatan isterinya dengan berusaha melindungi dia dari semua serangan dari luar. Hal ini pula yang dilakukan oleh seorang keturunan Abraham selanjutnya yaitu Yusuf: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.” (Matius  1:19) Nama baik itu lebih berharga dari emas dan perak. Nama baik mengharumkan seseorang melebih harta dan jabatan. Saat menjadi suami yang terus memproteksi istri dari berbagai serangan dari luar, maka istri akan menjadi pribadi yang nyaman di rumah bersama suami dan anggota keluarga lain. Ini sangat penting bahwa rahasia suami istri harus tetap menjadi rahasia mereka berdua.

·               Mengasihi Isteri (loving wive): Dalam Efesus  5:25 kita baca: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. (Husbands, love your wives, even as Christ also loved the church, and gave himself for it; - KJV) pada ayat 28 lebih ditegaskan lagi: “Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.” Kata harus berarti hal yang tak bisa di tawar. Seorang suami memang harus mengasihi isteri seperti tubuhnya sendiri. Apakah pengertian mengasihi yang paling sederhana. Saya menjelaskannya dengan menggali arti katanya dari akar kata bahasa Indonesia. Mengasihi dari akar kata kasih yang berarti memberi. Jadi secara sederhana, suami yang mengasihi istri adalh suami yang memberikan apa pun kepada istrinya.

Suatu cerita yang menarik dari tentang kasih suami dari Komoro. Alkisah seorang raja menjadi sangat marah karena merasa harta kekayaannya disaingi oleh seorang pembuat emas. “Kamu menghinaku! Kamu berpura-pura miskin sementara orang  melihatmu bekerja siang dan malam dengan emas!”
“Sayang sekali paduka, hamba bekerja tiga kali lebih berat dari orang kebanyakan tetapi hamba gunakan untuk tiga hal keperluan!” jawab Orfevre, si tukang emas.
“Apa itu?” Tanya raja
“Satu untuk membayr hutang-hutang hamba, yang kedua untuk dipinjamkan kepada orang lain, dan yang ketiga.....” Tiba-tiba kata-katanya terputus.
“dan yang ketiga?” Tanya raja dengan tidak sabar
“Hamba buang ke laut!” Raja terbelalak dengan mulut melongo.
“Jelaskan kepadaku, apa maksudmu?”
“Begini. Terlebih dahulu, dipagi hari, hamba memenuhi bagian pertama pekerjaan hamba. Hasilnya hamba gunakan untuk memberi makan orang tua hamba yang sudah tua. Kepada merekalah hamba memiliki hutang besar untuk dibayar. Kemudian, siang hari, hamba mengerjakan bagian kedua pekerjaan hamba. Hasilnya hamba gunakan untuk memberi makan anak-anak hamba. Itu seperti sebuah pinjaman yang akan mereka bayar kelak ketika hamba menjadi tua, dengan mengurusi hamba seperti yang hamba lakukan kepda kedua orang tua hamba.” Jawab Orfevre jujur.
“Dan bagian untuk laut?” Tanya raja penasaran
“Bagian ketiga daripekerjaan hamba yang hamba kerjakan di malam hari adalah hamba persembahkan untuk istri hamba. Paduka pasti mengerti bahwa para wanita tidak pernah merasa senang dan puas. Jadi, jika kita memberikan sesuatu kepada istri, kita sama hanlnya seperti membuangnya ke laut semua yang kita berikan kepada mereka.”
Raja pun tertawa mendengar penjelasan itu dan sejak saat itu, Orfevre dan raja berteman.  

·               Bijaksana terhadap Isteri: Bijaksana mungkin adalah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang suami. Menjadi seorang suami yang bijak bukan hanya mengasihi dan menjaga nama baik isteri, tetapi lebih dalam lagi, seorang suami harus mengerti atau memahami keberadaan isterinya secara menyeluruh. Suami yang bijak harus mengenal kebiasaan, hobby, kesukaan, dan bahkan keinginan hati isterinya. Hal ini sering kali begitu sulit sehingga doa-doa suami sering kali tidak terjawab: “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (I Petrus  3:7)

Sekarang marilah kita belajar tantang Sara. Kewajiban apa yang telah dikerjakannya sehingga mukjizat yang dahsyat terjadi dalam rumah tangganya?

SARA bukan hanya sekedar menghormati Abraham tetapi lebih dari itu ia bahkan begitu memuliakan suaminya. Petrus menulis bahwa Sara memanggil Abraham dengan kata TUANKU (my lord – KJV): “sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.” (1 Petrus 3:6). Dalam pasal yang ktia baca tadi tertulis: “Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?" (12) “Therefore Sarah laughed within herself, saying, After I am waxed old shall I have pleasure, my lord being old also?” (KJV 12). Jadi jelaslah bahwa Sara tak hanya sekedar menghormati, tetapi benar-benar menghormati suami dengan segenap hati dan jiwanya.

Berikut marilah kita mengamati Tugas-Tugas Seorang Isteri yang ditunaikan Sara dengan sangat baik dalam rumah tangganya:

·         TUNDUK bukan dan bukan MENANDUK Suami. Sara memanggil suaminya dengan sebutan tuan (adonai – Ibrani; merupakan panggilan pada pribadi yang sangat dihormati). Dalam tradisi kerajaan, seorang raja selalu dipanggil dengan sebutan my lord! Jadi Sara bahkan tunduk kepada Abraham sebagaimana layaknya seorang hamba terhadap tuannya. Rasul Petrus menulis: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” (Efesus 5:22-24)

·         HIDUP SALEH. Seorang istri harus tekun dalam kehidupan rohaninya. Perhatikan bahwa keadaan rumah selalu sangat terkait dengan keadaan rohani seorang ibu. Rasul Petrus menyebutkan bahwa isteri-isteri laki-laki kristen haruslah hidup saleh sehingga menjadi teladan bagi isteri-isteri yang belum mengenal Kristus: “jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.” (I Petrus  3:2)

Intisari Khotbah Pdt Joshua MS,  dalam Ibadah Keluarga Besar Pakpahan Cibubur. 27 April 2008.